Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

There's no plan B !
-Memikirkan kembali Pemuridan di Kampus-

Tentu kita tahu anekdot “There is no plan B!”. Setelah Yesus naik ke surga, strategi apa yang dilakukan-Nya agar seluruh dunia percaya bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat? Dia pakai murid-murid-Nya, untuk bersaksi, untuk memberitakan. Itu plan A. Bagaimana kalau plan A gagal? “There is no plan B!”. Yesus mengutus murid-murid-Nya dari generasi ke generasi untuk turut mengerjakan misi Allah di dunia. Amanat ini sampai kepada kita sekarang ini: Apakah PMK tetap menghasilkan murid-murid Kristus, yang memper-Tuhan-kan Kristus dalam setiap aspek hidupnya?

Kenapa murid?
Istilah murid adalah sebutan umum (secara khusus dalam Perjanjian Baru) untuk menunjuk kepada para pengikut Kristus sebelum mereka disebut Kristen. Istilah Kristen sendiri baru muncul beberapa tahun kemudian di jemaat Antiokhia untuk mengindikasikan “identitas” mereka di tengah komunitas internasional di tempat itu. Bahkan John Stott dalam bukunya “Murid yang Radikal” memberi catatan: “merupakan hal yang mengejutkan bagi banyak orang tatkala menemukan hanya 3 kali dalam PB para pengikut Yesus Kristus disebut ‘Kristen’: Kis 11:26; Kis 26:28; 1Pet 4:16... Mungkin kata ‘murid’ adalah istilah yang lebih kuat (daripada ‘Kristen’) sebab ia menyatakan hubungan murid dengan Gurunya. Selama tiga tahun dalam pelayanan publik-Nya, kedua belas orang yang dipilih Yesus adalah murid sebelum mereka menjadi rasul, dan sebagai murid, mereka ada di bawah instruksi Guru dan Tuhan mereka”. Istilah ‘murid’ (disciple-Ing, mathetes-Yun) muncul: 73 kali dalam Injil Matius, 46 kali di Injil Markus, 37 kali di Injil Lukas, 78 kali di Injil Yohanes, 28 kali di Kisah Para Rasul. Istilah ini terus digunakan agar orang Kristen punya kesadaran diri secara serius dan bertanggung jawab di bawah ‘disiplin’ Sang Guru. Sekarang ini begitu gampangnya orang mengaku ‘Kristen’, padahal belum tentu dia adalah murid.
Kalaulah kita membagi ‘kelompok’ orang yang ada di sekitar Yesus, secara sederhana kita bisa membaginya menjadi: Kelompok I: kerumunan orang banyak, yang hanya sebatas pendengar, banyak mencari tahu tapi tanpa komitmen; Kelompok II: orang Farisi, yang tahu banyak firman tapi tidak melakukan bahkan menentang; Kelompok III: para murid, yang bukan sekedar tahu firman, tapi melakukan, mentaati dan menghidupi. Akhirnya yang membedakan ketiga kelompok orang ini bukan knowing, tapi doing. Ini adalah hal yang sangat penting dalam proses pemuridan. Bahkan penekanan ini kembali dinyatakan saat para rasul diamanatkan untuk memuridkan kembali (Mat 28.20a: ajarlah mereka melakukan). Nah, pertanyaannya: kelompok mana yang sedang dihasilkan PMK saat ini?? Jangan bangga dulu ketika ada ‘kerumunan orang banyak’ yang ikut retreat, memenuhi ruang kebaktian, atau sekian banyak orang yang khatam ayat Alkitab namun gagal menjadi teladan? Berapa murid yang kita hasilkan melalui pelayanan PMK? Siapa tak meratap melihat begitu banyaknya alumni PMK yang berubah setia dari Tuhan? Alumni yang jauh dari hidup persekutuan dengan Tuhan padahal dulu begitu aktif di PMK? Jangan-jangan, PMK sibuk melakukan banyak kegiatan namun tidak dalam rangka menghasilkan murid. Takutnya, PMK hanya menghasilkan ‘kerumunan orang banyak’ atau ‘farisi-farisi baru’, tanpa karakter seorang murid sejati: berakar kuat, dan menyaksikan Kristus dalam hidupnya.
Murid itu dihasilkan, bukan dilahirkan. Dalam proses inilah pemuridan menjadi sangat penting. Pemuridan bukanlah sesuatu pekerjaan yang boleh dilakukan saat kita punya waktu. Sebaliknya, pemuridan menjadi satu-satunya hal yang sangat penting yang harus kita kerjakan. Pemuridan adalah proses menolong seseorang mengikut Kristus dengan sepenuh hidupnya. Di dalam pemuridan terjadi pembaharuan total seseorang dalam values (nilai-nilai hidup), attitude (sikap & karakter), behaviour (kelakuan sehari-hari). Sebagaimana artinya, murid senantiasa belajar, dan hal ini terlihat dari pertumbuhan yang nyata, semakin serupa dengan Kristus melalui firman, komunitas orang percaya dan waktu-waktu pribadi/ pengalaman-pengalaman iman bersama dengan Tuhan.
Sesungguhnya, esensi Amanat Agung Tuhan Yesus di Matius 28:19-20 adalah PEMURIDAN. Dalam bahasa asli (Yunani), hanya ada satu kata perintah: “muridkanlah” (matheteusate). Itulah yang menjadi fokus pelayanan Tuhan Yesus selama kurang lebih tiga setengah tahun, yang harusnya juga menjadi fokus PMK. PMK punya visi: menghasilkan alumni yang dewasa, berakar kuat, dan menjalankan fungsinya sebagai garam dan terang dalam panggilannya. Itulah murid. Itu visi yang kita kerjakan, supaya tidak sebatas mimpi. Misi 4P yang kita lakukan itu: Penginjilan, Pembinaan, Pelipatgandaan, Pengutusan, baik pelayanan secara pribadi, kelompok, ataupun persekutuan besar, semuanya dalam proses pemuridan: menghasilkan murid sejati.

Bukan Pekerjaan Mudah
Pemuridan bukan proses yang instant dan gampang. Lihat saja beberapa daftar masalah yang umum terjadi di PMK perihal pemuridan: terlalu banyak program (bagi PMK berkembang), atau malah bingung harus mulai dari mana (bagi PMK baru), regenerasi yang bermasalah dalam kualitas dan kuantitas, kegiatan-kegiatan kampus di luar PMK yang lebih menarik mahasiswa, kuliah makin padat, mahal dan cepat, banyak isme-isme yang mempengaruhi mahasiswa (materialisme, hedonisme, dll), lembaga dan gereja yang mengancam visi, misi dan keunikan PMK, Kelompok Kecil (KK) yang tidak diperjuangkan sungguh-sungguh, KK hanya dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak program/ kegiatan yang dilakukan oleh PMK. KK belum menjadi tulang punggung PMK, semakin banyak PMK yang terlena menggantikan peran KK dengan program ‘shortcut’, misalnya pembinaan/ training seringkali mengambil alih tanggung jawab PKK dalam mempersiapkan AKK menjadi PKK (melatih AKK untuk bisa PA, memimpin, dll). KK yang berjalan pun seperti kursus bahan –bab demi bab, PA bukan lagi yang terutama dalam KK, diperparah dengan evaluasi HPDT yang tumpul, dan proyek ketaatan yang suam-suam kuku. Deretan masalah ini semakin panjang kalau ditambah lagi masalah pribadi: masalah keluarga, keuangan, prestasi.
Banyak hal yang sepertinya gampang sekali membuat kita putus asa untuk setia mengerjakan pemuridan ini. Namun ada 2 hal yang perlu diingat: pertama, masalah pemuridan kita sekarang ini tidaklah lebih sulit dari zaman para rasul dahulu, maka jangan lemah; kedua, pemuridan adalah inisiatif dan karya Allah, karena itu Allah akan terus bekerja dengan cara-Nya yang ajaib untuk memelihara umat-Nya. Pemuridan ini ide-Nya Allah, IA akan bekerja dengan waktu-Nya dan kemampuan-Nya.
Ada beberapa catatan yang bisa kita pikirkan ulang dalam menghadapi berbagai masalah di atas, antara lain:

1. Realitas sistem perkuliahan yang semakin cepat, padat, dan mahal bukan merupakan ancaman, tapi tantangan bagi pelayanan mahasiswa: Bagaimana pelayanan pemuridan dapat tetap terselenggara dengan baik, sementara kesempatan yang tersedia begitu terbatas? Jawabannya, fokus pada satu-dua aktivitas yang paling penting demi amanat pemuridan tetap terselenggara di kampus! Too many focus means no focus.

2. Kerjakan KK dengan baik, karena KK merupakan sarana yang efektif dalam proses pemuridan dan berperan sebagai tulang punggung PMK.
• Pikirkan lagi sungguh-sungguh regenerasi PKK. Di akhir pelayanan Yesus, tugas memuridkan kembali hanya dipercayakan kepada mereka yang setia, yang secara intensif dan utuh menikmati pengajaran dan hidup-Nya, yaitu Petrus, dkk.
• Hasilkan waktu-waktu yang berkualitas (formal dan informal) sesama anggota KK di sela waktu yang ada. Semakin banyak intensitas waktu bersama, semakin besar pula dampak dan pengaruhnya. Jumlah AKK yang tidak terlalu banyak akan memungkinkan PKK untuk menyisihkan waktu secara optimal untuk menuntun tiap-tiap AKK. KK harusnya menarik! Kalau tidak menarik, berarti ada yang salah!
• Tanamkan dasar yang kokoh: relasi dengan Tuhan dalam doa, saat teduh, belajar Alkitab, persekutuan. Jaga pengajaran yang benar dan sehat; dorong dan buat kesepakatan dalam KK untuk belajar sama-sama menggali dan mengaplikasikan Firman. Adanya teman-teman KK akan sangat membantu masing-masing anggota untuk saling menguatkan dan bertumbuh. Di dalam KK, pembelajaran hidup menerapkan perintah Tuhan dilakukan bersama-sama: saling sharing, diskusi, dan belajar artinya hidup dengan saudara seiman (bersekutu).

3. Mutlak diperlukan orang-orang yang menjadi teladan dan pendoa. Sebagaimana Yesus menjadi teladan hidup bagi para muridNya, seperti itu juga AKK belajar banyak dari teladan hidup PKK, atau jemaat meneladani pengurus. Mereka tidak hanya belajar ilmu saja (doktrin, PA, iman Kristen), tapi juga bagaimana PKK menghidupi imannya tersebut. Dan jangan pernah lupa menjaga kehidupan doa yang baik, untuk terus memohon pertolongan Roh Kudus bekerja dalam pemuridan.

Kita sungguh bersyukur, Tuhan mengajak PMK terlibat dalam rencana agung Allah. IA sudah bekerja tanpa kita dan sebelum bertemu dengan kita; pekerjaan Allah tidak tergantung pada kemampuan kita, tetapi dalam kemurahan-Nya Ia mengijinkan kita berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya. Beberapa hasil/ buah pemuridan ada yang cepat, beberapa lainnya perlu bertahun-tahun. Hasil/ buah pertumbuhan adalah pekerjaan Allah, bukan kita. Mungkin kita tidak punya kesempatan melihat buah dari pelayanan kita. Namun kadang Tuhan mengizinkan kita melihatnya untuk meneguhkan apa yang kita kerjakan. Yang pasti, Allah-lah yang bekerja dalam setiap pribadi. Kita sudah menyaksikan bagaimana Allah menghasilkan orang-orang-Nya dari zaman Alkitab sampai kepada murid-murid Tuhan yang setia di zaman kita –yang bisa kita saksikan sendiri hidupnya saat ini. Bayangkan betapa kuatnya alumni yang dihasilkan dari PMK yang pemuridan-nya kuat. Bangsa ini punya harapan. Tuhan sudah bekerja dalam sejarah dan akan terus bekerja. Selamat memuridkan. Jangan sampai Yesus menegur lagi seperti di Luk 6:46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”. Kalaupun ada PMK yang “umur”nya hanya satu hari, maka yang harus dikerjakannya dalam waktu yang ada itu adalah pemuridan; bukan yang lain. There is no plan B !!

Kawas Rolant Tarigan –Alumnus STAN, sekarang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak.


*diterbitkan di Buletin NEHEMIA edisi Oktober 2011.

Read More..

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo