Aku terbangun, kelaparan. Terbangun, karena tadi ketiduran; lapar, karena tadi tidak selera makan. Akhir-akhir ini memang sering gelisah. Menyadari ternyata dirimu jauh dariku. Entah sampai kapan. Sangat menyadari arti hadirmu, di saat-saat aku sangat ingin di sampingmu, namun tak mampu. Coba kau ada di sini, berbagi waktu bersama, kau akan tahu detik ini bermakna. Saat-saat bersama dirimu, aku ingin melangkah lambat, harapku waktu ikut melambat, namun terasa sangat cepat. Tanpa dirimu, ku ingin waktu berlalu cepat, tapi rasanya melaju sangat lambat. Padahal waktu begitu saja tetap. Saat bicara denganmu, aku ingin waktu tak bergerak maju. Aku ingin bicara terus, supaya kau tidak merasa bosan dan menikmati waktu bersamaku. Aku senang dengan senyum-senyum kecilmu. Walaupun sering matamu tidak menatapku.Tapi aku ingin juga mendengar suaramu. Aku coba diam. Tapi kau juga ikut diam, dan memintaku untuk bercerita hal yang lain lagi. Itupun aku lakukan, meski harus menyiapkan segudang cerita, demi keceriaanmu. Begitu berharganya momen itu. Makanya, setiap saat yang kita lalui, buatlah itu seakan-akan saat yang terakhir. Saat aku memboncengmu, dekap aku erat, siapa tau itu saat terakhir aku bisa melakukannya; saat makan malam denganku, hadirlah bersama rohmu dan nikmati waktu bersamaku, siapa tau itu malam terakhir aku bisa memesankan menu buatmu; saat aku menatap wajahmu, tersenyumlah, siapa tau itu terakhir kalinya kau membuat diriku merasa orang paling beruntung di dunia... Kalau boleh memilih, tentu tak mau jauh darimu. Bagiku: bandara, stasiun, terminal, bahkan gerbang kosmu, adalah tempat menyedihkan, karena kau harus melambaikan tangan kepadaku, lalu berbisik menemani kepergian: “Hati-hati ya…”. Dan harapku, segera lagi bertemu. Seramai apapun orang di hadapanku, tetap ada yang kurang tanpa dirimu. Ketahuilah, aku rindu padamu. Aku benci nulis ini, karena membuatnya semakin merajalela. Sama seperti setiap saat habis bertelepon denganmu, ada rasa galau: senang, bisa mendengar suaramu, tapi setelah itu risau, karena sangat ingin di sampingmu. Sering berpikir untuk tidak menghubungimu, mengendalikan rasa itu, tapi bagaimana mungkin? Akhirnya kuhubungi lagi. Begitu sampai saat ini. Pernahkah kau merasakan hal yang sama? Tidak ingin menghubungiku, padahal saat itulah kau sangat ingin menghubungiku. Aku benci, kalau setiap bangun, ku lihat handphone-ku, tak ada apa-apa darimu. Tak ada gambar amplop kecil di sudut layar, tak ada ikon telepon di wallpaper. Tak ada sms darimu, tak ada missed call, tak ada tambahan inbox, tak ada have to do. Tahukah dirimu aku menanti semua itu? Aku baca lagi pesan-pesan lamamu, setiap kali aku merindukanmu. Bukan cuma itu, caramu menatap, memegang tanganku, saat ku membelai rambutmu, ah... sangat ingin memelukmu. Tolong beri aku bahumu untuk berbagi rindu. Kapan saatnya kau benar-benar tak jauh dariku lagi? Apa lihat nanti?? Ehm, semoga sang waktu akan berbaik hati. Ingat ini, setiap kali kau membaca tulisan ini, yakini: aku mencintaimu hari ini! Besok, gitu lagi. Tuhan, Penjaga semesta, Dia juga yang akan menjagamu.
Antara Medan, Jakarta dan Manokwari
13 tahun yang lalu
14 komentar:
like thissssssss
like this bg... jakarta-karawang naik agramas Rp.9500 (naluri kondektur) hahahaha
asli melo bgt bg,,,
tak menyangka se-melo itu,,
> makasih anonim...
> Daniel: naik motor SupraX 125, bensin 10.000, bisa boncengan :)
> Rihard: lg melo bgt mmg -_-
melownya bang.. :P
> Paula: iya, lg melow
ahh..kena juga critamu ni ke aq bg..
hahay.. :P
like this....
jadi teringat masa lalu bang,,
:) :)
> will: hihihi... sampe kpn ni kangen-kangenan??
> cia: hehe,,, baguslah kalau mengingatkan :)
aq suka bagian tengahnya yang "saat aku menatap wajahmu, tersenyumlah, siapa tau itu terakhir kalinya kau membuat diriku merasa orang paling beruntung di dunia..."
asli itu kata2 ok banget bang..... kerennnn...
by : mono
kangen
like thiss...
jd terharu!!!
Preeeet...!!!
Wduh sgtu aj jauh...
Cmna lg d daerah tmur...
By. Artis yng mw tenar
Posting Komentar