Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Dari perenunganku, tema yang pas untuk bulan Maret 2010 ini adalah “tak seperti biasanya”. Semua yang terjadi, dan aku nikmati, berbeda dari biasanya.
• Mengawali bulan ini dengan menjalani sisa cuti 1 hari dari total yang ku ambil untuk RK XI.
• Retreat Koordinator XI telah usai, di akhir Februari. Tapi momen ini menyisakan banyak hal untuk dikenang. Mengerjakannya selama 6 bulan bukanlah hal yang gampang untuk berlalu begitu saja. Kini, tak ada lagi rapat tiap minggu, tak ada lagi koordinasi-kordinasi dengan panitia lain, tak ada lagi pokok doa harian yang di-print, tak ada lagi kertas-kertas coretan yang selalu di tas dan hampir hancur karena dibawa kemana-mana, tak ada lagi suara ketawa mereka, tak ada lagi sms nanya perkembangan dan pokok doa, berjuang mencari rupiah demi rupiah. Tak ada lagi. Kini, berjalan tak seperti biasanya, 6 bulan yang telah menjadi kebiasaan itu. Semoga RK XI ini tidak hanya berlalu menjadi program pembinaan shortcut, yang sangat dinikmati selama 4 hari 3 malam, namun tanpa dampak di kampus-kampus peserta. Semoga follow up demi follow up mampu menolong konsep yang baik itu bisa diterapkan jadi kenyataan di PMK. Eh, btw, panitia, kapan rapat evaluasi dan LPJ? Wah, jangan terlena dengan hari-hari yang “tak seperti biasanya” ini. Tanggal 18 April ya, lengkap! (katanya memecahkan rekor sebagai panitia terlama untuk LPJ dan surplus dana terbanyak). Hehehe...


• Tanggal 16 hari libur, hari raya Nyepi, dan aku merasa sepi. Sendirian seharian di mess. Memang ‘libur terjepit’ ini dimanfaatkan orang-orang untuk melakukan berbagai hal. Tinggallah aku sendiri, tak seperti biasanya. Tapi itu membuatku bersemangat untuk... beres-beres kamar! Jemur kasur dan bantal, nyapu, ngepel, beresin buku-buku, kertas-kertas. Habis itu, servis motor. Mau dicuci, eh malah hujan. Dan tak terasa sehari sendiri itu cepat berlalu, tak seperti biasanya.

• Tanggal 20, UNTUK PERTAMA KALINYA dalam tahun ini, aku Kelompok Kecil lagi dengan AKK-AKK-ku. Mereka lagi diklat di Jakarta, dan aku lihat hari itu kosong, aku ajak berkumpul dan setelah negosiasi, ternyata bisa... Senangnya... Mumpung lagi di Jakarta (yang dari Lampung dan Bandung, 2 orang tetap di Medan; atau mumpung sebelum kami terpisah lebih jauh lagi kalau mereka nanti penempatan di luar Jawa :D). “Jangan bahas bahan ya bang... Sharing-sharing aja”, katanya. Alasannya capek karena diklat. Tapi aku gak mau. Harus bahas bahan, karena entah kapan lagi kita bisa ketemu. Kemudian penawaran meningkat: “Bahas bahannya sambil makan-makan aja bang...”. Aduh... sori, penawaran kedua juga kutolak. Di kosan aja kalian susah fokus, apalagi di mall? Nanti, setelah selesai, baru kita makan-makan :) Aku sangat menikmati KK hari itu. Sewaktu berdoa, bahkan aku sempat menahan tangis. Aku merasakan keterbukaan (dan ketertutupan) di antara kami. Mereka itu unik: ada yang susah fokus, ada yang gak bisa diam, ada yang suka nyeletuk, motong pembicaraan, nunggu giliran, ngelihat kemana-mana, aneh-anehlah pokoknya. (cerita lengkap tentang KK, ada di artikel “Kelompok Kecilku” http://kawasrolanttarigan.blogspot.com/2010/04/kelompok-kecilku.html). Bagaimana ya, kalau kami nanti memang tidak ketemu lagi? Bagaimana nanti kalau mereka di dunia kerja? Masihkah cinta Allah dan benci dosa? Dalam kegagalan dan keterbatasanku sebagai PKK, aku menyerahkan mereka dalam tangan Allah yang kuat.

• Besoknya, tanggal 21, UNTUK PERTAMA KALINYA dalam tahun ini, aku KK lagi ke atas. Ini juga tak seperti biasanya. Kami ketemu di plaza, makan malam, dan pertemuan terakhir dengan Andre yang ternyata penempatan di Palu, menyusul Saudara KK kami, Ido yang sudah setahun di Palu. Ah, berpisah lagi dengan satu orang yang kukenal sifat tabahnya. Belum lagi kalau PKK kami jadi berangkat ke Papua, tinggallah aku sendiri di Jawa ini. Pembicaraan terakhir kami di tempat parkiran sangat berkesan bagiku. Ayo, sama-sama berjuang ya...menjadi saksi Tuhan, di manapun. Siapa duluan kawin? Hihihi...

• Jawa Barat bagi-bagi bencana. Ternyata dalam menangani banjir pun mereka menggunakan visi kesatuan dan kedewasaan, tidak membiarkan satu daerah ‘menikmati’ sendiri, yang lain juga harus merasakan. Jangan-jangan ada (mantan) pengurus PMKJ di situ. MENYADARI BAHWA: rasa ‘turut merasakan’ itu perlu. Kabupaten Bandung kena banjir besar, dialihkan ke Jatiluhur, Purwakarta. Air semakin tinggi, Purwakarta membuka pintu air, bagi-bagi air ke Karawang. Alhasil, tak ada hujan, tak ada badai, Karawang pun banjir besar!!! 13 kecamatan tergenang air. Permukaan sungai hampir sama dengan jembatan. Walaupun mess dan kantorku tidak sampai terkena banjir, namun air sudah mengelilingi kelurahan ini, jadi tidak bisa terlalu jauh kemana-mana. Tak seperti biasanya.

• Bulan Maret ini pun beda dari bulan biasanya, dalam hal kerjaan di kantor pajak. Semua Wajib Pajak di seluruh Indonesia wajib melaporkan SPT Tahunannya paling lambat 31 Maret. Sangat melelahkan. Direktorat Jenderal Pajak jadi sorotan. Dan di saat begitu... makin disorot lagi, dengan munculnya kasus makelar pajak di Polri yang melibatkan satu oknum pegawai DJP, dengan nilai sampai 25M. Semua media menguak hal ini. Suka-suka hati media mengabarkan berita yang mereka inginkan, entah tuntas entah tidak. Habis kasus pembunuhan, kasus Bank Century, teroris, banjir, korupsi pajak, entah apa lagi. Padahal bukankah sebenarnya tokoh utama dalam kasus ini adalah makelar kasus dalam tubuh Polri?? Kenapa satu pegawai pajak –yang hanya pemeran pembantu menjadi sorotan utama? Instansi Pengadilan disorot pun tidak?? Tapi itupun aku bersyukur. Ini sebuah tamparan bagi DJP, khususnya dalam hal kepatuhan internal. Selama ini yang dilihat kulit luar saja: kerapian, sandal jepit, name tag, absensi, tapi??? kebobolan 25M. Aduh-aduh... Malunya... Tapi dari diskusi intern DJP, aku yakin generasi muda di DJP sangat ingin instansi ini bersih dari benalu-benalu sisa kotoran lama, ataupun hasil regenerasi kilat orang-orang serakah. Dan sakitnya hati ini, hampir dimana-mana orang menghina Pajak, apalagi men-generalisasi-kan semua pegawai pajak. Aku yakin, banyak pegawai pajak yang benalu (entah itu korup atau tidak produktif), tapi aku sangat yakin masih sangat banyak pegawai DJP yang bersih. Kenapa sepertinya Pajak terus yang disalahkan? Gaji memang mungkin lebih tinggi dari PNS yang lain, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan BUMN-BUMN yang bahkan tiap tahun merugi itu! Korupsi? Siapa bilang PNS selalu yang korupsi??? Tidakkah kalian sadar betapa mengerikannya korupsi di swasta, bermain uang, yang sangat merugikan negara? Bahkan siapa yang seringkali mempermainkan instansi pemerintah untuk korup? Swasta; entah itu orang pribadi atau badan, dalam atau luar negeri. Makanya, berantas aja semua yang merugikan negara ini, negeri kek, swasta kek. Gaji tinggi setiap pegawai, tapi barengi dengan reward and punishment yang tepat sasaran!

• Kalau demikian parahnya kondisi bangsa ini, betapa strategisnya pelayanan mahasiswa untuk menghasilkan alumni-alumni yang tidak hanya punya ilmu, tapi juga iman. Aku diingatkan lagi di Retreat Penilik khusus SDM Bible Movement, 26-28 Maret. Betapa bahayanya mahasiswa (apalagi alumni) yang tidak teguh berpegang pada Firman kebenaran. Ironisnya,justru saat ini kondisi pelayanan mahasiswa sedang rapuh. Berdasarkan litbang TPPM, Kelompok Kecil tak lagi sebagai tulang punggung PMK, hanya dikerjakan seadanya. PMK sangat tergantung dengan training dan pembinaan. Regenerasi yang amburadul. Tantangan semakin berat, studi padat dan cepat. Apa solusi bagi kita yang terlibat dalam pelayanan mahasiswa???

• Bulan Maret berlalu, dan KTB ‘05 tidak bertemu. Ah, tak seperti biasanya.

1 komentar:

Nensy mengatakan... 14 Des 2010, 17.38.00  

jadi perenungan yang baik juga bagiku :)

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo