Kawas Rolant Tarigan

-now or never-


Semua baik. Yakinlah, di balik semua kejadian, pasti ada sisi baiknya. Masalahnya adalah bagaimana melihat sisi baik itu, dan mengucap syukur atasnya. Dalam hiruk pikuk sekalipun, ada secercah kedamaian di dalamnya. Coba lihat dari sisi lain. Aku teringat cerita tentang seorang wanita berusia 92 tahun yang buta. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia selalu berpakaian rapi. Rambutnya selalu tersisir dan ia berdandan sangat cantik. Setiap pagi ia menyambut hari yang baru dengan penuh semangat. Setelah suaminya meninggal pada usia 70 tahun, wanita itu merasakan perlunya pindah ke panti wreda supaya mendapatkan perawatan yang layak. Pada hari kepindahannya itu, seorang tetangga yang baik hati mengantarkannya ke panti wreda. Ketika akhirnya seorang petugas datang menjemputnya, ia tersenyum manis sembari mengarahkan alat bantu jalannya menuju lift. Petugas itu menggambarkan keadaan kamarnya kepadanya, termasuk gorden-gorden baru yang dipasang di jendela kamarnya. “Saya menyukainya,” sahut wanita buta itu. “Tapi Bu, Anda kan belum melihat kamar Anda,” sahut petugas itu. “Hal itu tidak ada pengaruhnya bagi saya,” timpalnya. “Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Entah saya menyukai kamar saya atau tidak, hal itu bukan tergantung pada bagaimana penataan kamar saya. Itu tergantung pada bagaimana saya menata pikiran saya.”
*
Bulan Maret ini kantorku tak pernah sepi dari Wajib Pajak (WP). Memang, semua WP diwajibkan melaporkan SPT Tahunannya ke KPP setempat. Saking ramainya, kantorku memasang tambahan tenda di depan kantor. Wuih... mumet, ramai, berisik. Nasib jadi seksi pelayanan –pelayanan publik. Ada anak-anak yang lari-lari, teriak, menangis,ah... lama-lama kantor ini tak mirip kantor pajak lagi (yang umumnya elegan), lebih cocok jadi puskesmas; atau tempat konseling –tempat orang yang banyak tanya, jarang mau dengar, susah diatur; atau kantor apa ya namanya –yang banyak calo; atau bisa juga pasar –karena tiba-tiba banyak orang datang untuk jualan. Ah, pusing... Ditambah lagi suara kebisingan kendaraan –motor yang berisiknya minta ampun –lebih cocok jadi becak mesin; suara printer pita dot matrix; stempel... Ribut! Tak tahan lagi. Di tengah hectic-nya situasi itu, aku berdiam, mengusap mata, menutup keduanya, meletakkan kedua telapak tanganku menutupi wajah, dan mencoba tenang, tenang sekali... Lama-lama suara bising perlahan-lahan mulai terdengar teratur di telingaku. Suara printer bagiku seperti nada: trit-trit-ck-ck-trit-trit...trit-trit-ck-ck-trit-trit... Suara stempel sepertinya bagai ketukan metronom dengan tempo nada ±80, atau lebih tepatnya perkusi akustikan: dung-tak-deng-deng-tak...dung-tak-deng-deng-tak... Sambil membuka mata perlahan-lahan, aku tersenyum. Ternyata ritmenya indah. Aku bisa mendengarnya dari sisi lain. Printernya tetap sama, stempelnya juga, tapi kedengaran berbeda di sisi lain pendengaranku. Kalau digabung bisa jadi ritmis pengiring lagu: trit-trit-ck-ck-trit-trit [dung-tak-deng-deng-tak]... trit-trit-ck-ck-trit-trit [dung-tak-deng-deng-tak]... Wah, suasana ini tak membosankan lagi buatku. Aku mulai semangat melihat orang yang banyak di depanku, dari ujung ke ujung. Eh, ternyata di ujung sana, sudah ada orang yang duluan bisa melihat sisi lain dari kebisingan ini. Sepasang muda –suami-istri, jongkok di belakang mobil yang diparkir untuk menghindari sinar matahari, mereka saling bergantian menyuapkan buah –rujak yang baru dibeli –satu sama lain. Si suami menyuapkan potongan mangga ke mulut istrinya, si istri membalas dengan memberikan jambu. Wah, manis sekali, seakan tenda itu milik mereka berdua. Seakan tak ada kebisingan di sekelilingnya. Waktu mengantri yang sangat lama itu, bisa mereka lihat menjadi momen bercengkerama. Ups, ternyata si istri kepedasan, langsung saja si suami menyuguhkan es cendol yang dibelinya di samping tukang rujak. Wah, aku jadi tidak sabar, ingin tahu sebenarnya mereka nomor antrian berapa... Hahaha... Indahnya sisi lain.
*
Memang banyak hal yang bisa kita syukuri, dalam hal buruk sekalipun –dari sisi lain. Mungkin ada saatnya kita jatuh sakit –bisa jadi itu momen pengingat untuk kita istirahat; mungkin terjebak macet –kenapa tidak menjadikan momen itu untuk melihat-lihat sekeliling, dengar syair lagu dari pengamen, atau membalas sms, atau mengecek contact/ phonebook satu persatu sambil mengingat wajah-wajahnya, mungkin ada yang perlu kita sms, telepon atau motivasi, atau baca buku yang belum sempat kita selesaikan sekalipun dibawa kemana-mana; mungkin ada saat kita terlambat –bisa jadi itu pembelajaran untuk bangun lebih cepat, atau jangan lama-lama mandi, atau momen untuk membuat kita sedikit berkeringat, mengingatkan kita untuk berolahraga karena lemak yang semakin merajalela; mungkin ada saat kita dicopet –bisa jadi itu membuat kita ingat untuk menjaga barang bawaan, atau bersyukurlah karena kita adalah orang yang dicopet, bukan sebagai pencopet. Dan masih banyak “mungkin-mungkin” yang lain yang mugnkin terjadi. Esok hari punya cerita sendiri. Entah lebih baik, entah tidak. Tapi pasti ada kebaikan di dalamnya. Coba lihat dari sisi lain... Semua baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo