Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Selamat buat alumni yang akan bekerja. Selamat berkarya bersama Allah, bagi masyarakat, bagi gereja, keluarga, dan bangsa.
Aku heran, setiap kali mendengar/ melihat orang yang luar biasa senang ketika dia ditempatkan di kota besar, di tempat yang tidak jauh (bukan di luar jawa sumatera misalnya), mungkin memang dia punya pergumulan sendiri, masalah keluarga, kesehatan, dan aku sangat menghargai itu. Tapi, yang aku sangat heran, kalau alasan rasa syukurnya itu, hanya karena apa yang dipikirkannya selama ini terkabul semua/ sebagian. Ini juga berlaku terbalik, aku tak habis pikir melihat orang yang begitu sedihnya ketika "apa yang ada di kepalanya" tidak terkabul. Jangan2 dia lupa, Allah punya rencana besar yang seringkali tidak bisa langsung kita mengerti, dan sering tidak sesuai rencana kita. Lagian kalau mau jujur, seringkali semua subjek atas rencana kita, cuma aku, aku dan aku... Puji Tuhan, aku ditempatkan di sini, supaya aku... nanti aku... trus aku bisa... mudah2an aku... syukurlah aku... coba kalau aku di situ, aku bisa... aku pasti... aku mau... Kapan giliran Allah? Kapan mereka/ orang lain merasakan kehadiran kita? Tidakkah Allah memakai orang yang dikasihi-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya kepada orang lain lagi? Apakah Indonesia sesempit Jawa Sumatera? Tidakkah Allah sayang umat-Nya dari barat sampai timur?

Allah tidak pernah membiarkan seseorang pergi ke tempat di mana kasih karunia-Nya tidak cukup untuk menyertai. Allah tidak pernah membuat kesalahan! Ragukah engkau akan hal
itu???
Bagian kita hanya taat dan setia, ke manapun DIA suruh. Mungkin padang rumput, mungkin air tenang, bahkan lembah kekelaman, tapi itu bukan soal, ketika TUHAN yang jadi Gembala. Masalahnya bukan apa yang kita lewati, tapi bersama SIAPA kita berjalan. Kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, entah enak atau tidak, tapi satu hal yang pasti kita tahu, TUHAN ada di sana, dan itu sudah CUKUP!
Ada 2 lagu yang sampai sekarang sanggup menenangkan hatiku: (semoga juga hatimu)

Shepherd of my soul I give you full control,
Wherever You may lead I will follow.
I have made the choice to listen for Your voice,
Wherever You may lead I will go.

Be it in a quiet pasture or by a gentle stream,
The Shepherd of my soul is by my side.
Should I face a mighty mountain or a valley dark and deep,

The Shepherd of my soul will be my guide.

Shepherd of my soul Oh You have made me whole,
Where’er I hear You call how my tears flow.
How I feel your love how I want to serve
I gladly give my heart to You O Lord.

Be it in the flowing river or in the quiet night,
The Shepherd of my soul is by my side.
Should I face the stormy weather or the dangers of this world.
The Shepherd of my soul will be my guide.

Lagu yang satu lagi:

I will follow wherever He leads
ev’ ry problem my sa viour He knows
Though the path may be long with His help I’ll be strong
I will go just wherever he goes

Reff:
He may lead me to countries Where troubles surround
Eventhere He’ll be with me I know
I promise I’ll follow
Where ver Christ leads me, and so
I will go just wherever He goes

When the sun starts to set in the sky
I shall know that I’m nearer my home
But until that great day I shall still trust and pray
I will go just wherever He goes
Reff:

Kalau hidup adalah perjalanan, ku ucapkan selamat berjalan. Have a great journey with God.

Read More..


Alumni: perwujudan visi

I was not disobedient to the vision from heaven... (Paulus – Kis26:19)


Ketika dihubungi untuk sharing tentang visi PMK di buletin ini, saya merasa tidak layak, apalagi sharing sebagai alumni. Sharing tentang visi - sebagai alumni - apa yang dinikmati - apa dampaknya. Ah... Saya ini masih sangat muda. Rasanya untuk tema sepenting dan sangat esensi ini, ada orang yang lebih baik, lebih senior, lebih berpengalaman, dan lebih tangguh. Itu yang pertama. Yang kedua, apalah yang telah dihasilkan PMK STAN, persekutuan yang pernah saya pimpin bersama tim inti yang lain. Kampus diploma, kedinasan, gratis, yang sudah berdiri lebih dari 3 dekade, setiap tahunnya meluluskan alumni yang langsung bekerja di Kementerian Keuangan, yang katanya “banyak uang”, namun terlanjur di-cap miring oleh masyarakat awam, terlebih lagi dengan seringnya media memberitakan kasus korupsi dan penyelewengan di Direktorat Jenderal Pajak, Bea Cukai, sampai-sampai sempat muncul slogan masyarakat “kampus penghasil koruptor”, atau yang lebih rohani: dari jaman Alkitab, orang pajak dan pemungut cukai-lah orang paling berdosa. Miris. Bagaimana mengobarkan visi menghasilkan alumni yang menjadi garam dan terang di kondisi yang demikian?
Dua alasan ini membuat saya tertunduk, tapi sekaligus menganggukkan kepala pertanda setuju untuk menulis sharing ini dengan apa yang saya punya, dengan apa yang telah saya saksikan, dengan apa yang telah Allah kerjakan dalam diri saya dan PMK STAN.

Sudah 6 tahun belakangan ini, dari ribuan mahasiswa yang masuk STAN, rata-rata 10%-nya (200 ratusan lebih) mahasiswa Kristen menambah jumlah anggota PMK STAN setiap tahun. Kebanyakan dari daerah (luar Jakarta) dan banyak dari golongan ekonomi menengah ke bawah, yang rela meninggalkan kesempatan kuliah di PTN lain, demi kuliah gratis dan langsung kerja. Dari latar belakang ini, ada dua kondisi (baca: kenyataan) yang mungkin terjadi setelah alumni: sangat bersyukur atas anugerah Allah, punya pola hidup menderma dan sederhana sekalipun penghasilan yang lumayan, atau yang kedua: lupa daratan! Tentu opsi pertama yang selalu saya doakan dan harapkan. Dan mimpi itulah yang kami kerjakan di PMK: nantinya mahasiswa ini menjadi alumni yang makin cinta Tuhan dan benci dosa, berintegritas, mampu mengintegrasikan iman dan ilmunya, sebagai Penjaga Keuangan Negara (slogan Kementerian Keuangan: Nagara Dana Rakca). Mereka bukan sekedar alumni, tetapi alumni KRISTEN, yang harusnya berdampak, menunjukkan rasanya sebagai garam dan cahayanya sebagai terang. Bekerja jujur, rajin, bukan hanya sekedar kode etik, tapi sebagai perwujudan takut akan Allah. Visi yang sederhana: menghasilkan alumni yang dewasa dan berdampak. Entah apapun kalimatnya: menghasilkan murid Kristus, garam terang, mimpinya tetaplah sama. Visi itulah yang terus ditularkan dari satu orang ke orang lainnya, yang dikerjakan dalam bentuk misi dan program dengan waktu yang singkat selagi berada di kampus. Untuk apa ada Penginjilan, Pemuridan, Pelipatgandaan, Pengutusan? Dalam rangka mewujudkan visi itu. Untuk apa tiap Jumat sore ada persekutuan? Untuk menghasilkan alumni yang berakar dalam Kristus. Untuk apa ada kelompok kecil? Untuk menghasilkan alumni yang dewasa. Untuk apa persekutuan doa dan pembinaan lain, dan program-program lain? Untuk menghasilkan alumni yang siap menyaksikan Kristus dalam hidupnya. Dalam setiap kegiatan, pengurus harus menyadari sasarannya apa. Saya selalu menanyakan: ini untuk apa? Ngapain mengadakan itu? Mereka harus tangkap visinya. Jadikan visi ini sebagai visi pribadi, tularkan ke pengurus yang lain, tularkan ke jemaat, tularkan ke semua orang menjadi visi bersama, visi ilahi. Ini memang mimpi besar, tapi tidak ada hal besar yang terjadi tanpa diawali oleh mimpi/ visi yang besar. Dalam suatu KTB, saya pernah berkata: “siapa bilang PMK STAN tidak bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik? Tunggu waktu-Nya Allah!! Kita tetap kerjakan visi ini”. Think globally act locally. “Mimpi bagi bangsa ini dimulai dari membina mahasiswa STAN”, itu saya katakan dalam beberapa kesempatan. PMK STAN ada di dalam visi besar Allah, untuk memperbaiki bangsa ini. Beberapa kali sharing dengan orang-orang kunci, bahkan dengan beberapa generasi di bawah, saya sering katakan: tiap melihat wajah-wajah jemaat, milikilah visi ilahi, penglihatan ilahi, cara Allah berbelas kasihan, mereka ini mahasiswa-mahasiswa yang bisa dipakai Allah menjadi pemimpin seturut kehendak-Nya. Memang mereka mahasiswa, tapi nantinya mereka jadi pemimpin. Bukankah itu visi besar? Student today, leader tomorrow.
Saya teringat ketika menjadi Ketua Umum, setiap ikut pembinaan, retreat, kamp, selalu VISI digaungkan, dan harus meresap dalam diri setiap pelayan. Bahaya terbesar dalam pelayanan mahasiswa adalah hilangnya atau semakin kaburnya visi. Kegiatan tetap ada, dana tetap tersedia, orang-orang masih ada, tapi tidak ada lagi “nyawa” dalam setiap hal yang dilakukan, hanya sebatas organisasi dengan banyak program. Tanpa visi, PMK hanya sebagai kumpulan pengurus yang sibuk melakukan ini itu tanpa tahu “mimpi besar” dari hal yang dikerjakannya. Gerakan-gerakan (movement) tetap dilakukan: doa, belajar Alkitab, penginjilan sampai misi; tapi tanpa visi, movement itu hanya menjadi monument yang menjulang tinggi tanpa dampak. Dan kenyataan sekarang: movement-movement yang selama ini kita cap sebagai keunikan PMK, sekarang tidak unik lagi. Prayer movement, bible movement, evangelism movement, discipleship movement, mission movement, tidak eksklusif menjadi ciri pelayanan PMK, sudah banyak gereja yang mengerjakan movement itu. Mungkin yang tertinggal hanyalah interdenomination movement dan student movement, itupun sepertinya tidak lagi, sudah banyak organisasi pelayanan dan parachurch yang juga memperjuangkan kedua hal itu. Jadi, keunikan PMK sudah tidak unik lagi. Tapi, pelayanan mahasiswa haruslah tetap unik. Dan apa yang bisa menjaganya tetap unik? Cuma satu: VISI. Hanya pelayanan mahasiswa yang mempunyai visi menghasilkan alumni yang menggarami dan menerangi dunia ini dengan iman dan ilmunya. Darimana kita jelas melihat keunikan PMK itu? Dari outputnya: alumni. Kapan PMK dikatakan mempunyai discipleship movement? Ketika ada alumni-alumni yang masih rindu memuridkan di tengah kesibukannya sebagai alumni, ketika ada alumni yang berjuang keras membentuk komunitas-komunitas di kantornya, di gerejanya, atau lingkungannya. Kapan PMK dikatakan unik dalam hal prayer movement, bible movement dan yang lainnya? Ketika ada alumni-alumni yang tetap menjadi pendoa yang setia, mencintai firman Tuhan, atau sederhananya: memperjuangkan relasi pribadi dengan Tuhan dalam saat teduh, doa, bible study, pelayanan, sesibuk apapun, sejauh manapun Tuhan tempatkan dia di bagian Indonesia ini. Itulah kekuatan VISI, itulah kehebatan VISI. Visi-lah yang menggerakkan pengurus-pengurus terus berjuang membina mahasiswa untuk mimpi besar: menghasilkan alumni yang berdampak bagi dunia ini. Visi-lah yang membuat seorang alumni tetap mau ikut Yesus sekalipun susah bahkan menderita. Dan itu bukan isapan jempol belaka. Itu sangat mungkin terjadi. Ketika ada orang-orang yang berjuang dan tetap TAAT demi visi ilahi itu. Alkitab sudah mencatatnya. Sejarah sudah membuktikannya. Ada Abraham, Musa, Nehemia, Daniel, Petrus, dan rasul-rasul yang lain, ada Paulus. Ada Polikarpus, John Sung, Wiliam Carey, A.W Tozer, Nommensen, C.S Lewis, David Livingstone, William Wilberforce, Marthin Luther King Jr, Leimeina, T.B Simatupang, dan pejuang-pejuang visi lainnya, yang telah membuktikannya. Teruskan nama-nama itu sampai ke namamu. Dan biarlah kampusmu menghasilkan nama-nama itu. Itulah VISI, mimpi, dan bersama Allah, sangat mungkin terwujud jadi kenyataan. Trust and obey.
Sekarang saya memang masih sangat muda dan belum menjabat apa-apa. Tapi visi itu terus bergema di hati, terjaga dalam KTB, apalagi setiap dihubungi menjadi pelayan dalam pelayanan mahasiswa. Saya tersenyum dan bersyukur bahwa saya tidak pernah sendiri, teman-teman saya yang lain juga sedang berjuang. Kami turut bersedih lalu berdoa ketika melihat visi itu memudar bagi beberapa orang alumni. Saya selalu mengingatkan pengurus: orang yang berintegritas itu tidak banyak, biarlah PMK STAN menghasilkan orang yang tidak banyak itu. Untuk visi itulah, PMK STAN ada.
Ah... saya terlalu banyak bercerita tentang STAN. Tapi saya memang dihubungi untuk itu: sharing sebagai alumni STAN, yang menikmati visi Allah sewaktu mahasiswa. Tapi bukan berarti pekerjaan Allah hanya di STAN. Ketika kamu membaca artikel ini, ketika buletin Nehemia ini ada di tanganmu, Tuhan juga bisa memakai dirimu untuk visi besar-Nya. Dia bisa bekerja memakai kampusmu, menghasilkan alumni yang v(m)isioner, dalam setiap bidang ilmu, ekonomi, hukum, sosial, politik, teknik, kesehatan, Indonesia membutuhkan alumni dari kampusmu, yang takut akan Tuhan. Mimpikanlah. Kerjakanlah. Dream your work, work your dream.

Kawas Rolant Tarigan, alumni STAN, sekarang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak.

[tulisan ini dimuat dalam NEHEMIA edisi Nopember 2010; Buletin Doa PMKJ]

Read More..

Roleplay
The Greatest Love --- Yoh 3:16

Setting: small group konseling, dengan 1 konselor dan 3 konseli (siswa, mahasiswa, alumni). Kostum dan aksesoris membantu untuk menunjukkan karakter. Alumni sibuk dgn Blackberry-nya. Semua duduk di kursi, konseli duduk sebaris, konselor berhadapan dgn konseli. Posisinya serong, agar tidak membelakangi dan dapat dilihat jemaat.
(musik pengiring dgn lembut: Think about His love)

Konselor : Ayo, gimana, sharinglah kondisi nya...

Siswa : Yah... Gitulah kak. Di sekolah, rasanya lama-lama gimanaa gitu aktif di rohkris. Kayak ada jaraknya gitu kalau mau gabung ama anak-anak yang lain, kalau mau main, jalan, nongkrong. Trus rasanya sayang juga ngabisin waktu banyak buat ngurusin kebaktian, yang datang juga itu-itu aja. Aku kan udah kelas 3, mau fokus utk persiapan kuliah, les, bimbel, belom lagi diomelin ama orang tua. Apa berhenti dulu ya dari “kegiatan rohkris” ini? Ntar takutnya gagal lagi cita-citaku gara2 ngurusin ini mulu... Ah, gak taulah...


Konselor : Ehm...

Mahasiswa : Gw juga dulu gitu waktu siswa, capek sih, takut juga, tapi puji Tuhan, bisa kok lulus di kampus yg gw harapin. Yakinlah... Tuhan pasti kasi yang terbaik kok... Tapi... gw jg lagi capek sekarang, di kampus jadi pengurus lagi, udah berapa tahun... hehe

Konselor : wess... udah sering ikut pembinaan dong. Hehe. PPA di sana-sini, MC sana-sini, PKK, trainer, Udah berapa orang yg dibawa pada Kristus?

Mahasiswa : hahahaha... Malu aku, kak, kalo ditanya gitu... Itu juga sih yg ku pikirkan.Utk apa ya record pelayananku yg banyak itu. Hampa. Banyak ikut training Penginjilan, tapi gak pernah menginjili. Sibuk sana sini, tapi apakah itu aku lakukan dgn sungguh? Apakah Tuhan senang, atau hanya sekedar segudang kegiatan pelayanan? (sedih)

Alumni : aku dengar cerita gini, jadi rindu banget dgn suasana itu.

Konselor : Maksudnya?

Alumni : udah alumni gini, sibuk kerja, gak pernah lagi terlibat pelayanan. Padahal dulu waktu masih di kampus, sekolah, aku aktif jd pengurus.

Siswa : sekarang kenapa kak?

Alumni : gak sempat. Sibuk bgt kerjaan. Ku pikir aku udah di jalan yg benar, aku kerja, gak terhisap isme-isme alumni: hedonisme, materialisme, konsumerisme, aku gak terpengaruh. Tapi kerjaan ini malah mengambil seluruh waktuku. (sekali-sekali melihat Blackberry). Penghasilan sih lumayan. Tapi, jangankan waktu utk pelayanan, utk keluarga aja makin lama makin kurang, belum lagi aku rencana utk lanjut kuliah..

Mahasiswa : kakak kerja dimana sih?

Alumni : di bank

Mahasiswa : oh… berarti kakak dulu jurusan ekonomi dong..

Alumni : enggak. Aku alumni Fakultas Teknik (mahasiswa bingung). Ya, namanya kerjaan.

Siswa : Lho kok?? Ah, udahlah… jadi pelayanan kakak sekarang?

Alumni : sebatas donatur. Ah,,, aku tau pasti ada yg salah..

Mahasiswa : jadi takut gw jadi alumni.

Konselor : ok deh. Gini... Dengar... Aku mau tanya, kalian tau Allah sangat mengasihi kalian?

Semua : tau... (menganggukkan kepala)

Konselor : apakah kalian mengasihi Allah?

Semua : iya... (mengangguk)

Konselor : urutan ke berapa Dia dalam hidup kita? (semua tertunduk)... (sambil konselor pergi) Dia sangat mengasihimu. Kalau kalian tau itu... (satu-satu pergi melangkah lambat).

Read More..

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo