Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Waktu dulu di FT UGM, tahun 2004, aku gak mau dibina di Kelompok Kecil (KK). Bagiku itu kegiatan aneh. Beberapa orang janjian ketemu, bahas firman, nyanyi, doa, sharing... Atau mungkin aku terlalu sombong untuk dijadikan murid. Tapi aku bersyukur ada satu orang yang sabar menghubungiku dan menghancurkan kerasnya hatiku, Bang Jury (Teknik Kimia UGM 2001, sekarang bekerja di perusahaan tambang di Papua). Dia sabar menghadapiku dan aku yakin dia setia berdoa untuk orang seperti aku, yang sombong rohani ini, agar mau rendah hati. Aku salut, dia mau berjuang mendoakanku, yang bukan siapa-siapanya. Dia hanya rindu aku terbina. Dan akhirnya aku ikut. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena aku pindah ke STAN tahun 2005.

Di STAN juga awalnya aku enggan untuk di-kelompok-kecil-kan. Entahlah. Mungkin karena belum tahu kegiatan kuliahnya, tidak kenal persekutuannya, atau mungkin karena aku memang belum tau apa pentingnya kelompok kecil. Tapi aku juga bersyukur, ada seorang yang bersedia mengajak dan nantinya terus membinaku dalam kelompok kecil. Bang Jetri (anak UI, sekarang baru aja lulus BPK, kabarnya juga akan berangkat ke Papua). Aku salut, rumahnya di Rawamangun, kampus Depok, tapi sering ke Bintaro demi kami, Anak Kelompok Kecil (AKK)nya. Dia rela menghabiskan biaya, waktu, tenaga, demi kami, yang baru dikenalnya: Ido, Andre, dan aku. 3 orang yang punya ciri masing-masing: Ido yang tegas (sekarang di Palu), Andre yang tabah (akan berangkat juga ke Palu), dan aku yang gak mau kalah :) (sekarang cuma di Karawang).
***
Sewaktu pergumulan menjadi Pemimpin Kelompok Kecil (PKK), aku ragu terima. PKK-ku adalah orang-orang yang ulet dan hebat, bisakah aku seperti mereka? Aku takut. Tapi terus berdoa dan didoakan, aku disadarkan lagi bahwa visi KK adalah dimuridkan untuk memuridkan (regenerasi dan multiplikasi). Saat itu juga dalam pergumulanku sebagai BPH mendorongku untuk merenung: bagaimana bisa jadi gembala dalam jumlah besar, kalau dalam kawanan kecil aja tak ambil bagian? Akhirnya aku jawab ya.

Waktu berjalan… Seringkali kalau ngomong tentang Kelompok Kecil, aku terdiam... Karena dalam hati kecilku, aku merasa bahwa aku seorang PKK yang gagal. Tidak ada AKK-ku yang beregenerasi jadi PKK, atau memimpin KK dengan baik. Perubahan hidup? Entahlah, mungkin sebatas yang terlihat. Kepengurusan? Tidak ada satupun AKK-ku yang jadi Tim Inti dalam kepengurusan. Aku salut dengan PKK yang dari KK-nya menghasilkan PKK lagi. Visi KK-nya terwujud. Bahkan untuk PKK yang (menurutku) kurang militan, ada yang menghasilkan PKK. Aku jadi malu, sambil merenungkan anugrah dan waktu Allah bagi pertumbuhan KK, yang seringkali mengherankan bagiku. Merasa gagal. Mungkin aku kurang berdoa, atau mungkin pula aku terlalu sibuk dengan pelayanan-pelayanan besar (Ketua Umum, Panita-panitia), sampai melalaikan Kelompok Kecil?? Karena seharusnya, kalau PKK sungguh-sungguh berdoa dan berjuang, pasti ada dampak bagi pertumbuhan KK-nya. Aku tertunduk malu setiap kali berbicara tentang ‘hasil’. Padahal tahun 2006 aku bahkan menyatakan bersedia jadi PKK Misi ke Universitas Budi Luhur.

Secara jumlah, aku (pernah) punya 12 AKK (ah, kayak Yesus aja). 7 dari STAN, dan 5 dari UBL.
Mereka punya kesamaan: sama-sama susah fokus, jarang ontime, susah langsung lengkap kecuali makan-makan, sangat jarang balas sms, sama-sama tak ada yang hapal ayat-ayat Alkitab. Tapi bagiku, mereka punya cerita sendiri:

STAN
Awalnya ber-3, tapi yang 1 gak mau ikut, tinggal 2. Ganda, Ivan. Aku cari 1 orang lagi adik kelasku, dan dia mau, Alfred, jadi 3 lagi. Kami selesai bahas MHB, meski terseok-seok. Tapi akhirnya kami kehilangan Ivan, karena dia harus pindah. Aku sedih sekali. Udah cuma 3, pergi pula 1. Dan yang paling aku sesali adalah, sampai Ivan pindah, aku belum pernah datang ke kosnya. Cuma tau alamat, dan itu jauh. Berapa kali aku pengen datang, dia bilang gak usah, jauh. Jadi ketemu hanya di kampus, atau di kos yang lain waktu KK. Sekarang dia di Jogja, di salah satu perusahaan sekuritas. Aku tetap pesan, cari pelayanan di sana.
Waktu aku tingkat akhir, aku dihubungi Bakti dan seksi KK, apakah mau mimpin satu KK lagi, karena PKKnya dulu, udah terbatas untuk menghubungi dan ketemu. Aku doakan, dan yang aku pikirkan: kalau tambah 4 orang, aku masih sanggup, asalkan digabung, jangan dipisah. Aku kenal PKKnya dulu, Yefta, adiknya temenku waktu di UGM. Ya udahlah, aku terima, nambah 4 lagi: Bakti, Jitro, Purba, Roly. Untuk seterusnya kami KK ber-7: aku + 6 AKK. Agak-agak susah juga dengan jumlah yang agak banyak ini. Mulai dari cocokin waktu ketemu, sampai menjaga fokus sewaktu KK. Mereka aneh-aneh: ada yang kalo ngomong awalnya susah, tapi kalo udah ngomong berhentinya susah, ada yang suka lihat kemana-mana, matanya entah lihat apa-apa di sekeliling, apalagi kalau gilirannya dipikirnya masih jauh untuk jawab pertanyaan, ada yang entah ngerjain apa-apa, bolak-balik Alkitab, megang-megang handphone, duduk terus selonjoran terus berbaring terus duduk lagi, bahkan sampai ada yang sambil cabutin bulu kaki, ckckckck, ada yang jawabannya standar aja, kalau mau digali lebih dalam udah males, ada yang suka nyeletuk, ah banyaklah kebiasaan mereka. Kadang sebel juga kalau gak diperhatikan. Tapi aku gak tau gimana caranya marah yang efektif.
Tanggal 20 Maret 2010 kami KK, namun hanya ber-4, karena 2 lagi Medan. Disitu aku sadar bahwa aku sangat mengasihi mereka. Rasanya pengen bisa terus KK bersama mereka, jangan pisah jauh-jauh. (mereka mikir gitu juga gak ya? Kayaknya enggak deh. Huhuhu...). Aku merasakan sukacita setiap kali kumpul dengan mereka. Gimana nanti kalau kami terpencar ke seluruh Indonesia? Ah, sepertinya harus diperjuangkan bareng-bareng waktunya untuk ketemuan. Aku terus berharap supaya mereka tetap setia dalam persekutuan, dan terlibat dalam pelayanan, apalagi setelah alumni. Itu doaku.

UBL
Tahun 2006 aku bersedia menjawab Ya untuk jadi PKK misi ke UBL. Akhirnya sebagai langkah awal, aku ikut Retreat Pengabaran Injil UBL, di situ aku dipertemukan dengan 3 orang (calon) AKK-ku: Boy, Frado, Leo. Dari situ kami mulai janjian ketemuan, dan aku makin sering ke UBL. Setelah beberapa bulan, dari KKR UBL, ada 2 orang lagi yang menyatakan bersedia untuk ikut KK: Tri dan Alvino. Jadilah ada 5. Yang dari UBL ini beda. Dari pertemuan pertama aja, sudah sangat sulit sekali untuk bertemu. Bayangkan aja bagaimana pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka juga punya ciri: awalnya ada yang susah bahasa Indonesia, masih campur-campur bahasa daerah, ada yang gaya habis, tindik kuping, tato temporer, kalungnya gede-gede, ada yang cat rambut, kecanduan game online. Tetap aja ada yang susah fokus, gelisah terus selama KK, gak pernah langsung jawab, pasti nanya dulu, apa tadi pertanyaannya?, ada yang bisa ketawa tiba-tiba dan susah berhenti karena sesuatu yang dianggapnya lucu, tapi bagi yang lain gak lucu. Mereka memang unik. Jarak kami agak jauh, 45-60 menit perjalanan naik 2 kali angkot kecil, dan aku terus yang kesana. Jadwal kuliah mereka berbeda-beda, susah sekali nyari jadwal yang semua bisa. Apalagi mereka makin lama makin sibuk dengan futsal, bulutangkis, asisten dosen, pelayanan di gereja, plus ada yang tinggal di rumah saudara. Aduh... Akhirnya aku hanya menetapkan jadwal, dan berapa yang kumpul, KK tetap jalan, dan bahas bahan. Yang gak datang aku susulin sendiri, atau kalau itupun gak bisa, aku lanjut terus. Aku sering bingung bagaimana cara efektif untuk menjangkau mereka semua. Sampai akhirnya aku harus meninggalkan mereka karena Agustus 2009 aku ke Medan. Tapi aku senang mendengar kabar, ada yang menggantikanku: Boy, adik kelas di STAN. Sampai saat ini, aku belum pernah ketemu mereka lagi secara lengkap. Beberapa kali hubungi lewat facebook, namun miskin respon. Asal ada acara besar di UBL, aku akan perjuangkan datang, untuk bertemu mereka, dan mudah-mudahan mereka mau datang :). Hal-hal yang paling kuingat selama KK UBL: kacamataku hilang waktu lari-lari kehujanan, pernah ditelepon oleh ortu salah satu AKK dan marah-marah apa aku membawa ajaran sesat atau aliran gereja mana, kenapa seringkali kumpul malam, tapi... Puji Tuhan, besoknya... ibunya nelepon lagi, tapi dengan tujuan yang berbeda, mau ngucapin terima kasih dan minta tolong bina anak saya ya... Wah, rasaku campur aduk waktu itu. Oh iya satu lagi yang paling kuingat, aku pernah berjalan kaki sendiri, malam-malam sekitar 4km, karena kehabisan angkot (dan tidak ada ongkos lagi), dan beberapa kali harus menahan lapar (atau hanya makan gorengan) karena kondisi “dompet” sebagai mahasiswa :)
***
Aku bersyukur dan bersukacita pernah mengalami semuanya. Aku pernah merasakan perjuangan sebagai PKK, meniru PKK-ku dulu. Aku berhutang. Tapi aku tetap saja sering terpaku ketika bicara ‘hasil’.
Aku berlutut dan berdoa: “Tuhan, hamba terbatas dan sangat penuh dengan kekurangan, bahkan berkali-kali jatuh. Hamba mohon jagai mereka. Biarlah dalam anugrahMu, waktuMu, dan kemampuanMu, pada waktunya, Engkau yang menguasai seluruh hidup mereka. Hamba sangat sadar, sesungguhnya mereka adalah domba-dombaMu, dan Engkau Gembala mereka. Tolong jangan biarkan mereka lepas dari tanganMu”.

4 komentar:

Anonim mengatakan... 19 Apr 2010, 08.55.00  

ternyata abg dl adik ktb kak juri ya???
aq ni cucu ktbnya bg...
org karo pula abg heheheh

Anonim siapa? Salam kenal aja ya... Masih sempat ketemu ama bang Jury gak? Dia kan lama lulus. Hehehe

edy milala mengatakan... 25 Apr 2010, 21.34.00  

oy.aq edy bg..t.kim o6
masi s4 ktemu ko.2 tahun x ya...lupa jg

nino mengatakan... 13 Mar 2011, 20.46.00  

mantep banget bang perjuangannya.. salutttt.. aku juga lagi merasakan hal yang sama.. tapi pengalamanmu bener2 keren bang... :) perjuangan banget..

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo