Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Bulan ini banyak kejutan kecil. 2 April itu Jumat Agung dan tanggal 4 Paskah. Di 4 hari gak kerja di akhir minggu itu, aku ikut jalan-jalan ama keluarga ke Puncak, Bogor. Eh, ternyata, tanggal 4-nya, pas ibadah di rumah, disuruh tante untuk bawa renungan Firman. Kaget, senang dan takut. Kaget karena baru dibilang berapa jam sebelumnya. Senang, karena merasa dianggap, kapan pula ‘anak muda’ bawa firman kepada orangtua dan anak-anak, lagian mereka ingin mendengar firman dari ‘anak persekutuan’ katanya. Senang juga karena ini kesempatan yang entah kapan lagi akan datang untuk memberitakan Injil, bahwa kita manusia berdosa, masalah utama kita adalah dosa, solusi kita adalah keselamatan, makanya Allah datangkan Juruselamat, Yesus mati disalibkan sebagai ganti penghukuman atas kita, dan bangkit sebagai bukti kemenangannya atas maut, sebagai dasar pengharapan kita untuk setia mengikut Dia, karena Dia Allah yang menang. Masalahnya, maukah engkau buka hati dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi? (kaget,senang) dan terakhir, jujur aja ada rasa takut karena harus menyampaikan Injil ini dengan persiapan yang terbatas.
Dalam liburan itu juga kami berjalan-jalan ke Taman Bunga Nasional dan Kota Bunga. Di taman bunga, kita memang disuguhkan pemandangan yang sangat indah dengan bunga-bunga bermekaran, dan udara yang sejuk. Suasana ini memang cocok untuk refreshing dan sejenak membuat lupa akan masalah-masalah yang lain. Namun pulang dari sana, kembali lagi ke dunia kita, mungkin tetap menghadapi masalah yang sama, namun dengan pikiran yang lebih jernih dan tenang. Ada kebenaran teologis di sini, bahwa hidup tak selamanya seindah kebun bunga, kawan. Jangan terlena. Kita harus sadar bahwa kehidupan nyata juga terdapat lembah kekelaman. Namun kita bisa melewatinya bersama dengan Allah, baik dalam kebun bunga maupun lembah.
Di Kota Bunga, aku melihat begitu banyak rumah mewah dengan fasilitas lingkungan dan sarana rekreasi yang lengkap. Hampir semua rumah sudah laku, berisi perabot lengkap tapi kosong, dan mobil berparkiran dimana-mana. Mobil mana? 90% plat Jakarta. Artinya mayoritas pemilik rumah di situ adalah penduduk Jakarta, yang artinya punya rumah juga di Jakarta, dan hanya ke sini kalau liburan. Pantaslah wilayah hijau di Puncak semakin sempit. Gaya hidup orang semakin hedonis, yang penting punya rumah, entah siapa dan kapan ditempati. Sempat kepikiran, kalaulah semua orang kaya itu menjual ‘aset’ mereka yang di Kota Bunga itu, aku pikir bisa menutupi (bahkan mungkin melunasi) banyak utang Indonesia atau perbaikan taraf hidup masyarakat…
Tanggal 10, Paskah Perkantas, dan aku juga terkejut, karena seminggu sebelumnya diminta untuk jadi pendoa syafaat. Ini tugas berat bagiku, karena jujur aja, udah beberapa waktu aku tidak berdoa secara spesifik bagi bangsa yang sedang amburadul ini. Diminta untuk mendoakan kondisi bangsa. Aku pikir dalam hati, apa karena kasus pajak lagi marak-maraknya terungkap, makanya aku dipilih jadi pendoa syafaat? Hahaha...
Tanggal 17 kami KTB’05, membahas kitab Yunus, sang Nabi yang lari dari panggilan. Dan berefleksi, bagaimana kasih kami terhadap bangsa yang sangat butuh pertolongan Allah ini, seberapa rindu kami berdoa agar Indonesia yang berpenduduk 275 juta ini bertobat, dan adakah selama ini sikap kami yang mengindikasikan ‘lari’ dari panggilan awal?
Tanggal 20, ulang tahun PMK STAN yang ke 31. Allah yang setia yang terus memelihara persekutuan dan pertumbuhan di PMK STAN, menghasilkan satu demi satu alumni yang menjadi berkat bagi bangsa ini khususnya di Kementerian Keuangan. Aku berdoa, dalam pasang surut perjalanan PMK STAN, kiranya ada orang-orang yang tetap setia mengerjakan panggilannya di kampus, dalam studinya dan pekerjaan nantinya. Pekerjaan Allah tidak akan terhenti.
Selebihnya, selama bulan April juga, aku mengerjakan pelayanan di tim doa Paskah Bona Pasogit. Perayaan Paskah khususnya bagi orang Batak di Jabodetabek, sekitar 10.000 jemaat. Sesungguhnya kemenangan rohani dalam kebaktian penginjilan ini adalah di dalam doa, karena itulah ada tim doa. Terus berdoa bukan hanya bagi persiapan acara, tapi juga jemaat, biar Tuhan tanamkan kerinduan untuk datang apapun cuaca dan kondisinya, Tuhan buka hatinya, sehingga pada hari H ketika Firman Tuhan disampaikan, Roh Allah bekerja secara leluasa dalam hati setiap orang. Itulah yang kami doakan. Di situ jugalah kami beriman, Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, dan betapa Allah sangat mengasihi satu jiwa yang datang kepadanya, termasuk orang Batak, dari kondektur sampai direktur. Horas!

0 komentar:

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo