Bulan ini PAKJ mengeksposisi
tokoh Abigail, agar alumni dapat belajar apa yang Alkitab katakan tentang brain, brave, behaviour dari tokoh
wanita idaman ini. Bila kita telusuri di google,
berbicara Abigail hampir pasti bicara tentang keluarga. Karena memang Abigail
seringkali dijadikan sebagai contoh isteri yang ‘sempurna’: parasnya, hatinya,
kebijaksanaannya, dlsb. Tapi di sharing
kali ini, saya diminta untuk fokus pada aplikasi dalam dunia pekerjaan. Mari
kita lihat beberapa teladan prinsip dari kisah Abigail (1 Sam 25) yang saya kutip dari banyak sumber:
1.
Brain
·
Ay.18-20.
Jadilah pemberi solusi bagi masalah yang ada. Manfaatkanlah
setiap momen yang ada (apalagi saat-saat penting/ kritis) untuk memberikan
saran terbaik yang telah disiapkan, dengan cara yang sudah dipikirkan: saya biasanya menggunakan 3 cara: ngomong
langsung, berdiskusi, atau lewat tulisan.
·
Ay.24-31. Dalam berkomunikasi, berbicaralah dengan hikmat Allah, pada waktu yang
tepat, kepada orang yang tepat, dengan kalimat yang tepat, dengan cara yang
tepat. Kita juga harus peka kapan baiknya berkata-kata, kapan harus diam dan kapan harus bertindak. Jangan emosional. Maksud yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik.
·
Ay.10-11,17-18.
Berpikirlah sebelum bertindak. Jangan bertindak sebelum berpikir. Atau yang
lebih parah, jangan sampai tidak berpikir dan tidak bertindak (tidak berbuat
apa-apa).
·
Ay.19,36-37. Ada saatnya di mana
kita kerjakan dulu bagian kita, baru jelaskan kepada orang lain. Ini bukan
ceroboh, tapi cerdik. Jelaskan sesuatu hal pada waktu yang tepat, karena seringkali
atasan/ rekan lebih mengerti apa yang kita maksudkan setelah melihat hasil
kerja. Ini juga bisa berarti, kuasailah bidang yang kita tanggung jawabi.
Jadilah ahli. Kita akan terus dibutuhkan dan punya dampak besar. Untuk itu kita
mungkin harus belajar lebih, harus lembur, demi menguasai sesuatu hal, atau
membuat pekerjaan efektif. Kadang hal-hal kecil sangat berguna: memahami microsoft excel yang sangat membantu
pekerjaan, tahu cara memperbaiki printer,
dll.
·
Ay.32. Kebijaksanaan
pasti membuahkan kebaikan dan kebenaran, sehingga orang lain bisa merasakan
bahwa pekerjaan yang kita tangani
diberkati Tuhan.
2.
Brave
·
Ay.17-19,26,33-34. Berdoalah agar Allah anugerahkan keberanian
untuk tetap bersikap benar, bahkan ketika
akan menegur sesama sebelum dosa dilakukan. Kalau kita tidak bisa mengubah semua
keadaan, paling tidak, peganglah prinsip: “The bugs stop here”. Dosa/ pelanggaran
biarlah berhenti di meja kita. Hentikan, jangan dilanjutkan, jangan jadi
bagiannya.
·
Ay.24-31. Jika ada kesempatan,
jadilah juru bicara, karena seringkali sebenarnya kita didukung, hanya tidak
ada yang berani mengungkapkan. Ambillah bagian itu, sekalipun di depan ratusan
orang, atau di hadapan atasan yang ‘sulit diatasi’. Sebenarnya seringkali momen
itu justru kesempatan kita menunjukkan kemampuan menjelaskan, kelemahlembutan,
ketegasan, kerendahhatian. Begitu juga kalau kita dalam kondisi yang memang
salah, berinisiatiflah untuk meminta maaf. Bersikaplah objektif, yang
salah tetap salah, yang benar tetap benar.
·
Ay.14-17. Memiliki
beberapa rekan yang satu visi pasti lebih baik. Kita menjadi lebih berani
ketika ada teman, tidak berjuang sendiri. Bersama dengan beberapa
(hampir seluruh) karyawan di kantor, kami pernah membuat mosi tidak percaya terhadap
satu orang pimpinan. Gebrakan yang menakutkan karena bisa saja menyangkut karir,
tapi dengan perjuangan bersama, terasa lebih ringan, dan hasilnya puji Tuhan,
perubahan yang lebih baik.
3.
Behaviour
·
Ay.33-35. Tetaplah bersikap baik.
Memang tidak semua kondisi kantor bisa sesuai dengan
keinginan kita. Tapi tetaplah bersyukur. Tuhan punya rencana menempatkan terang
di kegelapan. Kita bisa tetap menjadi orang baik di tengah orang jahat. Kita
bisa tetap bijaksana di tengah orang bodoh. Kita bisa tetap menjadi orang yang
bertanggung jawab di tengah orang tidak bertanggung jawab. Kita bisa jadi
pengaruh, bukan terpengaruh.
·
Ay.19,30-31,37. Tunduklah
kepada atasan, taatilah aturan, namun semuanya di bawah ketundukan akan Allah.
Kita bisa mengarahkan orang lain kepada Tuhan melalui perbuatan kita, mengingatkan mereka dengan lemah lembut untuk tetap
berada dalam jalan yang benar.
·
Ay.18-19,33,35. Jangan jadi orang malas. Lakukanlah sesuatu. Seringkali kita
ditempatkan Tuhan dalam situasi yang tidak mengenakkan dan tidak kita inginkan;
bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, bahkan menyakiti. Tapi untuk
itulah kita ada di sana. Tuhan menaruh kita di tengah mereka, untuk
menjadi penolong mereka menemukan janji Allah dalam kehidupannya. Saya pun
masih terus belajar, dan akan terus belajar.
Saya
ingat perkataan seorang pengkhotbah: “Kalau
kepuasanmu cuma ingin jadi alumni yang kerjanya rajin, bagus, apa dampaknya
Kristus mati dan bangkit untukmu? Orang yang tidak kenal Kristus pun bisa berbuat
sebatas itu. Pertanyaannya, apakah lebihmu sebagai alumni yang telah menghidupi
kematian dan kebangkitan Kristus? Kau harus lebih –lebih bijaksana, lebih
berani, lebih berdampak. Dan jangan pernah tinggalkan pelayanan/ misimu karena
pekerjaanmu”.
Kiranya
Tuhan menolong kita. Tuhan Yesus memberkati.
Dalam
pergumulan, Kawas R. Tarigan.
diterbitkan di buletin PAKJ edisi September 2013
0 komentar:
Posting Komentar