Kawas Rolant Tarigan

-now or never-


7 Agustus 2009 aku baru saja menerima pengumuman bahwa aku ditempatkan di Karawang, sorenya seorang staf, Kak Pur sms mengajakku untuk bergumul dan bergabung di kepanitiaan RK XI. Aku kaget, darimana dia tahu kalau aku akan hijrah dari Medan? Ternyata dikasi tahu staf yang lain. Aku bilang lihat nanti dulu, lihat bagaimana kerjaan di Karawang, memungkinkan atau tidak, apalagi harus mobile dari dan ke Jakarta. Ternyata dalam masa “lihat nanti dulu” itu, Kak Pur sudah memperlakukanku seperti telah “meng-iya-kan” jawaban, dikenalkan dengan panitia lain (yang sudah menjawab ataupun belum), dikasi tau job desc-nya apa, bahan-bahan yang mau dipikirkan, dll. Akhirnya pada tanggal yang ditetapkan, ku jawablah “ya”. Entah apa yang kurasakan saat itu, ragu, apa salah motivasi, takut jawab enggak, banyaklah... tapi maju terus. Di akhir nanti baru aku tahu apa jawaban sebenarnya.
Pulang dari Kamp Pengutusan Mahasiswa (akhir Agustus), rapat perdana di Depok, sekaligus perkenalan dengan seorang wanita, rekan satu seksi nantinya, namanya Dea. Baru bedua, sebelum ditambah Jeri beberapa hari berikutnya. Bertiga kami di seksi acara (nanti akhirnya dibantu Refly dan Melina dalam buku acara dan multimedia).
6 September adalah pleno pertama. Di situ aku melihat teman-teman panitia lainnya, orang-orang yang “terhisap” di RK dan persiapannya selama 6 bulan ini. Bagiku mereka adalah orang-orang yang penuh semangat.
Seksi acara sendiri mulai memikirkan konsep-konsep acara, pemantapan eksposisi tokoh Daud, menentukan pelayan. Dan selama proses itu, aku bisa merasakan pekerjaan-pekerjaan Allah. Tema besar, melintas di pikiranku begitu aja sehabis bangun pagi: D.A.U.D: Dipilih Allah Untuk Dipakai-Nya. Bahkan akupun tak yakin membawanya ke rapat, dan aku diam, menunggu ditanya pendapat. Ternyata memang ditanya. Aku jawab: usulku: D.A.U.D: Dipilih Allah Untuk Dipakai-Nya, dan langsung pura-pura tertawa sendiri, sebelum (pikirku) aku akan ditertawakan. Ketika ditanya kenapa? Aku mulai mencari-cari penjelasan (selain dapat ilham dari bangun tidur) dengan gaya yang sok meyakinkan: “kenapa gak kita buat tema yang gampang diingat, melekat dengan tokoh eksposisi, dan kata-katanya kuat: pemimpin-pemimpin yang tahu apa itu dipilih, dipakai. Dan lihat bentuk pasifnya: Allah yang aktif, memilih dan memakai”. Padahal kata-kata itu baru ku dapat saat itu. Hihihihi... Dan memang tidak ada yang terlalu tertarik, bahkan sampai 3 minggu tidak ada yang menanggapi, sampai dibuat voting, eh suara terbanyak... Logo juga begitu, dari tema itu, aku terpikir logo itu waktu naik motor, eh disetujui. Lalu perikop-perikop dalam eksposisi pun kudapat dalam perenungan-perenungan pribadi tentang Daud, eh ternyata dipakai. Lagu tema pun begitu, aku dukung-dukung aja, padahal aku sendiri masih salah-salah nyanyiinnya. Tapi waktu ditanya kenapa: kata-katanya akan mengalir saat itu juga (identik dengan ngarang. Hahahaha...). Allah bekerja luar biasa dalam banyak ketidaktahuan ku. Selain ngurusin acaranya, disuruh juga bantuin cari dana, hubungin peserta, dan pasti hubungin pelayan (bersyukur dikasi kesempatan bertemu banyak TPPM). Dalam semua proses itulah, Allah pelan-pelan berbisik semakin keras untuk meyakinkan aku mengerjakan pelayanan di RK ini. Rekanku Dea dan Jeri juga adalah pelayan luar biasa. Mereka semangat. Baik rapat di Kramat ataupun Semanggi, baik rapat malam ataupun pagi. Terkadang aku malu, apalagi kalau ada yang menyebutku sebagai kabid acara. Aku gak layak. Dea yang selalu mencatat hal-hal yang perlu diperbincangkan, Jeri yang sering sms kondisi dan mendorong untuk saling mendoakan, sedangkan aku hanya nongol sabtu atau minggu. Bahkan pernah dalam kelelahan di titik terendah, aku bergumul ulang dengan pelayanan ini, apakah ini pengorbanan atau kekonyolan. Pikirku, aku sudah di Karawang, bukan bagianku lagi melayani di Jakarta. Letih. Mungkinkah Tuhan mengubah orang, apalagi kampus, apalagi kota, apalagi bangsa dalam 4 hari 3 malam? Tetapi sejarah membuktikan YA! Allah sedang bekerja, dan rekan-rekan panitia RK XI ingin menjadi bagian kecil dari sejarah itu. Jujur saja, tidak ada yang meyakinkan aku untuk bertahan selain semangat Dea dan Jeri, juga teman-teman lainnya, tidak ada kekuatiran dan sungut-sungut sedikitpun di wajah-wajah mereka, padahal dana masih kurang ratusan juta, peserta belum ada yang merespon. Tapi hanya sukacita yang kulihat setiap rapat dan PD. Aku mau bertahan karena itu. Sampai hari demi hari Tuhan tunjukkan kesetiaan-Nya satu per satu, rupiah demi rupiah, peserta demi peserta, pelayan demi pelayan, peralatan demi peralatan, sampai hari H. Selama hari H pun, aku begitu takjub dengan pekerjaan Allah, firman diberitakan secara kuat, pujian-pujian yang agung, para pelayan menunjukkan kemaksimalan mereka. Aku hanya bisa mencuri-curi waktu untuk bersembunyi dan berdoa. Panitia yang lain sangat menyala-nyala, bersukacita, padahal semua saling tahu bahwa semua saling kelelahan. Terimakasih kawan-kawan. Kalian adalah orang-orang yang luar biasa. Aku belajar banyak sekali hal dari RK ini:
• Melangkah dengan iman
Aku ingat waktu PHP RK. Paginya awan gelap sekali. Tetapi sms berjalan, yang berisi doa Tuhan sanggup menghentikan hujan, Tuhan jawab. Sehari sebelum RK, Ciwidey longsor, tapi Tuhan jagai Alloysius. Ada pohon tumbang, tanah longsor, Tuhan cukupkan angkot dan tidak ada omelan dari peserta. Supaya kondisi lancar, Kak Pur terus ingatkan: doa yuk supaya tidak hujan; dan memang Tuhan jawab, tidak turun hujan selama RK, walaupun tiap hari awan gelap, hanya sebentar gerimis kecil, kecuali hari terakhir: hujan deras banget. Bagaimana ini pulang? Tapi doa lagi: dan Tuhan hentikan hujan beberapa saat kemudian, langit cerah, pulang aman. Memang pertolongan kita adalah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.
Bagaimana juga kita melangkah dengan iman, memulai suatu retreat dengan wisma yang belum lunas, dan dana yang masih dibutuhkan 95 juta dalam 3 hari. Tapi Tuhan cukupkan jauh dari yang sanggup kita doakan dan pikirkan, tepat di tengah malam terakhir. Begitu juga bagaimana Allah mencukupkan peserta (bahkan surplus), pelayan, kebutuhan perlengkapan, transport, dll. Dia sungguh tidak terbatas! Di akhir pelayanan inilah konfirmasi yang sangat jelas bahwa menjawab Ya menjadi panitia RK adalah hal yang sangat tepat, dan sangatlah menyesal untuk dilewatkan.

• Aku belajar sadar untuk berbuat yang lebih baik lagi.
Seorang panitia menceritakan perkataan dari seorang pelayan: “Seksi acara ada 3 kan ya? Jeri: jelas, ngurusin pemusik, Dea: tanggung jawab warta. Nah, yang satu lagi apa kerjanya???”. Meskipun perkataan itu disambut gelak tawa panitia lain, termasuk aku, pertanyaan itu sangat membantuku untuk merenung. Iya ya, ternyata aku belum berbuat apa-apa... Aku sungguh bersyukur punya rekan-rekan yang menolongku.

• Persahabatan
Aku punya sahabat yang luar biasa, berbeda karakter, emosi, latar belakang, tapi semuanya unik dan menarik. Bisa doa pagi walaupun sebelumnya rapat sampai pagi (meski ada yang tidur). Aku berpikir, seberapa efektif rapat tengah malam ini? Ada yang udah tidur, ada yang kelelahan, ada yang ikut rapat tapi rohnya udah gak di situ lagi, gimana bisa berpikir? Tapi karena aku lihat yang lain masih semangat, ya aku ikut aja, lagian penting untuk koordinasi buat besoknya. Walaupun di malam terakhir diwarnai dengan jugulisme. Kalau saja malam itu aku milih tidur, kenangan berkesan itu pasti tidak pernah terjadi. Makasih kawan-kawan... Ada Kak Pur yang mengingatkan bergantung pada Allah, Ola yang tidak pernah marah walau lelah, Grace yang meyakini hujan berkat kan tercurah walaupun tidak berbentuk cash, Dea yang susah konsen tapi kompeten, Jerri yang bisa menangani hal ribet jadi enteng, Oci, Kia, Yani yang setia berdoa dan mau mengingatkan serta mengantar makanan untuk panitia yang lupa makan, Catherine, Christina, Mimi, yang setia membawakan makanan kecil setiap rapat untuk dijual, dari keuntungan 500 demi 500 akhirnya tercukupi 250juta, tetap sms walau tak dibalas, tanpa muka jaim terus mengingatkan “jaim”, Anto, Aris, Eva, Julinar, Helen, Medi, 6 orang yang sanggup menangani 372 orang lebih, 15 kota besar di Indonesia, bahkan peserta surplus sebelum waktunya, apalagi Aris yang bisa menangani anjing Alloysius selama sesi, dan memecah kebekuan rapat tengah malam dengan suara ‘tokek’, Leo Ginting, Leo Manik, yang bekerja ligat, sigap, tanggap, naik turun tangga, kebun teh, Jupri yang berjerih lelah supaya perlengkapan beres, acara lancar, dan Gilbert yang masih muda, namun siap antar jaga...

Aku teringat ama PD Panitia lalu yang aku bawa dari Mzm 126. Nyanyian ziarah. Akan ada masanya kita seperti orang-orang bermimpi ketika melihat karya tangan Tuhan yang tak sanggup kita pikirkan, akan ada waktunya kita menuai dengan sorak sorai. Semoga RK XI ini menjadi bagian dari nyanyian ziarah kita. Seperti lagu kesaksian kita: We’re pilgrim on the journey... Kita sedang berziarah dalam satu perjalanan.... Oh may all who come behind us find us faithful...
Terimakasih untuk banyak pembelajaran ini teman-teman... all the glory must be to the Lord!

1 komentar:

misni mengatakan... 5 Mar 2010, 10.56.00  

Thanks God...

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo