Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Pacarku Pelupa…

Ya, pacarku pelupa. Dia tidak pernah bisa mengingat banyak hal. Tapi jangan tanya soal pelajaran, dia salah satu yang terbaik. Namun dalam hal mengingat sehari-hari… bukan dia ahlinya. Dia hanya bisa tersenyum dan berbisik, “Sori kak, aku lupa.”. Entah kenapa bisa begitu. Apa karena phlegmatic sejati? Atau karena namanya ada miss-miss-nya, makanya sering lupa (miss)? Entahlah…
Jangan tanya dia tentang lagu-lagu, jangan tanya dia ayat-ayat Alkitab, jangan tanya dia momen-momen untuk dikenang… jangan. Dia hanya akan membalasnya dengan mengerutkan dahi, tersenyum simpul dan terkadang mengangkat kedua bahunya.
Sering juga hati ini kesal. Aku mampu menghapal ribuan ayat Alkitab dan lagu, mengingat momen-momen berharga, tapi dia tidak. Dalam hal daya ingat, aku tahu aku memiliki kemampuan yang lumayan, kecuali dua hal: mengingat nama orang yang baru dikenal, dan mengingat rute jalan, aku bukan ahlinya. Dan masalahnya, dia pun tak bisa melakukannya juga. Makanya, seringkali kejadian begini: aku bertanya: “Yang itu siapa namanya?”, dia akan menjawab: “Memang kita pernah ketemu ama dia?” atau “Oo iya ya kak, tapi aku lupa juga”, dia senyum dan aku hanya bisa menghela nafas panjang. Atau ketika kami berboncengan naik sepeda motor, aku lupa rute jalan yang baru beberapa kali kami lalui, dan ketika aku bertanya padanya, dia akan menjawab “Aku juga lupa kak… Hehehe”. Bahkan, dia bisa lupa (sering salah sebut) mana kanan dan mana kiri. Aku akan membalas (mungkin dengan mulai sedikit emosi): “Aku mendingan, bisa ingat simpangnya, tanda-tandanya, kam apa yang kam ingat?”, namun dia hanya berespon dengan melingkarkan kedua tangannya semakin erat di perutku.

Aku ingat momen-momen itu. Dia? Entahlah, mungkin saja. Pernah hati ini meragu, apakah dia benar-benar menyayangiku? Kalau iya, kenapa dia tidak mengingat hal-hal itu? Kalau kejadian atau ucapanku yang baru beberapa hari lalu saja dia lupa, apalagi momen 5 tahun yang lalu? Di saat semuanya masih sangat manis, murni, penuh harapan. Surat-suratku, memoku, sms-ku, kadoku, dan lain-lain, apakah masih ada dalam pikirannya? Aku butuh memejamkan mata untuk mengingat itu semua, dan tanpa terasa bibirku melengkungkan senyuman perlambang betapa sangat manis.
Pernah suatu saat, aku menanyakan itu kepadanya, “Kam ingat semua itu?”, jawabannya sudah ku duga, “Lupa kak.”. Selagi aku menggelengkan kepalaku, dia bersuara: “Tunggu sebentar ya kak.”, sambil berlari ke tangga menuju kamarnya di atas. Tidak lama, dia langsung turun membawa sebuah kotak. Aku sungguh terkejut. Sungguh. Kotak itu berisi semua yang pernah ku berikan padanya, dari pertama sekali (kecuali boneka-boneka yang setia menemani tidurnya). Dari surat, memo, bahkan foto-foto jadul, yang langsung mengantarkan memori ini ke sekitar 4-5 tahun yang lalu, saat pertama kali hati ini digundahkannya. Dia menyimpannya. Lengkap dan rapi, jauh dibandingkan dengan apa yang berhasil ku simpan darinya. Wah, senang dan haru. “Kak, aku tau, aku sering lupa, makanya ku simpan ini semua. Kalau aku lupa, aku bisa membacanya lagi, dan itu cukup untuk membuatku tersenyum sendiri mengingat semuanya. Jangan-jangan kakak gak nyimpan selengkap ini…”. Aku menganggukkan kepalaku dan bertanya lagi: “Coba sebutkan satuuuuu aja hal yang kam ingat?”. Dia jawab: “Aku sayang ama kakak. Itu aja”. Aku terdiam. Mati kata. Akhirnya tersenyum bahagia dan membelainya manja, “Aku sayang ama kam”.
Awalnya aku pikir, seseorang yang mencintai aku, akan mengingat setiap kejadian dan kata-kata yang aku ucapkan, bahkan yang tidak sengaja, dan ia akan menggunakan kata-kata itu tepat waktunya. Namun ia menyadarkanku, tidak selamanya demikian. Seseorang yang mencintaiku, mungkin tidak bisa mengingat momen-momen istimewa, tapi ia tahu bahwa setiap detik yang ia lalui, ia mencintaiku, tidak peduli apakah ia ingat hari apa hari ini. Seseorang yang mencintaiku, akan selalu menyimpan semua benda yang aku berikan, bahkan kertas kecil bertuliskan ”Luv U” ada di dalam dompetnya.
Semakin menyadari bahwa cinta bukanlah menerima kondisi pasangan kita dengan harapan bahwa kita akan bisa mengubahnya di kemudian hari. Itu bukan cinta namanya, itu sekedar keinginan. Cinta yang sesungguhnya adalah melihat kekurangan pasangan kita dan mengatakan bahwa kita tetap mengasihinya.
---
Beberapa hari yang lalu, aku ingat, aku terkejut. Dia sms: “Kakak msh ingat ga dl qt prnh jln smbl ttp mata?i wanna try it again with u..i love u..”. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba sms seperti itu, tapi aku ingat betul momen itu. Aku mengajaknya berjalan dengan tutup mata, sepanjang jalan komplek yang kami lewati untuk makan malam. Saat itu aku membujuknya: “Kalau kam percaya amaku, tutuplah matandu, berjalan amaku, aku yang ngasi petunjuk jalannya”, dan dia mau. Meski dengan langkah ragu, dia terus melangkah, aku yang memberi arah. Orang-orang yang berpapasan pun melihat “kelakuan aneh” kami ini, tapi dia terus saja berjalan karena tidak tahu kejadian di luar selagi menutup mata, dan aku pun diam. Akhirnya sampailah di tempat makan. Ada rasa puas. Hal ini kami lakukan beberapa kali, hampir di setiap kesempatan, dan selalu diakhiri dengan canda tawa. Pernah bergantian. Mataku yang ditutup, dia yang menuntun. Tapi aku curang, hahaha, sesekali aku mengintip, supaya bisa berjalan lurus. Ah,,, aku yang berjanji, aku yang mengingkari.
Beberapa hari kemudian, dia sms yang lain lagi: “jd ingat dl pas aq ngajar d smp plus P*****, trus kk sms bgs saat itu, jd smgt dh.semangad ya kak.” Oh, dia mengupas memorinya lagi. Bahkan aku sendiri lupa sms apa saat itu. Mungkin kalau dia menulis artikel ini, dia akan memberi judul yang sama, dengan modifikasi: “(ternyata) Pacarku Pelupa…(dan emosional)”. Tapi aku masih ingat sedikit kejadian itu. Saat itu kami sudah terpisah jauh, dan dia masih SMA. Karena prestasinya baik, dia diberi tugas menggantikan guru untuk mengajar SMP di dekat SMA itu. Awalnya dia merasa takut, tapi aku memotivasinya, dan berhasil.
Pernah lagi suatu waktu, di akhir percakapan telepon, dia mengatakan dengan gampangnya: “Goodbye kak…”. Aku emosi dan langsung menyambar: “Apa maksudndu Goodbye?”, telepon langsung ku tutup dengan marah dan bingung kenapa dia mengucapkan “kata tersedih” itu? Apa maksudnya selamat tinggal? Tak lama kemudian dia menelepon dengan lemah lembut mencoba menjelaskan: “Kakak lupa kalau aku gak bisa bahasa Inggris?”. Yah,, aku lupa lagi. Dia menjelaskan sebenarnya yang ingin dikatakannya adalah ‘bubay’, (bahasanya sendiri yang memang sering diucapkannya, yang artinya kira-kira: “Udah dulu ya sayang…”), tapi yang terucap akhirnya Goodbye. Dia minta maaf karena tidak bisa berbahasa Inggris. Setiap aku mengingat kejadian ini aku bisa tertawa sendiri. Mulai saat itu, kalau dia salah ucap Goodbye lagi, di telingaku artinya sama dengan I love you so much.
Hah,,, sungguh indah kenangan-kenangan itu, apalagi dalam kondisi dipisahkan jarak seperti ini, kenangan-kenangan itu terasa sangat berarti. Berjuta rasanya, rindu ini tak kenal kompromi. Kini aku mengerti kenapa namanya ada miss-miss-nya: karena dia memang ngangenin (missing) ^_^. Suatu kali aku mengunjunginya. Dan diapun pergi ke airport untuk menjemputku. Dia tidak membawa seikat mawar dan memanggilku “Sayang” seperti yang aku khayalkan. Tetapi, ia membantu membawakan tasku dan menanyakan: “kenapa kakak kurus-an baru beberapa bulan?” dengan hatinya yang tulus. Wah, itu sudah lebih dari cukup.
***
Dengan mengingat-ingat, hati ini terhibur. Sambil bertanya-tanya: apakah dia juga ingat atau lupakah? Ingat-ingat lupa atau lupa-lupa ingat? Lupa untuk ingat atau ingat untuk lupa? Seketika hal ini membuatku jadi teringat kepada Tuhan… Mungkinkah Tuhan itu lupa? Sepertinya tidak mungkin… Akhirnya aku mencari jawabnya dengan menelaah Alkitabku.
Ternyata, beberapa kali dalam Alkitab, sepertinya Tuhan “diingatkan” oleh manusia. Aku ambil contoh Keluaran 32:9-14, sewaktu Tuhan murka ingin menghukum bangsa Israel karena menyembah patung anak lembu emas. “…Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?... Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu,…" Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. (band.Ulangan 9:27-29; Mazmur 25:6; 106:45).
Sewaktu Musa “mengingatkan” Tuhan, ada hasilnya: akhirnya Tuhan pun “ingat” dan “berubah pikiran/ menyesal”. Bersyukurlah, Alkitab “meminjam” bahasa manusia agar kita dimengertikan kasih setia Tuhan yang tak akan mampu kita mengerti sepenuhnya itu.
Beberapa contoh lain lagi: tokoh-tokoh Alkitab yang memohon Tuhan untuk “mengingat”: Simson (Hak16:28 "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah,…", Hizkia (II Raj 20:3 "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati…”), Nehemia (Neh 5:19; 13:14,22 Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini.), Yeremia (Yer 15:15 Engkau mengetahuinya; ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku…), Yunus (Yun2 "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku… Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN,…), dan masih banyak contoh-contoh lain. Menarik sekali, bahwa akhirnya Tuhan “mengingat” dan “mengabulkan” permintaan mereka.
Mungkinkah Tuhan lupa (band. Mzm10:11; 77:10), sehingga Ia harus mengingat lagi? Coba lihat kejujuran pemazmur dalam Mazmur 25:7 “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.”. Seakan-akan pemazmur meminta Tuhan untuk “lupa” akan dosanya, dan “ingat” akan kasihNya. [Remember not… remember… The psalmist now prays that the Lord will not remember his past sins, shortcomings, and rebellious spirit. He wants the Lord to deal with him, not in accordance with his lack of loyalty, but according to God's own commitment of loyalty. The ground of forgiveness is God's goodness toward his people. Forgiveness is that act of grace whereby God extends his love, as if the sin had never taken place! -NIV Bible Commentary-].
Ingat lagu ini? “Sejauh timur dari barat, Engkau membuang dosaku, tiada Kau ingat lagi kesalahanku…”. Apakah Tuhan melakukannya? YA! Jonathan Lamb dalam bukunya “Integritas (Perkantas)” mengutip pernyataan Tom Wright: “Inilah salah satu inti kedisiplinan dalam hidup orang Kristen yang dengan beberapa hal tertentu, kita sebaiknya dengan sengaja melupakannya, dan berhasil melakukannya… “Seandainya saya memang telah mengampuni siapapun dan dalam hal apapun”. Ini bukan lupa. Ini merupakan bagian dari kedisiplinan pribadi yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.”
Ya, Allah mengampuni, Ia juga “melupakan”. Paulus pun melakukannya dalam II Korintus 2:5-11. Sungguh suatu nilai yang sangat ilahi. "To forgive is to forget". Mengampuni berarti melupakan.
Aku kembali teringat akan kekasihku, yang pelupa itu. Pernah aku menyakitinya, bahkan mungkin tak akan terlupakan. Tapi dengan bijaksana ia menatapku, “Sudahlah, tidak usah diingat lagi…”. Oh, aku sungguh berbahagia, punya Allah dan kekasih yang sangat mengasihiku.
Allah tidak akan melupakan kita. Ia setia pada janjiNya. Mari renungi 3 ayat ini:
Ulangan 4:31 Sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah Penyayang, Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu.
Yesaya 44:21 Ingatlah semuanya ini, hai Yakub, sebab engkaulah hamba-Ku, hai Israel. Aku telah membentuk engkau, engkau adalah hamba-Ku; hai Israel, engkau tidak Kulupakan.
Yesaya 49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

Pacarku pelupa. Biarlah, asal dia ingat, dia mengasihi Tuhan dan mengasihiku. Aku pun. Akan tiba suatu saat, di mana aku akan lupa banyak hal, bahkan tidak ingat apa-apa lagi. Tapi satu hal aku minta kepada Tuhan: Ingatlah ya Tuhan, ingatkan aku, bahwa aku mengasihiMu dan kekasihku, juga orang-orang yang mengasihiku.
Janji manisMu Tuhan: “Janji yang manis, kau tak Ku lupakan”. Ya, aku tidak lupa itu.



Buat kekasihku: Misni (menuju 5 tahun,,,)

0 komentar:

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo