Kawas Rolant Tarigan

-now or never-


Banyak sekali hal yang harusnya kita syukuri. Tapi yang sering terjadi malah kita sulit bersyukur karena terlalu sibuk membanding-bandingkan berkat dengan orang lain. Jadinya lupa bersyukur untuk hal yang sebenarnya jauh lebih banyak dari itu.
Aku juga sering bergumul untuk hal itu. Cemburu, andai saja…, coba kalau…, kok bisa begini, kok bisa begitu, beruntung banget tuh orang, dll dst...
Aku cemburu dengan anak sarjana yang baru masuk dengan golongan dan gaji yang jauh lebih tinggi dari aku. Kalau orangnya memang handal sih gak papa. Tapi kalau dilihat, orang itu enggak unggul-unggul amat, malah banyak yang ‘lucky’, misalnya terbukti tidak capable secara ilmu, sikapnya juga pemalas padahal masih pegawai baru, dan tidak produktif. Masa orang seperti itu layak digaji dengan grade tinggi? Ada yang bilang bersyukurlah, was... kuliah udah gratis. Tapi aku pikir enggak juga. Masa karena kuliah gratis artinya nerima-nerima aja? Kalau gitu, mending aku lanjutin kuliahku S1 dulu, toh aku juga udah ketinggalan setahun. Gitu juga sebenarnya sama pegawai lama, atau kepala seksi yang malas. Rasanya gak adil banget orang-orang yang tidak produktif itu digaji mahal-mahal? Aku juga rasanya sulit menerima dengan ikhlas kalau anak S1 yang seumuranku yang baru diterima di Depkeu langsung golongan III/A dan jauh di atasku, padahal ilmu dan kinerja belum tentu jauh lebih baik. Aku juga kesal setiap kali disinggung entah di TV, atau percakapan sehari-hari tentang pekerjaanku di pajak. Sepertinya berdosa kali pekerjaanku ini. Perihal remunerasi. Banyak yang langsung sinis, ngapain digaji tinggi, padahal masih korupsi? Mau ku colok aja lubang hidung yang bilang kalimat itu. Yang gajinya tinggi itu seberapa sih? Kalau mau dibandingkan, gaji di pajak itu (apalagi untuk pegawai seperti grade-ku) gak ada apa-apanya dibanding pegawai instansi lain yang (padahal) tiap tahun merugi itu, atau perusahaan swasta yang lain, jangan langsung bandingkan ke bawah terus. Padahal pajak yang cari duit, instansi lain itu yang habiskan. Kalau remunerasi dicabut, benar-benarlah negeri ini negeri gila! Yang tidak bisa menghargai perjuangan orang benar. Kasihan orang-orang yang selama ini berjuang, bekerja jujur, harus menelan imbas kesejahteraannya terancam akibat ulah orang-orang yang kurang ajar. Padahal pajak memulai reformasi, termasuk dalam hal kesejahteraan pegawai. Harapannya nanti ,semua pegawai, entah itu negeri, swasta, guru, aparat penegak hukum, bahkan buruh, apapun, harus digaji layak, tinggi, namun harus berbanding lurus dengan produktivitas kerjanya (kecuali dalam kondisi kesehatannya) dan integritas kerjanya. Ketika tidak produktif, tidak jujur, langsung kasi punishment, entah itu tidak digaji atau dipecat atau dipenjarakan. Apa nunggu bersih total dulu suatu instansi baru layak digaji tinggi? Kalau begitu, DPR gak akan pernah mendapat gaji tinggi. Aku kesal melihat orang curang tidak kena jerat. Aku kesal melihat orang malas bertambah malas karena tidak pernah mendapat sanksi. Pinter goblok rajin malas gaji sama, bahkan lebih tinggi yang goblok malas. Aku kesal melihat orang kaya bertambah kaya karena ketidak jujurannya. Aku kesal melihat anak yang dengan gampangnya beli handphone, motor, mobil, padahal tidak berjuang apa-apa, hanya karena bapaknya adalah orang kaya, dan dia kecipratan jadi anak orang kaya, gak usah susah cari kerja, tinggal kawin aja gampang. Itupun sebelum kawin udah tersedia rumahnya lengkap dengan isinya, kulkasnya pun dengan isinya, mobilnya, tinggal nempatin doang. Ckckck... Ada juga anak yang udah sekolahnya mahal, gak serius pula belajar. Aku juga kesal melihat anak yang terlalu dihargai berlebihan, masuk kuliah dibeliin mobil, kalau nilai baik liburan ke luar negeri. Aku kesal melihat orang yang sering merendahkan orang berintegritas, sebagai orang sok suci, sok jujur. Pengennya orang-orang itu dilemparkan aja ke penjara yang paling suram dimana ada ratap tangis dan kertak gigi, kalau mereka tidak segera menyadari kesesatannya. Ah, banyak kali yang ku kesalkan. Tapi untuk apa kulanjutkan?
JAUH LEBIH BANYAK HAL YANG HARUS AKU SYUKURI. JAUH LEBIH BANYAK BERKAT TUHAN YANG TELAH TERSEDIA DAN TELAH TERCURAH, YANG TIDAK SELALU BISA DIUKUR DARI MATERI. Terima kasih Tuhan buat jantung yang masih berdetak, buat nafas kehidupan, buat bangun pagi, buat tidur nyenyak, buat doa-doa yang kupanjatkan dan dipanjatkan untukku, buat bapak, mamak, kakak, abang, keluarga yang lain, buat sahabat-sahabat di KTB, rekan pelayanan, teman-teman, buat Misni yang selalu memberi penguatan, buat senyuman yang masih melengkung di bibir, buat kesempatan untuk memberi, buat kesempatan untuk melayani, buat kesempatan untuk bekerja, buat matahari, bulan, bintang, udara, buat air putih yang ku minum dan makanan yang ku makan tadi pagi, siang ini, malam nanti..... ah banyaklah..... terima kasih Tuhan buat semua hal dalam hidupku, buat cinta dan kasih, buat suka duka yang Tuhan pakai untuk kebaikanku, terlebih buat anugerah hidup kekal, sungguh tak ternilai dan tak tergantikan. Tidak pernah habis untuk menuliskan semua berkatmu dalam hidupku. Ketika aku mencoba menghitungnya, aku tak akan menemukan jawabannya. Lagu riang ini justru sempat membuatku menangis. Perhatikan kata per katanya secara lengkap:

Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu
Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau kan kagum oleh kasih-Nya
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya

Adakah beban membuat kau penat, salib yang kau pikul menekan berat?
Hitunglah berkat-Nya pasti kau lega, dan bernyanyi t’rus penuh bahagia

Bila kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus yang lebih permai
Hitunglah berkat yang tidak terbeli, milikmu di sorga tiada terperi

Dalam pergumulanmu di dunia, janganlah kuatir, Tuhan adalah!
Hitunglah berkat sepanjang hidupmu, yakinlah,malaikat menyertaimu!

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.“ (1Tes5:18)

6 komentar:

sama dgn apa yg beberapa hari terakhir ini aku renungkan... :)

nice writing :) aku juga kyknya terlalu sering iri dan mengeluh dan membandingkan apa yg aku punya/dapat dengan orang lain. semoga ke depannya bisa lebih menghayati makna berkat Tuhan bagi diriku.

Angga mengatakan... 24 Mei 2010, 11.45.00  

like this!

hahaha.... hendra, anto, angga, ingatkan aku juga kalo suatu saat lupa bersyukur ya... :)

Misni mengatakan... 27 Jun 2011, 08.50.00  

Like this juga deh... Mungkin setiap kita pernah ngerasain hal ini. Tapi selama pengalamanku, semakin keras aku memikirkannya, semakin lelah hatiku dan hilang semangatku untuk memberi yang terbaik... Lebih baik memikirkan apa yang aku bisa lakukan... Semangat teman!!!

Like this Bro...
Tulisan yang meneduhkan, hehehe...
Membandingkan apa yang kita punya dengan apa yang orang lain punya seringkali hanya membuat iri, bikin kita lupa mensyukuri apa yang sudah kita terima, bahkan lebih parahnya bisa membuat kita fokus untuk hanya mencari berkat, bukan sumber berkat itu sendiri.

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo