Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

BAGIAN 4: HUBUNGAN YANG SEHAT

Bab 28 – Melayani Bersama

Meninjau jalinan hubungan anda
Tuhan mempunyai cara unik. Ia hendak menggunakan relasi/ konflik antarpribadi yang kita alami untuk membentuk kita menjadi semakin seperti Anak-Nya. Dalam proses itu, kita akan menjadi alat yang lebih efektif sewaktu melayani; kita akan membawa kemuliaan bagi Dia.

Mengapa kita tidak dapat melakukannya seorang diri
Dosa bersifat menipu
Tuhan menempatkan orang-orang di sekitar kita untuk menolong kita melihat apa yang tidak dapat kita lihat dengan sendirinya
Kita memerlukan kontribusi orang lain
Kepemimpinan kita tidak akan seefektif dan seefisien kalau saya melibatkan orang-orang lainnya. Hati-hati dengan kesombongan kita yang cenderung memimpin sendiri.
Menjalin hubungan yang baik termasuk ibadah kepada Tuhan
Bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, sama pentingnya ketika kita memimpin menyanyikan lagu pujian. Bahkan lebih penting dari yang kita duga. Bagaimana kita melayani dan berelasi dengan anggota gereja/ jemaat, tim musik, pendeta, akan menjadi kesaksian hidup kita sebagai penyembah Allah.


Bab 29 – Gereja Anda

Menjadi seorang pemimpin ibadah lebih berurusan dengan soal memimpin orang daripada memimpin lagu. Mempedulikan jemaat dan melayani mereka lebih penting daripada hanya membuat ibadah kelihatan berhasil. Kita membutuhkan lebih banyak waktu, pikiran, dan tenaga. Kita butuh Tuhan.

Prioritas doa
Kalau kita tidak mendoakan orang-orang di gereja kita, maka kuasa, anugerah, dan kasih Tuhan tidak akan penuh di dalam diri kita sewaktu memimpin mereka. Berdoalah bagi jemaat yang akan anda pimpin ketika anda sedang menyusun lagu-lagu yang akan dinyanyikan, ketika sedang mengadakan latihan, ketika bersiap-siap memimpin, ketika sedang mengadakan waktu pribadi bersama Tuhan.
Doa mengingatkan kita tentang apa yang tidak dapat kita lakukan. Hanya Allah sajalah yang dapat secara aktif membuka mata hati orang, sehingga mereka melihat harapan dalam Injil dan kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup mereka (Ef1:16-19)
Doa membuka mata kita untuk melihat maksud-tujuan Tuhan. Seringkali Tuhan berbicara secara khusus dan menjawab pergumulan seorang demi seorang jemaat secara spesifik sewaktu beribadah.
Doa juga memupuk rasa kepedulian kita terhadap orang lain.

Dorongan semangat dan koreksi
1. Mendapat pujian
Biasanya kita bergumul dengan kenyataan bahwa kita senang dipuji, tetapi tidak mau menjadi sombong. Berikut beberapa hal yang bisa membantu kita ketika menerima pujian:
Ucapkanlah terima kasih kepada orang terkait atas pujiannya
Kalau pujiannya tidak jelas, mintalah ia memberi keterangan lebih lanjut. Ini bukan untuk memancing lebih banyak pujian, tetapi hanya membantu kita mengetahui bagaimana Tuhan secara spesifik bekerja di hati orang lain.
Ungkapkanlah rasa terima kasih atas kesempatan melayani
• Perhatikanlah kontribusi orang lain
• Dengan segenap hati “mentransfer kemuliaan kepada Tuhan”.

2. Mendapat lontaran kritik
Karena berperan di depan umum, para pemimpin akan selalu dievaluasi. Teguran akan membuat kita lebih sadar bahwa kita membutuhkan kasih karunia Allah. Teguran membantu kita bergumul melawan sikap meninggikan diri. Teguran merupakan tanda bahwa kita membutuhkan orang lain ketika menjalani proses pengudusan. Teguran membantu kita mengakui bahwa kita tidak mengetahui segalanya. (band.Mzm 141:5 BIS).
• Jadi, berdoalah agar kita mendapat koreksi. Mintalah Tuhan mempertemukan kita dengan orang-orang yang membangun, menunjukkan letak kesalahan dan dosa kita, dan menunjukkan apa yang bisa kita lakukan dengan lebih baik.
Berharaplah untuk mendapat koreksi. Kalau kita merasa tertampar ketika mendengar lontaran kritik, biasanya itu karena kita diam-diam ingin mencari pujian. Hanya orang yang merasa sempurna dan sombong sajalah yang tidak pernah menyangka dirinya akan melakukan suatu kesalahan.
Hendaknya kita proaktif. Mintalah masukan yang jujur dari orang-orang yang dipercaya.
Berterimakasihlah kepada orang-orang yang mengoreksi kita.
Ajukanlah pertanyaan lebih lanjut. Kecenderungan awal kita biasanya membenarkan diri sendiri atau mempersalahkan orang lain. Maka mintalah pendapat lebih lanjut guna melengkapi apa yang mereka katakan. Ini akan menolong kita mendengar dengan lebih jelas dan berespons dengan lebih rendah hati.
Bersyukurlah atas koreksi dari Tuhan.

Tantangan lainnya dalam kepemimpinan
1. Menangani usul lagu
• Pertama, periksalah hati kita sendiri, hati-hati dengan dosa menghakimi dan kesombongan
• Kedua, berterimakasihlah atas usul mereka
• Ketiga, menanyakan alasan mereka mengusulkan lagu itu
• Lalu, berilah tanggapan tentang syair, makna dan melodi lagu itu.
Tujuan kita ialah menyanyikan lagu-lagu yang meninggikan kemuliaan Allah dalam Kristus di hati dan pikiran jemaat, dengan cara yang paling jelas dan paling baik.

2. Memberi penjelasan dan memimpin ketika terjadi perubahan
• Pastikanlah para pemimpin seia-sekata
• Secara konsisten, ajarlah jemaat tentang apa yang dinamakan ibadah yang alkitabiah
• Memimpin secara teologis
• Memimpin dengan rendah hati namun penuh keyakinan

3. Mengajar lagu baru
• Bantulah jemaat mengerti beberapa aspek dari lagu itu seperti: syair, makna, latar belakang lagu,dan melodi.
• Minta jemaat untuk menyimak ketika pemimpin menyanyikan bait lagu dan refreinnya, lalu mengajak mereka ikut menyanyikannya. Bisa diawali dari refreinnya dulu (kalau ada), karena ini lebih mudah. Atau mengajarkan baris demi baris, dan meminta jemaat mengulanginya setiap pemimpin telah menyanyikan satu baris. Ada kalanya kita tidak perlu berkomentar apa-apa karena lagu itu mudah dipelajari.
• Usahakan tidak memulai ibadah dengan mengumandangkan lagu yang belum dikenal oleh siapa pun dalam jemaat; juga tidak menampilkan lebih dari satu lagu baru di satu ibadah.
• Ulangi menyanyikan lagu tersebut beberapa kali (mungkin juga dalam ibadah berikutnya) agar jemaat semakin menguasai, memahami dan mengingat lagu tersebut.

Apakah anda mengasihi gereja/ persekutuan di mana anda melayani? Tuhan mengasihi mereka (Ef3:10).

Bab 30 – Tim Anda

Membangun tim anda
Peranan yang berbeda
Kita memerlukan pemusik yang tidak hanya peduli soal musik, tetapi juga soal kerohanian. Peran lain yang dibutuhkan adalah seorang music director atau orang yang memastikan lagu-lagu sudah dipersiapkan, dilatih dan dibawakan dengan baik. Kita juga memerlukan seorang koordinator atau fasilitator, yang memastikan lagu-lagu sudah diketik/ difotokopi, dan mengkoordinir jadwal latihan.
Standar tim
Tampilnya timmusik di depan jemaat dari minggu ke minggu memberi kesan bahwa kehidupan mereka patut dicontoh –bukan sempurna, tetapi menunjukkan adanya buah-buah Injil. Bila tidak demikian, jemaat akan mendapat bahwa ibadah lebih berurusan dengan soal musik daripada soal cara hidup. Apalagi kalau yang tampil adalah pemusik yang belum percaya Kristus atau non-Kristen, kita memberi kesan bahwa seni dalam ibadah lebih penting daripada hati.
Itulah sebabnya penting untuk mendiskusikan dan menetapkan standar anggota tim ibadah yang meliputi: keanggotaan, pemahaman doktrin, komitmen bertumbuh, relasinya dengan Tuhan, rendah hati, setia dan tepat waktu, komitmen mengembangkan kecakapan musiknya, dan didukung oleh pendeta atau pemimpin kelompok kecil.
Level komitmen
Jangka waktu komitmen pelayanan, jumlah pelayan, banyaknya jadwal latihan dan pelayanan, serta kondisi spesifik dari tiap pelayan akan berpengaruh pada level komitmen yang disepakati.

Memberi dorongan semangat kepada tim anda
Setiap kali bersama tim, cobalah kenali adanya tanda-tanda kasih karunia pada diri anggota tim, dan dukunglah mereka dalam hal itu. Mengapresiasi mereka, mengucapkan terima kasih, memberi hadiah, mengajukan pertanyaan sebelum, sesudah dan ketika latihan, saling mendoakan, akan membantu kita mengingat bahwa hubungan di antara tim lebih penting daripada sekadar bermain musik bersama.

Memperlengkapi tim
Kita perlu memastikan bahwa para anggota tim termotivasi untuk mengembangkan kecakapannya dan dimungkinkan untuk melakukannya.
Pertumbuhan teologis
Selain khotbah yang didengar setiap minggu, memperlengkapi mereka dengan pengetahuan tentang Allah dan pengertian ibadah bisa melalui buku-buku yang berbobot, artikel, atau web yang baik dan membangun.
Perkembangan musikal
Bisa dengan saling berlatih/ belajar, bertukar pengetahuan atau kursus musik.
Latihan
Latihan berlebih bisa membuat letih. Berlatih dengan cermat adalah solusi yang lebih baik. Artinya tiap orang perlu berlatih sendiri sebelum latihan bersama. Bisa juga diadakan latihan yang bervariasi: belajar lagu baru, mengulang lagu lama, aransemen baru, berdoa bersama, mempelajari tema ibadah, latihan vokal, mendengar/ mengevaluasi sebuah lagu/ konser, berbagi kesaksian dan keteladanan.

Mengevaluasi tim
Kita sendiri harus menjadi teladan orang yang suka meminta masukan dan pengamatan dari orang lain.
Presentasi musik
Evaluasi setelah ibadah tentang mengawali dan mengakhiri lagu, memberi aba-aba, kontribusi tiap orang atau monitor proyeksi suara. Evaluasi dilakukan dengan semangat kekeluargaan, rasa syukur dan dorongan semangat. Seringkali mendengar rekaman/ melihat video ibadah yang lalu adalah cara evaluasi yang baik.
Karakter
Menjadi seorang pemusik tidak dibenarkan melakukan dosa. Kita harus menegaskan bahwa mereka bertanggung jawab mengejar karakter yang kudus, dan kita berusaha membantu mereka bertumbuh. Sikap mereka lebih penting daripada kecakapan musiknya.
Bakat
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Apakah kecakapan mereka berkembang?
• Apakah bakat satu orang masih dapat melayani jemaat yang semakin besar jumlahnya?
• Apakah ada orang-orang lain dalam jemaat, yang hidup kudus, tetapi lebih berbakat daripada orang yang ada di dalam tim?

Nikmati tim anda
Nikmatilah kesatuan dan kebersamaan dalam tim, bekerja keras bersama, memberi dorongan semangat, sebagai sahabat, mengalami duka dan sukacita, di saat tegang dan membosankan. Kalau kita setia dan rendah hati memimpin tim ini, para musisi akan semakin bertumbuh dalam kasihnya kepada Injil, kepada satu sama lain, dan pada pelayanannya kepada Allah. Jemaat akan memuliakan Allah tidak hanya pada hari Minggu, tetapi setiap hari, melalui pelayanan dan kesaksian sebuah tim.

Bab 31 – Pendeta Anda

Pendeta itu pemberian dari Tuhan bagi jemaat. Yang memberikan gembala-gembala, pengajar-pengajar kepada jemaat-Nya adalah Kristus yang sudah naik ke surga (Ef4:11-12). Sebagai pemimpin ibadah, kita bertanggung jawab mendukung pelayanan pendeta.

Melayani pendeta anda
Tuhan memberi tanggung jawab kepada pendeta untuk mengarahkan gereja. Kalau kita pendeta dan pemimpin ibadah berbeda pendapat, maka kita yang harus tunduk kepada pendeta. Tunduk kepada pendeta berarti melayaninya dengan sukacita dan rendah hati. Kita akan melakukan hal itu dengan lebih baik kalau kita menjalin relasi dan komunikasi yang baik dengan pendeta, mengenai hal yang paling penting baginya, pembagian waktu, ayat yang akan dikhotbahkan, sehingga kitabisa mendukung pelayanan pendeta, dan membuatnya bersukacita dalam pelayanan. Dan perlu diingat, tidak ada cara yang lebih efektif untuk melayani pendeta daripada berdoa baginya.

Mendengarkan pendeta anda
Mendengarkan adalah sesuatu yang membutuhkan waktu dan pengendalian diri. Kita perlu mendengarkan teologi pendeta, hatinya, pengertiannya tentang peranan pemimpin pujian, hubungannya dengan anggota keluarganya, stafnya, dan hal lainnya. Kita perlu saling mengerti definisi yang kita gunakan –bukan didebatkan, khususnya tentang kesamaan “bahasa” di bidang musik. Dengarkan khotbahnya, semangatnya, pandangannya tentang gereja, dan dengarkan baik-baik tentang apa yang menurutnya kita lakukan dengan baik dan apa yang tidak kita lakukan dengan baik.

Berinisiatif
Melayani pendeta bukan berarti kita tidak boleh mengambil inisiatif atau tidak boleh kreatif, justru hal ini sangat diperlukan. Berinisiatiflah:
• Mencari tahu lagu yang beredar dan terabaikan, serta membicarakannya juga kepada pemimpin ibadah yang lainnya
• Beritahukanlah kepada pendeta apa yang sedang (akan) kita lakukan dan pikirkan tentang musik
• Memberi dorongan semangat kepada pendeta
• Mengevaluasi diri sendiri

Bertumbuh
Kalau kerohanian kita bertumbuh, pendeta akan semakin yakin bahwa memimpin jemaat mengagungkan Kristus bukan hanya tugas kita, melainkan kehidupan kita. Kalau kita bertumbuh semakin rendah hati, pendeta akan semakin menikmati kerja sama dengan kita. Kalau kita bertumbuh semakin menyukai firman Tuhan, kita akan dapat semakin memberitakan firman Tuhan dengan lebih efektif melalui lagu-lagu. Kalau kita bertumbuh dalam pengetahuan teologi, kita akan dapat menyelidiki tema-tema yang belum dipelajari pendeta, misalnya tentang nyanyian, ibadah. Kalau kita bertumbuh dalam kepemimpinan, maka pelayanan kita akan lebih berkualitas dan bermanfaat bagi jemaat. Kalau kemahiran kita dalam bidang musik berkembang, semakin terampil, dan menguasai pengetahuan musik dan teori alat musik, maka kita dapat semakin melayani pendeta, memainkan lagu apa saja yang diminta pendeta, karena kebanyakan pendeta kurang berpengetahuan dalam bidang ini, jadi semakin pentinglah bagi kita untuk berinisiatif mengalami kemajuan di bidang musik. Kita dapat juga bertumbuh secara administratif, dengan jalanmemikirkan cara komunikasi yang lebih cepat, jelas dan efektif. Bertumbuh secara estetis, membuat para pemusik dan panggung tampil menarik tiap ibadah. Bertumbuh secara teknologi, untuk mendukung ibadah.

Bilamana tidak sependapat
• Pertama, pastikan dulu secara pasti duduk permasalahannya. Apakah masalah teologi, metodologi, budaya/ generasi, atau seringkali akar permasalahannya adalah dosa, yang mementingkan diri sendiri, menghakimi, iri, atau sombong.
• Kedua, mencari penyelesaian masalah. Mulailah menjalinnya di atas landasan doa. Lalu dengan rendah hati, bertanya dan bicarakanlah dengan jelas. Membahas artikel tertentu atau buku tertentu sangat membantu. Kalau masalahnya adalah dosa, akuilah seluruhnya dengan jelas, mintalah pendeta untuk mengamati hati, perkataan dan kehidupan kita. Dan, bersabarlah, izinkan Tuhan bekerja dari waktu ke waktu.
• Lalu, bertindaklah, ambillah keputusan, lakukan dengan iman. Sesudah cukup berdoa, mendapat banyak nasihat, bijaklah untuk melangkah dengan iman, dan tetap menjaga hubungan yang damai dengan pendeta. Kita juga memerlukan dukungan.

Bab 32 – Perenungan bagi para Pendeta

Para pemimpin ibadah memerlukan pendeta-pendeta yang lebih bergairah –dari diri mereka sendiri –dalam memuliakan Yesus Kristus. Para pemimpin ibadah memerlukan pendeta yng bersedia memimpin mereka, mempedulikan mereka, dan yang berbicara sejujurnya.
Di banyak gereja, setengah dari waktu ibadah digunakan untuk menyanyi. Tetapi, pemimpin ibadah dan musisinya adalah orang yang mungkin mempunyai atau mungkin tidak mempunyai pendidikan teologi ataupun karunia pastoral. Memang pendeta punya banyak aktivitas. Tetapi salah satu hal terpenting yang dapat dilakukannya ialah memastikan bahwa gereja mengerti dan mempraktikkan ibadah yang alkitabiah.

Kenalilah peranan anda sendiri dalam memimpin ibadah
Memimpin ibadah adalah sebuah peranan pastoral, setelah itu baru peranan musik. Sadarilah bahwa jemaat melihat kepada anda untuk mengetahui seperti apakah yang dinamakan seorang penyembah Tuhan. Anda adalah pemimpin ibadah utama di gereja anda. Respons jemaat dalam memuji Tuhan jarang sekali melebihi keteladanan pendetanya. Jemaat yang anda pimpin mengamati anda tidak hanya ketika anda sedang berkhotbah. Pelajaran seperti apa yang dapat mereka petik dari anda? Keteladanan seperti apakah yang anda berikan pada mereka? Kalau anda tidak serius –sibuk sendiri –selagi jemaat menyanyi memuji Tuhan, mereka akan mendapat kesan bahwa menyanyi tidak begitu penting.
Tuhan memanggil para pendeta untuk memberi makanan rohani, memimpin, mempedulikan, dan melindungi para anggota gerejanya. Pendeta cenderung berpikir bahwa cara memenuhi tanggung jawab itu adalah dengan berkhotbah dan pelayanan pastoral pribadi. Tapi jangan anda mengabaikan fakta bahwa ibadah bersama yang dipimpin dengan sungguh-sungguh, dengan suasana hati yang hangat dan bersemangat, serta dengan kecakapan yang tinggi, dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Anda dapat memberi makanan rohani kepada gereja dengan jalan memastikan lagu-lagu yang dipilih liriknya benar secara teologis, menyuarakn Injil, hakikat Allah, dan unsur ibadah lain yang alkitabiah. Itulah pentingnya para pendeta mempelajari teologi tentang ibadah.

Ketahuilah apa yang harus ada pada seorang pemimpin ibadah
• Kerendahan hati. Cara terbaik adalah memastikannya sudah merenungi Injil dan salib Kristus, yang menghancurkan segala kesombongan.
• Hidup kudus. Kalau para pemimpin terus menerus berkubang dalam dosa, ini suatu penghinaan terhadap nama Allah, gereja-Nya, dan misi-Nya. Kekudusan lebih penting daripada kecakapan musik.
• Menyukai teologi yang benar. Ia harus memperhatikan lirik lagu jemaat daripada irama lagunya. Musik hanya berupa sarana pengantar kebenaran Tuhan, namun bukan kebenaran itu sendiri. Kebenaranlah yang memerdekakan kita, bukan suasana yang penuh pijar emosi. Kebenaran teologi memampukan seseorang mempengaruhi orang lain dengan Injil dan firman Tuhan.
• Talenta kepemimpinan. Sepanjang waktu ibadah, jemaat harus berfokus pada kasih karunia Alah dalam Kristus. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang baik. Talenta inijuga diperlukan untuk bekerja sama dalam tim, menangani konflik, membantu jemaat bertumbuh, dan mendapatkan sikap respek dari orang lain.
• Keterampilan musik. Akan sangat memudahkan kalau pemimpin ibadah mahir dalam bidang musik, untuk berkreasi dan aransemen, selain pengetahuannya akan firman Tuhan.

Memperlengkapi dan mendukung pemimpin ibadah di gereja anda
Cara yang bisa dilakukan seperti: menyediakan bahan-bahan yang membantu pemimpin ibadah bertumbuh, mengirimkan artikel-artikel, buku, tulisan, CD, kaset dan peralatan lain yang memperlengkapinya. Ajaklah ia menghadiri seminar, tidak selalu bertema ibadah, tapi yang meningkatkan pengetahuan tentang firman Tuhan dan kepemimpinan yang alkitabiah. Berilah dorongan semangat dan dukungan. Amatilah di bidang apa dalam hidupnya anda melihat Tuhan sedang bekerja, mungkin dalam pemahaman firman Tuhan, atau ide-ide musik. Berilah pujian, hargailah, dan beritahukanlah setiap kemajuannya. Bersyukurlah atas ketekunannya, keteladanan, talenta dan persiapan yang telah dilakukannya. Persilahkan dia memberi laporan tentang apa yang dibutuhkan oleh gereja, dan jagalah komunikasi yang efektif.

Setialah membuat rencana dan setialah evaluasi
Dimulai ketika menyusun lagu, memilih lagu yang paling membangun jemaat, tetapkanlah apakah anda yang menyusun sendiri atau anda memeriksa daftar lagu yang disusun pemimpin ibadah? Ini adalah kesempatan yang baik untuk memberi tahu lagu-lagu yang baik dan kuat. Beritahukan penilaian anda sewaktu bertemu atau melalui e-mail, telepon. Berikan pengamatan yang tulus tentang cara memimpin, lagu-lagu, aransemen, secara spesifik, dan bantulah ia bertumbuh untuk melakukan hal yang lebih baik.

Menangani konflik secara alkitabiah
Bersikaplah rendah hati, jalin hubungan yang baik dan perlancar komunikasi. Jangan langsung memandang orang lain yang salah. Tuhan sering kali menggunakan dosa-dosa orang lain untuk menyingkapkan kelemahan kita sendiri. Ambillah waktu untuk menelusuri penyebabnya; apakah masalah komunikasi, teologi, metodologi, atau dosa: menghakimi, membanding-bandingkan, kesombongan, ketidaksabaran, ketidakpuasan atau yang lain. Kalau anda salah, akuilah kesalahan itu secara spesifik, dan upayakan untuk tidak mengulanginya lagi. Jangan menunda-nunda untuk membereskan sesuatu dengan seseorang.
Tuhan ingin hubungan anda dengan pemimpin ibadah (dan juga orang lain) diwarnai sukacita, saling menghormati, dan berbuah lebat. Dengan beriman pada firman-Nya, bergantung pada Roh-Nya, dan bersandar pada Injil, itu akan terjadi.

Kata penutup
Ini peranan yang sangat penting. Pendeta berpedoman pada Alkitab, untuk membawa gerejanya beribadah kepada Tuhan. Pendeta menjadi teladan tentang apa artinya menjadi seorang penyembah Tuhan,yang ditunjukkan lewat kepekaan, perhatian, bimbingan, kasihnya, dan seluruh kehidupannya yang mengasihi Juruselamat, setia mengarahkan matanya dan orang-orang yang dipimpinnya pada Injil kasih karunia dan pada keindahan salib.
Apa yang akan dikatakan gereja dan pemimpin ibadah tentang keteladanan anda? Tentang gereja anda? Tentang ibadah anda? Tentang keluarga anda? Apa yang akan Tuhan katakan? :)



Kawas Rolant Tarigan.

Read More..

BAGIAN 3: TEGANGAN YANG SEHAT

Bab 18 – Prinsip-prinsip yang Memberi Arahan

Apakah yang kita lakukan setiap beribadah dilakukan karena hal-hal tersebut alkitabiah atau karena preferensi semata-mata, atau karena tata cara itulah yang sudah sejak dulu turun temurun dilakukan? Apakah ada tata cara tertentu yang normal dan alkitabiah yang harus dilakukan?

Arahan dari masa silam
Pada abad ke-16 dan ke-17, kebaktian jemaat menjadi tema yang ramai diperbincangkan ketika kaum Protestan berusaha mereformasi praktik liturgi yang tidak alkitabiah. John Calvin memunculkan apa yang kemudian dikenal sebagai prinsip regulatif ibadah, suatu bentuk keyakinan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam kebaktian umum gereja harus didasari perintah yang jelas dari Alkitab atau terimplikasi di dalam Alkitab. Prinsip lainnya dipraktikkan oleh Marthin Luther dan diadopsi oleh kaum Lutheran dan Metodis. Prinsip normatif memegang keyakinan bahwa apapun yang tidak dilarang dalam Alkitab, itu diperbolehkan. Pada abad-abad selanjutnya, timbullah denominasi baru dan konflik pun terus bergulir hingga masa kini.
Mengapa sulit sekali untuk menentukan, Tuhan ingin kita melakukan apa ketika berkumpul bersama? Ada beberapa sebab, seperti:
Pertama, meski setiap generasi dan setiap gereja bertanggung jawab mempertimbangkan apakah praktik-praktiknya sesuai dengan firman Tuhan, Tuhan memang tidak memberi rincian yang spesifik dalam hal ini seperti yang dikehendaki semua orang. Di dalam Alkitab tidak tertera tata cara ibadah yang dapat diterapkan pada segala budaya dan zaman.
Kedua, kita cenderung membaca Alkitab dengan cara/ aplikasi yang kita sukai sendiri. Kelompok yang satu mendasarkan ibadahnya pada ayat ini, yang lain pada ayat yang berbeda.
Ketiga, sebagian orang Kristen berpikir bahwa Tuhan tidak berkata apa-apa tentang bagaimana kita harus beribadah. Mereka berpikir bahwa kita dapat beribadah kepada Tuhan dengan cara yang bagaimana pun sesuai dengan kemauan kita. Paham ini mengutamakan pikiran dan ekspresi pribadi. Padahal Tuhan sudah memberi kita beberapa contoh dan perintah yang jelas-jelas menyatakan apa yang Ia ingin kita lakukan saat kita berkumpul bersama (Kis2:46-47; 1Tim2:1-12; 2Tim4:2; Kol3:16; 1Kor14:29; 11:17-34).
Tuhan memang tidak memberi petunjuk tentang segalanya, tetapi yang pasti, Ia tidak bungkam tentang hal tersebut.

Tiga prinsip
Berdasarkan Alkitab dan dengan menghormati para pendahulu kita, 3 prinsip berikut inilah yang kita pegang ketika menyusun acara ibadah:
1. Melakukan apa yang jelas-jelas diperintahkan Tuhan
2. Tidak melakukan apa yang jelas-jelas dilarang Tuhan
3. Menggunakan hikmat alkitabiah untuk hal-hal lainnya.

Apa yang dapat kita pelajari dari orang lain?
Kita dapat berdiskusi dengan orang lain yang tata cara ibadahnya berbeda. Titik tolaknya, sepakatlah tentang hal-hal yang paling penting. Alkitab adalah standar untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan doktrin. Allah sajalah yang berwenang menentukan bagaimana kita memanggil Dia, dan bagaimana kita berhubungan dengan-Nya. Yesus adalah satu-satunya Juruselamat; Dia mati dan bangkit bagi setiap orang yang bertobat dan beriman pada karya penebusan yang dilakukan-Nya di kayu salib, dan bahwa menyembah Allah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa kuasa Roh Kudus –kuasa yang memampukan kita menyembah Dia. Semuanya itu adalah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat.

Tegangan yang sehat
Ada beberapa aspek ibadah di mana kita mempunyai perbedaan pandangan atau perbedaan praktik. Daripada mendiskusikannya berkepanjangan, marilah menimba pelajaran dari apa yang dimiliki pihak lain, yang tidak kita miliki. Inilah yang disebut tegangan yang sehat sehubungan dengan tata cara ibadah. Allen Ross berkata: “Tidak beralasan bagi sebuah gereja untuk mengubah segala sesuatu yang selama ini mereka lakukan; tetapi sangat beralasan bagi seluruh jemaat untuk mengevaluasi segala sesuatu yang mereka lakukan guna melihat bagaimana mereka dapat melakukan semuanya itu dengan lebih baik”.


Bab 19 – Transenden dan Imanen

Alasan sikap respek kita
Transenden berarti Allah independen dan superior atas ciptaan-Nya. Ketika kita menyembah Allah, kita harus menyadari bahwa Dia bukan seperti kita. Dia Raja yang berdaulat penuh, agung dan mulia, adil, suci.
Respons yang pantas terhadap hakikat Allah yang transenden adalah: respek dan hormat kepada-Nya. (Kel20:18; Yes6:5; Why1:7; Ibr12;28-29).
Terkadang liturgi yang formal dapat membantu kita beribadah dengan cara seperti itu; setiap kata sudah dipikirkan baik-baik, diucapkan dengan penuh kesungguhan, dan ditujukan untuk menarik perhatian jemaat pada keagungan dan hakikat Allah yang transenden. Orang-orang yang menghampiri Allah dalam ibadah dengan cara yang santai, tidak menyelami kebenaran itu.

Dekat dan lebih dekat lagi
Namun Allah tidak hanya transenden, Ia juga imanen. Artinya: Ia dekat dengan kita. Ia tidak mengisolasi diri dari ciptaan-Nya. Allah tidak hanya berada bersama kita –Ia diam di dalam kita (Kis17:28; 1Kor6:19). Allah yang transenden mengambil tempat untuk tinggal di dalam umat-Nya bagi kemuliaan-Nya. Kebenaran ini menjadi sumber ketakjuban, sumber rasa syukur dan penghiburan. Allah itu imanen, Ia seperti Sahabat, Gembala dan Juruselamat.

Menjaga tegangan yang sehat
Ada beberapa cara untuk menjaga gar hakikat Allah yang transenden dan imanen ini tetap berada pada tegangan yang sehat. Salah satunya melalui tema ibadah yang berbeda-beda, membahas pada kebesaran Allah dan kedekatan-Nya. Namun cara terbaik untuk menjaga tegangan yang sehat ini ialah dengan terus berfokus pada Injil. Kekudusan dan keadilan Allah yang transenden bertemu dalam pengorbanan diri Anak Allah. Kita membantu jemaat mengagumi hal ini.

Bab 20 – Kepala dan Hati

Sebuah gereja mungkin saja mengalami kesulitan untuk menghubungkan pengetahuan yang ada di kepala dengan gelora semangat yang ada di hati. Sesungguhnya keduanya harus saling berhubungan dan melengkapi. Keduanya sama pentingnya dalam ibadah yang alkitabiah.

Menggunakan kepala
Setiap kali memimpin jemaat beribadah, kita tidak hanya memimpin jemaat menyanyikan lagu. Kita sedang memimpin jemaat dalam peperangan menjunjung kebenaran. Itulah sebabnya kita perlu menyembah Tuhan dengan pikiran kita juga. Tuhan mau kita sedapat-dapatnya menggunakan daya pikir kita merenungkan kebesaran dan keajaiban perbuatan-perbuatan-Nya. Beberapa lagu perlu diulang untuk meresapi artinya, atau cara pengungkapan dan penyajiannya perlu diperbarui, atau kita perlu menjelaskan arti kata-kata tertentu, istilah alkitabiah, dan beberapa kata yang belum benar-benar dipahami sekalipun sering didengar. Memimpin ibadah dengan cara yang menjadikan Tuhan terasa menjemukan adalah dosa. Kreativitas kita menolong jemaat memahami karakter dan perbuatan Allah dengan lebih jelas lagi.
Memang ada bahayanya, intelektualitas itu sendiri dapat menjadi tujuan akhir kita. Kita dapat lebih terkesan oleh penjabaran doktrin daripada oleh Yesus. Akhirnya kita memimpin jemaat yang teologinya baik, namun mati emosinya. Melalui kombinasi ini, Allah tidak dimuliakan.

Menggunakan hati
Banyak jemaat sudah terbiasa menjalani ibadah yang tidak responsif, tidak menyentuh hati, tidak mengubahkan. Kita harus memimpin jemaat menyembah Tuhan dengan bergairah. Gairah yang hendak kita bangkitkan adalah sesuatu yang lebih dari sekadar emosi yang cepat berlalu, yang dangkal, atau yang ditimbulkan oleh diri sendiri. Gairah dalam Tuhan bersifat mendalam dan langgeng. Ini merupakan hasil dari berfokus pada apa yang sudah dilakukan Allah dan pada siapa Allah itu sendiri. Gambaran yang jelas tentang Allah yang hidup, hakikat-Nya, pengenalan kita akan kedaulatan-Nya, merenungkan harga yang sudah dibayar Juruselamat, akan menggugah hati kita, membuat kita takjub, merasakan damai, dan membuat kita terperangah.

Mewaspadai emosi agar terkendali
Adalah sesuatu yang mungkin bahwa perasaan dan pengalaman menjadi tujuan kita semata-mata, bukan Allah itu sendiri. Kita datang beribadah untuk mendapatkan perasaan enak, tanpa mempedulikan apa yang menghasilkan perasaan itu atau bagaimana kita mengekspresikannya.
Kita memerlukan lagu-lagu yang membuat kita berpikir secara mendalam tentang Tuhan dan yang membantu kita memberi respons dengan sepenuh hati. Pemimpin ibadah mengambil tanggung jawab atas apa yang dinyanyikan jemaat. Kita perlu dengan bijak membimbing jemaat untuk memunculkan perasaan kuat yang didasari kebenaran firman Tuhan, dan hal ini akan menghasilkan buah yang baik. Kebenaran alkitabiah dan perasaan/ emosi yang mendalam mempunyai tempatnya masing-masing ketika kita menyembah Tuhan; dan kedua unsur itu perlu berjalan seiring.

Bab 21 – Internal dan Eksternal

Latar belakang seseorang bisa membuatnya sangat ekspresif sewaktu memuji Tuhan. Kita tidak akan mengetahui apakah seseorang sedang benar-benar menyembah Tuhan kalau kita hanya mengamati penampilan luarnya. Kita perlu mengetahui keadaan di dalam dirinya, yaitu hatinya. (band. 1Sam16:7; Mat15:8-9; Ams4:23). Kata “hati” dalam firman Tuhan mencakup segala sesuatu dari apa yang kita pikirkan, rasakan, hingga apa yang kita pilih. Itulah sebabnya tidak cukup kalau jemaat hanya hadir dalam ibadah. Kita perlu memperhatikan apa yang sedang terjadi dalam alam kehendak, pikiran dan perasaan mereka.
Beribadah dari dalam hati, itu paling penting. Tapi, apa yang kita lakukan/ ekspresikan dengan tubuh kita selagi beribadah bukan berarti sesuatu yang tidak penting. Kita perlu menyatakan apa yang ada di hati kita dengan cara yang konkrit.

Memimpin dengan cara dan ekspresi yang menghormati Tuhan
Arahkan perhatian jemaat kepada Allah dan Injil
Sikap ekspresif dalam ibadah bersama akan muncul saat kita dengan jelas menatap dan mengenal Siapa yang kita sembah, memahami keagungan-Nya dan mengerti kasih karunia Juruselamat.
• Informasikan ekspresi fisik yang pantas dan batas-batasnya
Berbagai gerakan fisik dapat memuliakan Allah, termasuk bertepuk tangan, menyanyi, sujud menyembah, berlutut, mengangkat tangan, bersorak sorai, memainkan alat musik, menari, dan berdiri dengan sikap takjub (Mzm47:2,6; Kel12:27; Mzm95:6; 134:2; 33:1; 150:3-4; 33:8). Ekspresi lahiriah dalam ibadah dapat mencerminkan banyak hal, tetapi tidak segalanya.
• Bahaslah rintangan ekspresi fisik dalam ibadah
Apa yang menahan jemaat berekspresi? Mungkin ada jemaat yang takut pada apa yang dipikirkan orang lain, mungkin konsep mereka pada ibadah yang “hormat dan khidmat”, atau karena takut mengganggu konsentrasi orang lain yang sedang fokus pada Kristus.
• Ajukan kepedulian terhadap orang lain
Ekspresi fisik ada batasnya. Prioritas utama kita ketika beribadah bersama bukan soal ekspresi pribadi, melainkan bagaimana kita juga dapat melayani orang lain (1Kor14:12; 13:1-8). Jemaat akan belajar dan meneladani apa yang pemimpinnya percontohkan. Dalm berekspresi dan memuji Tuhan, jemaat jarang melebihi para pemimpinnya. Kita harus membantu jemaat memahami bahwa Allah pantas menerima ekspresi kasih kita yang mendalam, kuat, lagi murni.

Bab 22- Vertikal dan Horizontal

Elemen vertikal dari ibadah
Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan karena Ia mengasihi kita. Bukan supaya kita terus menerus fokus pada diri sendiri, tetapi supaya kita memuji kasih dan kemuliaan-Nya (Ef1:3-6). Ketika kita menyembah Allah, kita ikut melakukan aktivitas yang sudah dimulai sejak kekekalan dan yang akan berlanjut selamanya.
Ibadah adalah tentang Allah dan bagi Allah. Kita keliru kalau mengira ibadah yang berkenan itu bergantung pada upaya, ketulusan atau persembahan kita. Tuhan menghendaki kita menyembah Dia bukan karena ada kekurangan pada diri-Nya, tetapi karena ada kekurangan pada diri kita. Kitalah yang perlu menyembah Allah, dan karena kesempurnaan moral-Nya, Allah membuat diri-Nya satu-satunya yang pantas disembah.
Karena semua itulah, yang disebut ibadah yang alkitabiah adalah ibadah yang berfokus pada Allah (Allah jelas terlihat), berpusat pada Allah (Allah jelas menjadi prioritas), dan mengagungkan Allah (Allah jelas dihormati).

Elemen horizontal dari ibadah
Ketika kita sedang berkumpul bersama, kita tidak beribadah sendiri-sendiri, seakan-akan terlepas satu sama lain (Ibr10:24-25; 1Kor14:26; Ef5:19; Kol3:16). Persekutuan ini saling membangun. Kita bisa mengaplikasikannya dengan bersama belajar kebenaran firman Tuhan, mengambil waktu secara khusus mendoakan jemaat dalam pergumulan yang sedang dihadapi, memberi kesempatan bagi jemaat untuk bersaksi, memberi apresiasi kepada jemaat.
Namun, hati-hati kalau pertemuan ibadah menjadi sesuatu yang hanya berpusat pada apa yang kita lakukan satu sama lain, memenuhi kebutuhan orang-orang, dan memastikan semua orang senang. Arahkanlah perhatian orang-orang pada anugerah Allah, supaya Allahlah yang disembah, dan umat-Nya mengalami pertumbuhan rohani bagi kemulian-Nya.

Bab 23 – Yang Direncanakan dan yang Spontan

Adalah bijak untuk membiasakan diri membuat rencana detail tentang ibadah yang akan kita lakukan. Petunjuk yang diberikan Roh Kudus seringkali datang sebelum pertemuan ibadah dimulai.

Apa yang tidak boleh dilakukan dengan adanya perencanaan
Perencanaan tidak boleh mengambil tempat kebergantungan kepada Roh Kudus. Tetaplah berdoa.
Perencanaan tidak boleh menggantikan kebutuhan kita mendengarkan Roh Kudus saat ibadah sedang berlangsung. Kita tetap mengantisipasi bahwa Tuhan mungkin saja memberi petunjuk lainnya ketika ibadah sedang berlangsung
Perencanaan juga tidak dapat menjamin segalanya akan berjalan dengan baik dan benar.

Apa yang boleh dilakukan dengan adanya perencanaan
Membuat rencana dapat menyadarkan kita bahwa kita betul-betul memerlukan Tuhan sebelum mengadakan dan memulai ibadah. Jemaat datang dengan berbagai masalah. Tapi, kita mempunyai firman Tuhan untuk disampaikan, lagu yang akan dinyanyikan, waktu yang terbatas untuk membantu jemaat melihat Tuhan lebih besar daripada masalah mereka, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang luar biasa.
Membuat rencana dapat menuntun kita untuk memperjelas tujuan yang akan kita capai dan bagaimana mencapainya. Membuat rencana membantu para pelayan untuk menyiapkan kontribusinya masing-masing dan secara tim, menggunakan gaya musik yang berbeda, memperkaya keragaman, dan menggunakan firman Tuhan dengan lebih konsisten selagi menyanyi bersama.
Dalam perencanaan, kita juga dapat mempersiapkan orang-orang yang hendak bersaksi. Kesaksian tertulis masih dapat disempurnakan, menjadi lebih jelas dan lebih mantap. Hal ini juga dapat meredakan kecemasan, fokus pada tema, dan lebih mungkin menepati waktu.

Manfaat spontanitas
Spontanitas memberi kita kemerdekaan untuk merespons kebutuhan yang ada saat itu juga, dan merespons pimpinan Roh Kudus yang aktif, selagi kita memimpin.
Beberapa hal yang perlu diingat untuk bertumbuh dalam spontanitas:
Jangan merencanakan terlalu banyak hal untuk dilakukan
• Latihlah spontanitas musikal anda sendirian
• Latihlah spontanitas dengan tim anda

Roh Kudus dapat memakai kita dengan cara yang kuat ketika kita memainkan lagu yang sudah kita kuasai lewat latihan berjam-jam, berbulan-bulan. Tetapi kemampuan untuk bermain musik secara spontan memungkinkan kita menanggapi, kapan pun Roh Kudus memberi arahan kepada kita.

Bab 24 – Yang Dari Zaman Dulu dan yang Relevan

Menimba manfaat dari zaman dulu
Himne-himne masa silam yang kita nyanyikan pada zaman sekarang sudah teruji dari abad ke abad. Teologinya mantap, syair yang teramat indah, dan kasih kepada Tuhan yang teramat sangat dalam. Bentuk liturgi masa lalu juga memberi banyak manfaat. Liturgi yang diulang-ulang, yang didasarkan pada Alkitab dapat membantu jemaat ingat akan kisah penebusan setiap kali mereka berhimpun. Sepanjang sejarah, liturgi sudah membantu menjaga asupan teologis jemaat dan melindungi mereka dari bahaya doktrin sesat yang gencar menyerang setiap generasi. Liturgi yang baik dapat pula menjaga jemaat sehingga mereka tidak menjadi sama dengan budaya yang mencampur baur iman.
Terkait tegangan yang sehat ini, memang selalu ada keburukannya kalau kita terlalu berfokus pada satu tiang saja. Pelaksanaan tradisi religius yang terlalu berlebihan akan melahirkan ortodoksi yang mati.

Pentingnya relevansi
Kita hendak memberitakan Injil yang tidak berubah itu dengan cara yang dapat dimengerti oleh budaya kita sekarang –cara yang memudahkan orang-orang untuk melihat siapa Yesus Kristus dan bagaimana Dia sudah mengubahkan hidup kita.
Ada beberapa hal yang bisa kita aplikasikan terkait relevansi:
Hendaknya kita tidak menggunakan bait-bait himne yang syairnya tidak jelas. Apakah lirik yang kita nyanyikan terdengar bagai bahasa asing di telinga jemaat?
Kita bisa menggunakan visual/ teknologi yang relevan.
Yang penting, setiap gereja perlu memastikan bahwa kisah nyata tentang penebusan yang dilakukan Allah dapat dimengerti dengan mudah dan dialami oleh orang-orang yang hendak dijangkau dengan Injil, sesuai dengan daerahnya, cirinya, dan kondisinya.

Bahayanya mengejar relevansi
Media, perkembangan teknologi, dapat berdampak buruk, bahkan mempersuram pesan yang sedang disampaikan. Menggunakan tampilan video secara berlebihan dapat mengurangi dampak firman Tuhan dan memancing keinginan untuk lebih banyak lagi melihat tampilan visual.
Ketika kita sedang mengevaluasi cara-cara untuk menjadi relevan, kita perlu berfokus pada basis teologi bagi tindakan kita (Kebenaran alkitabiah apa yang hendak kita komunikasikan dengan lebih jelas melalui perubahan ini?). Kita juga perlu cermat memeriksa motif-motif kita (Apakah kita cuma ingin dipandang paling modern?). Kita juga perlu realistis dalam mengantisipasi akibatnya (Apa yang perlu kita hentikan supaya kita dapat mulai melakukan suatu hal?)

Mana yang perlu didahulukan
Budaya berubah, gaya dan bentuk berubah, tradisi berubah, waktu berubah. Allah tetap sama. Melalui kepemimpinan yang bijak dan keteladanan yang terus menerus kita berikan, marilah melatih jemaat menimba manfaat dari “warisan” generasi masa silam, sekaligus berupaya terus menyuarakan Injil yang kekal dengan cara yang dapat dipahami oleh budaya kita.

Bab 25 – Terampil dan Tulus

Semua keterampilan bermain musik di seluruh dunia tidak dapat dijadikan pengganti hati yang dengan setulusnya menyembah Allah. Tetapi, gereja yang meremehkan pentingnya keterampilan akan cenderung menjadi sentimental belaka, lamban, menjurus ke sikap malas, dan menyombongkan ketulusannya. Allah menghendaki kita mengejar keduanya –keahlian dan hati.

Dapatkah kecakapan menjadi sesuatu yang berlebihan?
Ketika kita beribadah kepada Allah dengan cakap, kita mempersembahkan apa yang terbaik (Kel23:19a; Bil18:29-30). Namun bila kecakapan dan excellence diutamakan secara ekstrim, hal itu dapat menjurus ke arah arogansi, formalisme, dan ibadah yang mengedepankan seni semata-mata. Dalam ibadah bersama, excellence mempunyai tujuan memfokuskan perhatian jemaat pada atribut dan perbuatan Allah yang luar biasa. Kita bermain musik atau memimpin pujian sebaik mungkin supaya kita dapat melayani orang lain dengan lebih efektif, membangun jemaat, dan ini kita lakukan bagi kemuliaan Allah, tidak semata-mata untuk membangun standar tertentu. Standar yang paling minim ialah memainkan musik/ memimpin pujian dengan cukup baik sehinnga tidak mengganggu konsentrasi jemaat yang sedang kita layani.

Memimpin atau menyembah Tuhan –Apakah ini pertanyaan anda?
Kita bisa secara efektif memimpin jemaat dalam ibadah, bersamaan dengan itu menyembah Tuhan. Semakin kita cakap memimpin, semakin mudah bagi kita untuk menyembah Tuhan (tanpa dipusingkan lagi dengan hal-hal teknis) melalui lagu-lagu yang sedang dinyanyikan, dan jemaat akan melihat serta merayakan supremasi Allah.

Kualitas atau kuantitas?
Dengan berkembangnya persekutuan, jumlah orang yang ingin melayani pun akan semakin bertambah. Ada lebih terampil, ada yang lebih tulus, ada yang terampil dan tulus. Yang pertama-tama perlu dilakukan adalah memohon Tuhan memberi kita hikmat dan kasih karunia, untuk menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat, sesuai karunianya (Rom12:3-8). Tanggung jawab kita yang pertama bukanlah untuk membuat seseorang senang, melainkan melayani jemaat dengan karunia-karunia yang sudah Allah berikan di dalam persekutuan, untuk membangun jemaat, bukan memenuhi aspirasi beberapa anggotanya.
Seseorang yang rindu melayani belum tentu mempunyai bakat di bidang di mana ia ingin melayani. Baik sekali bila anda berkumpul dengan tim anda untuk menjelaskan syarat-syarat keanggotaan. Paling sedikit, syarat itu harus mencakup kesalehan, kecakapan musikal, dan kemampuan untuk berekspresi secara alamiah. Memang ini bukan pekerjaan mudah. Keanggotaan tim musik pun bisa berganti seiring berkembangnya bakat jemaat. Menjadi anggota tim musik merupakan kesempatan untuk melayani bukan suatu hak untuk dipertahankan. Kita dipanggil untuk mengembangkan bakat yang Tuhan berikan, bukan untuk mengungguli orang lain. Kita bisa saja menyatukan para musisi yang kurang berbakat dengan yang lebih berbakat untuk jadwal tertentu, bahkan mendorong para musisi terbaik untuk berkumpul dengan yang kurang berbakat di luar jadwal latihan, untuk saling belajar.
Hendaknya kita tidak mengkompromikan keterampilan ataupun ketulusan dalam ibadah.

Bab 26 – Bagi Jemaat dan Orang yang Belum Percaya

Memahami identitas komunitas penyembah
Prioritas kita yang utama dalam ibadah ialah menguatkan jemaat. Allah tidak menghendaki jemaat yang kita pimpin setiap ibadah tetap tidak dewasa alias kerdil. Ia menghendaki mereka dalam segala hal bertumbuh dalm Kristus. Pasalnya, kedewasaan itu dapat terhambat kalau kita memusatkan perhatian utama pada orang-orang baru, atau pada orang-orang yang belum percaya.
Pertumbuhan gereja berarti bertumbuh dalam pemahamannya akan Injil, bertumbuh dalam kesalehannya, bertumbuh dalam keikutsertaannya melayani, bertumbuh dalam kerinduannya emnjangkau orang-orang terhilang. Jadi, bukan hanya bertumbuh secara kuantitas. Pertumbuhan seperti itu harus lebih diutamakan daripada mengadakan acara ibadah yang maksudnya hanya untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang. Dampaknya terhadap dunia pun akan lebih besar.

Memperhatikan orang-orang yang belum percaya
Apa yang dirasakan orang-orang yang belum percaya ketika mereka hadir dalam ibadah kita? Apakah mereka bingung oleh “kekristenan” kita? Tidak akan datang lagi karena merasa asing? Merasakan kesombongan rohani pada diri kita? Memang ada bahayanya kalau kita lupa adanya orang-orang yang belum percaya yang hadir di tengah-tengah kita; mereka mudah kebingungan. Apakah itu mengangkat tangan, liturgi formal, tradisi non verbal, kita perlu memandangnya dari kacamata orang-orang yang belum percaya. Kita bisa berbicara dengan lebih sederhana, dan perlu menjelaskan istilah atau kata-kata Kristen yang sudah umum (tanpa menggantinya dengan istilah lain yang merendahkan maknanya).
Banyak gereja/ persekutuan mengadakan survei untuk membuat strategi dan ibadah yang mencerminkan keinginan orang-orang yang belum percaya. Namun masalahnya, orang-orang yang belum percaya tahu apa yang mereka inginkan, tetapi tidak tahu kebutuhannya untuk diperdamaikan dengan Allah. Kebutuhan itu harusnya dapat disadari dalam ibadah yang jemaatnya mengagungkan Kristus –dan yang mempedulikan siapa yang hadir bersama mereka.
Ada beberapa hal positif yang dapat dilihat orang-orang yang belum percaya dalam ibadah kita:
Semangat yang tulus
Ketika kita beribadah, orang-orang yang belum percaya harusnya melihat kita yang terkagum-kagum oleh kebaikan dan rahmat Allah. Bukan karena direkayasa, tetapi karena anugerah Allah saja yang sangat dalam mempengaruhi kita. Kita berkumpul tidak hanya untuk berbicara tentang Allah; kita berjumpa dengan-Nya dan berada di hadirat-Nya.
Kasih
Kita menyambut dan menjangkau mereka dengan baik. Misalnya dengan menyapa mereka, meminta mereka berdiri sejenak, memberikan ucapan terima kasih, tepuk tangan, memberi kesempatan memperkenalkan diri, mengobrol atau makan bersama setelahnya. Kita ingin “mencengangkan” mereka dengan kasih kita.
Bukan hanya kasih yang ditujukan untuk orang-orang yang belum percaya, tetapi kita juga harus menunjukkan kasih di antara para anggota gereja/ persekutuan (Yoh17:21). Kalau kita memberi dorongan semangat kepada jemaat untuk saling melayani, kita tidak hanya sedang menggenapi ibadah yang alkitabiah, tetapi orang-orang yang belum percaya pun akan melihatnya, lalu menjadi tertarik untuk mendekat pada Sang Juruselamat.
Injil
Tidak ada cara yang lebih baik untuk melayani orang-orang yang belum percaya selain membantu mereka mendengar, mengerti, dan mengalami kisah terbesar tentang penebusan yang dari Allah di dalam Yesus Kristus. Untuk itu kita harus memberitakan dan menjelaskan Injil.
D.A.Carson menulis: “Kalau jemaat dibangun dengan pesona dan personalitas yang memukau saja...tetapi tidak ada pemberitaan terus menerus yang penuh semangat tentang ‘Yesus Kristus yang disalibkan’, maka yang akan bergabung dengan kita hanyalah orang-orang yang hanya menjadi penganut saja, bukan petobat-petobat sungguhan”.

Bab 27 – Yang Khusus dan yang Sehari-hari

Beribadah kepada Tuhan dengan seluruh kehidupan
Meski ada beberapa kata bahasa Yunani dalam PB yang diterjemahkan menjadi “penyembahan”, tidak ada satu pun yang mengandung arti “menyanyi”. Kebanyakan dari kata bahasa Ibrani (PL) yang diterjemahkan penyembahan (ibadah) mengacu pada gerakan, sikap, dan perbuatan yang dapat terjadi kapan saja, dengan atau tanpa menyanyi. Jadi apa artinya beribadah kepada Tuhan (menyembah Tuhan) sepanjang waktu? Artinya melakukan segala sesuatu untuk menarik perhatian orang-orang terhadap kebesaran dan kebaikan Tuhan, melakukan apa yang Tuhan perintahkan, tidak melakukan apa yang dilarang oleh-Nya (band.Rom12:1; 1Kor10:31).

Beribadah dengan jemaat yang berkumpul bersama
Jadi, kalau kita beribadah kepada Tuhan sepanjang hari dan setiap hari, seberapa pentingkah kita berkumpul sebagai jemaat untuk beribadah bersama? Sangat penting!
Orang-orang Kristen abad pertama hampir selalu terlihat sedang beribadah bersama, menginjil, berdoa, menyanyi dan menempuh kehidupan ini bersama-sama. Di PL juga, yang disoroti adalah umat Allah, bukan individu secara perseorangan.
Ada beberapa sebab mengapa kita berkumpul setiap minggu sebagai jemaat:
Kita memerlukan dorongan semangat dan dukungan
Memang benar, kita dapat mempelajari Alkitab, membaca buku-buku Kristen, menyanyikan lagu-lagu rohani, berdoa, dengan Tuhan secara pribadi di rumah masing-masing. Itu harus kita lakukan. Tetapi kita mudah terperdaya oleh hati kita sendiri yang sudah tercemar dosa. Seseorang tidak mungkin dapat bertumbuh dalam kesalehannya dan sepenuhnya mengalami kasih karunia kalau mereka hidup terpisah dari jemaat.
Allah lebih dimuliakan
Kemuliaan Allah memang tidak pernah bertambah ataupun berkurang. Namun seperti Donald Whitney menjelaskan: “Ketika sebuah tim sepakbola menang dalam pertandingan, kemuliaan yang diterimanya akan lebih besar bila pertandingan itu disiarkan di seluruh negeri, di hadapan jutaan pemirsa, daripada kalau pertandingan hanya ditonton oleh anda seorang diri lewat saluran TV closed-circuit... Kemuliaan di hadapan publik membawa kemuliaan yang lebih besar daripada kemuliaan di hadapan satu orang. Demikian juga, Allah mendapat lebih banyak kemuliaan ketika anda beribadah kepada-Nya bersama jemaat daripada seorang diri”. Namun sekali lagi, ibadah bersama tidak dapat menggantikan pengabdian pribadi yang memuliakan Tuhan. Tanpa dibarengi perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara pribadi, ibadah bersama hanya akan menjadi sesuatu yang dangkal dan munafik. Tapi kalau kita berkumpul bersama untuk memasyhurkan besarnya kebajikan Tuhan (Mzm145:7), lebih banyak orang akan melihat bahwa Allah pantas dipuji.
Kita menerima pengajaran dan bimbingan dari pendeta –gembala sidang
Pendeta mengemban tanggung jawab untuk memimpin, membimbing, menjaga dan memberi makanan rohani kepada umat Allah (1Pet5:2; Kis20:28).
Kita diingatkan bahwa kita sudah dipisahkan dari dunia dan dipersatukan bersama-sama dengan Allah
Berkumpul bersama merupakan wujud nyata dari keadaan kita yang berbeda dari dunia, tanda kesatuan kita dalam Injil yang telah memperdamaikan kita satu sama lain, yang memampukan kita saling mengasihi dan mengampuni.

Menyatukan yang khusus dan yang sehari-hari
Sesudah menyanyikan lagu-lagu dalam ibadah, berdoalah agar kebenaran yang sudah dilantunkan dalam lagu-lagu (dan juga pemberitaan firman) akan nyata dalam kehidupan jemaat sehari-hari.
Hari Minggu bisa menjadi titik puncak dari satu pekan, tetapi setiap hari sepanjang satu pekan kita dapat menempuh kehidupan yang beribadah, menyembah Tuhan dalam relasi dan pekerjaan sehari-hari; kita menjadi jemaat yang sedang beribadah meski tidak sedang berkumpul di satu tempat. Tetapi kita perlu dikuatkan, diberi dorongan semangat oleh firman Tuhan, dan dukungan saudara seiman; kita menjadi jemaat yang beribadah dan berkumpul di satu tempat.
Secara individu dan bersama-sama, kita menyadari tujuan kita diciptakan: mengagungkan kebesaran Allah dalam Yesus Kristus melalui kuasa Roh Kudus.

Read More..

BAGIAN 2: PEKERJAAN PELAYANAN SEORANG PEMIMPIN IBADAH

Bab 6 – Jadi, Apa yang Dilakukan Seorang Pemimpin Ibadah?
Seorang pemimpin ibadah sebetulnya hanyalah bagian dari jajaran kepemimpinan musik dalam gereja. Para singer, paduan suara, pemain musik, semua memainkan perannya.

Beberapa pertanyaan
Sepenting apakah seorang pemimpin ibadah? Apa yang seharusnya dilakukannya?
Siapapun yang mendorong orang lain menyembah dan memuji Tuhan dapat saja disebut pemimpin ibadah. Ibadah dapat mengikutsertakan musik, tetapi dapat juga dilakukan tanpa musik. Aspek-aspek peranan seorang pemimpin ibadah dapat disimpulkan dari Alkitab, tidak ada persyaratan supaya kita mempunyai seorang pemimpin ibadah. Seorang pendeta atau sebuah tim dapat melayani bersama untuk tujuan itu. (1Taw16:1-7; Ibr9:23-28; Yoh4:23-24; Ibr10:19-22).

Menggunakan situasi secara maksimal
Mereka yang memimpin ibadah jemaat mempunyai kesempatan besar setiap minggu untuk mengajar, melatih, dan mendorong umat Allah memuji Dia dengan benar dan hidup bagi kemuliaan-Nya. Satu definisi lengkap untuk pemimpin ibadah: setia –meninggikan kebesaran Allah –dalam Yesus Kristus –melalui kuasa Roh Kudus –dengan memadukan firman Allah –dan musik secara terampil –sehingga memotivasi jemaat –untuk mewartakan Injil –menikmati kehadiran Tuhan –dan hidup bagi kemuliaan-Nya.


Bab 7 – Pemimpin Ibadah yang Setia
Kita dipanggil Tuhan bukan untuk menjadi populer. Kita dipanggil untuk setia.

Panggilan untuk setia
Kesetiaan berarti tekun melakukan pekerjaan pelayanan, memegang perkataan, memenuhi tanggung jawab. Ini juga berarti loyal, konstan, dapat diandalkan. (1Kor4:1-2)

Godaan yang potensial
Salah satu godaan yang dapat membuat kita tidak setia dan tidak dapat dipercaya adalah popularitas. Kita tergoda untuk menilai keberhasilan pelayanan dengan angka, misalnya berapa orang yang hadir di ibadah kita. Jumlah orang yang lebih banyak tidak selalu berarti bahwa kita menyenangkan hati Tuhan.
Kita juga terbias dengan “mentalitas konser” dalam ibadah. Ingat bahwa kita tidak bermaksud merangsang jemaat secara emosi tanpa mempedulikan sumbernya. Tujuan kita sebagai pemimpin ibadah berbeda, dan jauh lebih signifikan dari tujuan konser manapun. Kita melayani supaya jemaat terpesona oleh kemuliaan Sang Juruselamat yang melampaui keadaan sekeliling dan melebihi teknologi tercanggih.

Setia memimpin
Memimpin jemaat menyembah Tuhan memerlukan energi, kesungguhan, dan kepekaan. Walaupun kita tidak tahu pasti respon jemaat dalam beribadah, tapi kita akan menuai apa yang kita tabur.

Buah kepemimpinan yang setia
Kepemimpinan yang setia tidak selalu mendatangkan pujian, tepuk tangan atau penghargaan. Terkadang kita malah menerima kritik karena melakukan halyang alkitabiah. Buah sejati dari kepemimpinan yang setia adalah mengetahui bahwa kita menyenangkan Dia. Kita bersukacita bukan karena sudah memimpin ibadah dengan sempurna atau mendapat kepuasan pribadi, popularitas. Suatu saat kita akan mendengar, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat25:21,23). Itulah upah terbesar, lebih besar daripada yang dapat diberikan dunia.

Bab 8 – Mengagungkan Kebesaran Allah

Mengagungkan dan menghayati kebesaran Allah adalah inti dari ibadah yang alkitabiah (Mzm145:3; 34:4). Pemimpin ibadah bertugas mengingatkan orang-orang bahwa Allah lebih besar daripada masalah dan sukacita mereka, daripada kesedihan dan kesuksesan mereka, daripada pencobaan dan kemenangan mereka.


Pimpinlah secara jelas dan spesifik
Manusia cenderung lupa mengapa Tuhan amat sangat layak disembah. Kita dipanggil untuk mengingatkan mereka dengan jelas dan spesifik, apa yang sudah dinyatakan Tuhan tentang diri-Nya. Seharusnya lagu-lagu dapat dengan akurat berbicara tentang Tuhan dan memuji satu-satunya Tuhan yang sudah menyatakan diri-Nya dalam Pribadi Sang Juruselamat, Yesus Kristus.

Menyelami kebesaran Allah
Bagaimanapun kita mengurus lampu, video, sound system, multimedia, tujuan kita yang utama bukan menampilkan gambar terbaik, aransemen yang paling menggairahkan, atau perlengkapan tercanggih. Kita ingin jemaat pulang dengan perasaan kagum bahwa Allah mau berbicara kepada mereka; kita menghendaki mereka dikuatkan oleh janji-janji Tuhan, ditantang oleh perintah-perintah-Nya, dan bersyukur atas berkat-berkat-Nya. Kita ingin mereka menatap keagungan Allah di dalam firman-Nya. (Mzm 56:11-12; 19:8-10; 119; 145:8-9; 117; 21;14; 99:3).
Sesungguhnya ibadah merupakan undangan dari Allah Tritunggal agar kita mengambil bagian dalam persekutuan dan sukacita yang telah disediakan-Nya dari kekekalan sebelum dunia diciptakan. Kita dipilih untuk bergabung dengan-Nya, menyatakan keagungan, kesempurnaan, dan keindahan-Nya yang tiada terbatas. Jadi, bagaimana mungkin seseorang berpikir bahwa menyembah Tuhan adalah hal yang membosankan? Kekudusan, kemuliaan, dan kedaulatan-Nya tidak terbatas. Kebenaran, hikmat, dan kekayaan-Nya tak habis-habisnya. Ia sumber segala sesuatu yang baik dan indah. (Rom11:33-36; Mzm105:2).
Salah satu masalah yang kita hadapi: seringkali kita lebih tertarik dengan apa yang kita lakukan daripada apa yang sudah Tuhan kerjakan. Maka ibadah jemaat harusnya menolong kita disegarkan oleh apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita. Kitab Mazmur secara rinci memuji pekerjaan Allah yang luar biasa. Lagu-lagu kita pun seharusnya demikian.
Pekerjaan Allah terbesar ialah mengaruniakan Anak-Nya di Kalvari. Hanya melalui pengorbanan Yesus yang sempurna di kayu salib, kita dapat menghampiri Allah (Ibr10:19-22).

Mencintai kebesaran Allah
Keterlibatan hati dalam beribadah membangkitkan perasaan, emosi, dan kasih di hati. Ketika perasaan kita terhadap Allah mati, ibadah itu sendiri mati (John Piper). Mungkin kita sering merasa sebagai orang munafik ketika sedang menyanyikan kalimat seperti: “Aku mengasihi-Mu”, “Aku akan setia mengikut-Mu”, “Hanya Kau yang kusembah”, “Kuserahkan segalanya”, dst. Tapi ekspresi-ekspresi seperti ini dapat menolong kita menyelaraskan hati ini dengan pekerjaan Tuhan di dalam kita melalui kebenaran Injil, terutama ketika kita sadar betapa kita memerlukan Roh Tuhan untuk melaksanakan komitmen-komitmen itu.
Mengagungkan kebesaran Allah melibatkan pengungkapan iman kepercayaan kita dan kasih yang mendalam kepada Tuhan. Tanggung jawab kita sebagai pemimpin ibadah ialah memastikan bahwa melalui kebenaran Alkitabiah dan kasih yang kuat kepada-Nya, jemaat diberi kesempatan untuk mengagungkan Allah dan berjumpa dengan Dia yang mahabesar dan mahatinggi. (Mzm31:24; 100:2; 18:2; 34:2,9; 63:2,5; 84:3; 77:8-10; 62:9; Flp4:4).

Bab 9 – Di Dalam Yesus Kristus

Ibadah kristiani adalah ibadah dalam perjanjian yang baru –ibadah yang teinspirasi Injil, ibadah yang berpusat pada Kristus; ibadah yang berfokus pada salib (D.A.Carson).

Yesus Pengantara kita
Kebanyakan orang belum begitu menyadari bahwa mereka memerlukan seorang Pengantara dalam berhubungan dengan Allah. Sebabnya ialah karena kita memandang remeh dosa-dosa kita. Kita tidak memandangnya di bawah terang kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah. Yesus menjadi Pengantara ketika Ia dengan rela menanggung murka Allah di kayu salib terhadap semua dosa kita, padahal Ia sama sekali tidak berdosa. (1Pet3:18).

Mengapa makna salib begitu penting dalam ibadah
Injil adalah tema inti yang merupakan fondasi ibadah itu sendiri. Keseluruhan ibadah berawal dan berfokus pada salib Yesus (1Kor2:2; 1Kor15:3-4; 1Pet2:24; 1Yoh4:10). Makna Kristus bagi kita sama dengan makna salib... Segala hal yang dapat kita pahami tentang Kristus, siapa Ia di surga ataupun di dunia, dinyatakan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib... Anda tidak akan bisa mengerti Kristus sampai anda mengerti salib-Nya (P.T.Forsyth).
Bagi jalan masuk kepada Allah.
Tidak ada pemimpin ibadah, pendeta, band, atau lagu apapun yang dapat mendekatkan kita kepada Allah. Sorak sorai, tarian, nubuat, bahkan ibadah itu sendiri tidak dapat membawa kita ke hadirat Allah. Hanya Yesus yang dapat melakukannya, dan Ia telah melakukannya melalui pengorbanan-Nya, yang perlu kita beritakan dan percayai setiap saat. (Ef3:12; Im16:2; Ibr10:19-22).
Ibadah yang berkenan.
Sebenarnya Allah dapat menolak ibadah kita karena berbagai sebab. Dengan gamblang Ia mengecam praktik ibadah yang berkaitan dengan penyembahan berhala, ketidakpercayaan, ketidaktaatan, dan motif yang jahat (Yer13:10; 7:21-26; Kel30:9; 32:22-27). Makin sadarlah kita bahwa bila dilakukan dari diri kita sendiri, persembahan ibadah yang kita lakukan tidak akan pernah menyenangkan Tuhan. Sekuat apapun kita berusaha, hati dan ibadah kita akan selalu bercela pada pandangan Tuhan. Satu-satunya faktor utama yang membuat ibadah berkenan adalah iman dan persekutuan dengan Yesus Kristus. Mungkin seringkali kita “merasa” diterima Allah ketika beribadah. Namun jika perasaann tersebut bukan sesuatu yang timbul dari Injil, maka perasaan itu hanya sensasi belaka.
Bagi kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah dinyatakan paling jelas melalui karya Kristus di kayu salib. (Flp2:6-11)
Untuk berpartisipasi dalam ibadah surgawi.
Karya Kristus di kayu salib adalah fokus ibadah di surga (Why5).

Bagaimana bermegah dalam salib Kristus
Salib menunjuk pada besarnya dosa kita. Salib membebaskan kita dari terhadap diri sendiri yang cenderung menyesatkan, sehingga kita dapat sepenuhnya mengasihi Dia yang sudah menebus kita. Maka, apakah waktu yang kita khususkan bersama untuk beribadah memperkuat pandangan jemaat, memperdalam iman, dan meningkatkan kerinduan akan kemuliaan Allah dalam Kristus, dan pada Dia yang disalibkan?

Bab 10 – Melalui Kuasa Roh Kudus

Gereja dapat saja setia mengagungkan kebesaran Allah dalam Kristus, namun gagal mempercontohkan kehidupan yang ditopang oleh kuasa dan semangat yang lahir dari kekuatan Injil. Mengapa? Penyebabnya sudah umum: kita berusaha menyembah Allah di luar Roh Kudus. Kita percaya pada hikmat, rencana, kreativitas dan kecakapan kita sendiri. Kita lupa bahwa menyembah Allah Tritunggal melibatkan Roh Kudus. (Ef2:18; Gal5:25; 1Kor2:12).

Sikap kita terhadap peranan Roh Kudus

Bergantung penuh.
Kita lemah, dan perlu pimpinan Roh Kudus setiap kali kita melangkah untuk memimpin. Keinginan daging berperang melawan di dalam hati (1Pet2:11; 1Yoh2:15-17; 1Pet5:8; Ef6:18; Yud20; Rom8:26). Roh Kudus menolong di tengah kelemahan kita. Doa adalah salah satu cara untuk menyatakan betapa kita bergantung penuh kepada Tuhan. Berapa banyak kita berdoa? Mengakui kebergantungan penuh kepada Roh Kudus seharusnya membuahkan rasa syukur, kerendahan hati, dan kedamaian. Kebergantungan ini seharusnya membebaskan kita dari kecemasan tentang apakah ibadah akan berlangsung dengan lancar, perlengkapan akan berfungsi dengan baik, respon jemaat terhadap kita, dsb.

Berharap penuh.
Allah masih dapat melakukan apa yang dilakukan-Nya dari zaman dulu. Ia masih bekerja; Ia masih bertindak; Ia tidak berubah. Tetapi apakah kita sungguh percaya? Secara teori mungkin. Seringkali fokus kita lebih tertuju pada rencana yang kita buat, bukannya menantikan Allah bekerja melalui Roh-Nya.
Kita lebih takut kalau listrik mati ketika ibadah, daripada ibadah yang mati tanpa Roh Kudus. Kita menyanyikan lagu-lagu tanpa memikirkan apa yang hendak Roh Kudus lakukan selagi kita menyanyi. Allah tidak selalu menyatakan kuasa-Nya secara spektakuler dalam ibadah. Namun kita dapat berharap agar Ia menyatakan kuasa-Nya dengan cara tertentu. Kapan terakhir kali ada orang yang datang ke ibadah yang anda pimpin dan ia disadarkan sedemikian rupa akan dosanya dan mengalami pertobatan?

Sikap tanggap yang disertai kerendahan hati.
Jika kita menyadari kuasa Roh Kudus, kita harus bersikap rendah hati dan tanggap terhadap apa yang sedang dilakukan-Nya. Kita harus peka, terhadap apa yang Roh Kudus “katakan” pada kita.

Fokus yang benar
Hendaknya kita tidak membatasi pekerjaan Roh Kudus seakan-akan Ia hanya bekerja dalam karunia-karunia tertentu. Dengan anugerah Tuhan, kiranya jemaat menyadari bahwa Roh Allah benar-benar ada di antara kita –bekerja dengan aktif, mencurahkan kuasa-Nya, memberi dorongan semangat, menegur dan menyadarkan –demi kebaikan gereja Tuhan, dan demi kemuliaan Sang Juruselamat.

Bab 11 – Terampil Memadukan Firman Tuhan
Keseluruhan persekutuan adalah ibadah ; seluruhnya perlu dipenuhi dengan firman Tuhan.

Mengapa ibadah harus berfokus pada firman
Sebelum kita dapat berbicara kepda Allah, terlebih dahulu Ia harus berbicara kepada kita. Sebelum kita dapat mempersembahkan diri kepada-Nya dalam ibadah yang berkenan di hati-Nya, terlebih dahulu Ia harus menyatakan kepada kita siapa diri-Nya. Ibadah kepada Tuhan selalu merupakan respon terhadap firman Tuhan. Alkitab mengarahkan dan memperkaya ibadah kita (John Stott). Lih.Ul4:2-12; Neh8:9; Mat15:3-9; Luk24:27; Kis2:42; 1Tim4:13; Kol3:16.

Bagaimana supaya ibadah kita terfokus pada firman
Menghargai firman Allah.
Kalau kita menghargai dan menjunjung firman Allah, orang lain akan menyadarinya. Orang yang berkunjung ke ibadah kita tidak akan mendapat kesan bahwa Alkitab hanyalah bagian tambahan atau sekadar buku referensi. Mereka akan mendengarnya melalui suara anda dan melihat di mata anda bahwa firman Allah adalah sukacita anda.
Menyanyikan firman Allah.
Kita memerlukan lagu-lagu yang liriknya memuat teologi yang penting, berbobot dan alkitabiah. Penggunaan lagu-lagu pujian yang dangkal dan subjektif cenderung menghasilkan orang Kristen yang dangkal dan subjektif pula. Kata-kata yang kita nyanyikan harusnya lugas, jelas, tidak kabur, dan bukan tafsiran pribadi. Roh Tuhan hendak menerangi pikiran kita ketika kita sedang menyanyi. Jangan sampai kita menghalangi proses tersebut melalui lagu-lagu yang kita nyanyikan. Kalau anda sendiri tidak memahami arti tiap baris lagu yang anda nyanyikan, jangan-jangan jemaat pun tidak memahaminya.
Sebagai pemimpin ibadah, kita dapat menambahkan komentar pendek di sela-sela liriknya, memberikan kata pengantar lagu, atau menambahkan lagu lain untuk menyempurnakan pesan lagu itu. Nyanyikanlah firman Allah. Syair lebih penting daripada musik. Kebenaran firman Tuhan lebih penting daripada lagu.
Membaca firman Allah.
Fenomenanya justru pembacaan Alkitab jarang dilakukan di hadapan jemaat. Allah memerintahkan kita secara spesifik agar kita tekun mengadakan pembacaan Alkitab di hadapan jemaat (1Tim4:13). Ketika kita sedang mendengarkan pembacaan firman Allah, sebetulnya kita sedang mengakui bahwa kita bergantung dan tunduk pada firman-Nya. Jangan memakai Alkitab untuk sekadar mengisi kekosongan. Jemaat harus mengerti mengapa kita membaca ayat tertentu pada saat tertentu. Kita juga dapat membacakan firman Tuhan untuk mengantar lagu, di antara lagu atau bait lagu, atau secara bergantian dengan jemaat. Jemaat harus menyadari bahwa kata-kata yang dibacakan itu bukan kata-kata kita, melainkan kata-kata Allah.
Menayangkan firman Allah.
Kita bisa menayangkan ayat-ayat Alkitab yang relevan di layar proyektor, atau kertas acara. Semuanya itu dimaksudkan untuk menarik perhatian jemaat pada firman-Nya, bukan pada kreativitas kita.
Mendoakan firman Allah.
Kita juga bisa berdoa dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab. Doa anda akan mencerminkan adanya iman yang semakin kuat, dan jemaat akan memperoleh manfaat dari teladan anda.

Bab 12 – Dengan Musik (Bagian I: Macam Apa?)
Musik dapat menipu. Tersentuh secara emosi oleh musik dan benar-benar menyembah Tuhan adalah dua hal yang berbeda.

Sejarah yang menyedihkan
Dari abad ke abad, orang-orang Kristen ramai berdebat soal musik. Kalau kita tidak memahami tujuan Allah berkenaan dengan musik dalam ibadah, kita akan cenderung menyalahgunakan musik. Lebih buruk lagi, musik dapat mencuri kemuliaan yang hendak kita tujukan bagi Tuhan.

Bagaimana musik membantu kita
Musik menggugah dan mengekspresikan emosi yang memuliakan Tuhan.
Nyanyian yang dinaikkan dengan bersemangat memungkinkan kita secara halus memadukan kebenaran tentang Allah dengan ungkapan kasih kita kepada-Nya. Doktrin terpadu dengan pengabdian, pikiran terpadu dengan hati.
Musik membantu kita memusatkan perhatian pada kemuliaan dan aktivitas Allah Tritunggal.
Allah adalah Allah yang menyanyi (Zef3:17,18; Mat26:30; Ef5:18-19). Sesuatu yang membesarkan hati kalau kita menyadari bahwa Allah memberi kita musik dengan tujuan supaya kita dapat memperdalam dan membangun hubungan dengan-Nya.
Musik membantu kita ingat kebenaran tentang Allah. (Ul31:21).
Tidak ada hal lain yang lebih penting untuk diingat selain firman Tuhan. Musik yang memancing emosi akan berlalu, tetapi firman Tuhan yang hidup dan aktif akan terus bekerja di hati kita, memperbarui pikiran dan memperkuat iman.
Musik membantu kita mengungkapkan kesatuan dalam Injil.
Kita bernyanyi bersama-sama dan memuliakan Allah (Ef5:19; Kol3:16).

Musik macam apa?

Musik harus mendukung lirik nyanyian
Jemaat memerlukan lagu-lagu yang memberi “makanan” rohani kepada mereka, bukan hanya lagu-lagu yang membuat mereka merasa nyaman.
Nyanyikan lagu-lagu yang mengatakan sesuatu
Kata-kata sebuah lagu harus sekuat melodi yang mengiringinya atau sekuat aransemen musik yang melatarbelakanginya. Bila anda ragu-ragu terhadap sebuah lagu, jangan anda memainkannya. Lagu dapat mengatakan sesuatu dengan cara yang berbeda-beda: lirik obyektif (membicarakan kebenaran tentang Allah), lirik subyektif (respon menghadap Allah, misalnya kasih, kerinduan, keyakinan, dll), lirik reflektif (apa yang kita lakukan ketika menyembah Tuhan).
Sesuaikan aransemen dan volume
Mengadakan variasi ketika bermain musik, berapa keras, dan apa yang kita mainkan, semuanya ini akan sangat mempengaruhi jemaat mendengar kata-kata lagu yang sedang dinyanyikan. Adakanlah berbagai kombinasi permainan instrumen musik, variasi volume.
Usahakan agar permainan instrumen berfungsi secara tepat
Ibadah bukan sebuah konser di mana para penonton hanya duduk nyaman sambil mendengarkan para musisi menampilkan bakatnya. Semakin lama tim musik memainkan musik, semakin besar pula kemungkinannya jemaat terlena dan terpesona pada kecakapan para pemusik daripada kepada Yesus.
Perhatikan tampilan/proyeksi lirik lagu
Gunakan musik yang mendukung
Kalau dilakukan dengan cara yang tepat di waktu yang tepat, maka iringan musik instrumental dapat menjadi sarana yang efektif dan dapat mendukung penyampaian kata-kata lisan.

Musik harus bervariasi
Tipe musik yang berbeda-beda akan menyukakan hati Tuhan. Kita baiknya menyanyikan semua macam lagu –yang pendek, yang panjang, yang cepat, yang lambat, yang lama, yang baru –dengan hati penuh rasa syukur kepada Tuhan.
Mencerminkan berbagai atribut Allah
Keberagaman musik mencerminkan beragam aspek hakikat Allah. Allah mahabesar dan pengalaman manusia begitu banyak sehingga tidak mungkin satu macam musik saja dapat selalu mengekspresikan dinamika hubungan kita dengan Allah yang hidup.
Mendengar kata-kata yang sudah biasa dengan cara yang baru
Memainkan/ mengaransemen musik yang belum pernah kita mainkan hendaknya tidak dipersoalkan (kebanyakan lagu himne sebetulnya ditulis tanpa musik).
Mengenali hati Allah bagi semua orang
Kita perlu menyambut semua gaya musik ibadah yang membantu gereja menghasilkan murid Kristus, selalu mencari cara baru untuk menyanyikan Injil.

Musik harus membangun gereja
Musik yang terbaik adalah musik yang memungkinkan jemaat secara tulus dan konsisten mengagungkan kebesaran Sang Juruselamat dalam hati, pikiran, dan kehendaknya. Jemaat harus dapat mendengar pesan yang disampaikan dalam sebuah lagu tanpa merasa terganggu oleh musik yang mengusung pesan itu. Pada waktu kita menyembah Tuhan, kita tidak bermaksud memuliakan kreativitas; kita hendak memuliakan Sang Pencipta! Jemaat dapat diajari menyanyikan lagu-lagu yang belum biasa mereka dengan, atau yang kompleks.

Bab 13 – Dengan Musik (Bagian II: Menyusun Lagu)

Rencanakan dengan selektif
Sewaktu memikirkan lagu yang akan kita nyanyikan, kita bisa mengkategorikannya ke dalam kategori: “jangan pakai”, “pribadi”, “bisa pakai”, “harus pakai”.
Rencanakan dengan hati damai
Keyakinan kita tidak bertumpu pada lagu tertentu, tetapipada Tuhan yang penuh rahmat.
Rencanakan sambil berdoa
Tuhan mau kita meminta pertolongan-Nya selama persiapan. Setiap orang yang melangkah masuk ke ruang ibadah mempunyai kebutuhannya masing-masing. Mereka sedang bergumul dengan dosa tertentu; mereka mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri dan cenderung lupa akan Injil. Kita mempunyai kesempatan yang sangat baik untuk mengarahkan mereka pada kebesaran, kebaikan, dan kasih karuniaYesus Kristus.
Rencanakan bersama rekan-rekan sepelayanan
Hasilnya akan lebih baik dibanding kalau kita menyusun sendiri, karena semunya akan saling melengkapi.
Rencanakan menurut tema
Suatu saat dalam ibadah, kita memberi jemaat suatu arahan supaya mereka mengerti pada perkara apa mereka perlu memusatkan perhatian.
Rencanakan menurut konteks
Perhatikan tahap kedewasaaan rohani, keragaman suku, peristiwa khusus yang sedang terjadi, waktu yang tersedia, besar kecilnya jemaat, dan hal-hal yang sudah direncanakan.
Rencanakan dengan progresif
Progresif artinya sesuatu yang mengalir. Ini menunjukkan adanya keselarasan, pengembangan sebuah tema, bagian-bagian yang berbeda dari sebuah ibadah saling berhubungan.
Rencanakan dengan kreatif
Kita dapat mengubah aransemen, tempo, struktur lagu, dsb dengan kreatif dan jelas.
Rencanakan dengan realistis
Pastikan terlebih dahulu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyanyikan lagu-lagu. Lebih baik menyanyikan lebih sedikit lagu tetapi dengan nyaman, daripada menyanyikan lebih banyak lagu dengan rusuh.
Rencanakan jangka panjang
Perlu untuk membuat catatan tentang lagu-lagu yang sudah pernah kita nyanyikan, yang paling sering kita pilih, yang baru kita ajarkan kepada jemaat. Ini memungkinkan kita menjadwalkan lagu yang akan kita nyanyikan lagi, menjadwalkan elemen spesial yang kreatif, lagu yang akan kita perkenalkan, dan menyajikan menu yang lebih sehat kepada jemaat.

Bab 14 – Jadi Memotivasi Jemaat

Cara yang salah untuk memotivasi
Pertama, hendaknya kita tidak menuntut orang-orang menyembah Tuhan (apalagi tanpa mengutarakan sebabnya). Kedua, kita tidak mau memotivasi orang memuji Tuhan dengan manipulasi. Ketiga, kita tidak mau membuat jemaat mengalami perasaan bersalah yang tidak pada tempatnya.

Membantu jemaat mengadakan koneksi
Hanya Tuhan yang dapat menerangi hati jemaat menyembah-Nya. Namun pemimpin ibadah dapat mempermudah atau mempersulit mereka menyembah Tuhan. Untuk itu, seringkali Tuhan menggunakan sarana yang menolong pemimpin ibadah memimpin jemaat menyembah Tuhan, di antaranya: keteladanan, imbauan, dan dorongan semangat.
Keteladanan
Kalau saya sendiri sedang mengagungkan kebesaran Allah dalam Yesus Kristus, saya berada di posisi terbaik untuk memotivasi orang lain bergabung dengan saya. Apa yang sedang saya lakukan akan tercermin di wajah, suara dan ekspresi tubuh saya. Jemaat melihat, mendengar dan mengamatinya. Hal ini juga berlaku buat tim musik, maka ikutlah bernyanyi.
Imbauan
Kita bisa memberikan komentar yang tepat tentang sebuah lagu agar menolong jemaat fokus pada kata-kata yang sedang dinyanyikan. Sementara memimpin, kita dapat berbagi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: Mengapa ini benar? Apa bedanya? Apa yang tidak dikatakan di sini? Apa arti kata ini? Kenapa kalimat ini ditekankan? –kepada jemaat lewat kata-kata yang kita ucapkan atau nyanyikan. Halini membutuhkan pemikiran cermat dan latihan, untuk kata-kata yang singkat, tepat, dan waktu yang tepat pula.
Dorongan semangat
Apapun yang sedang dialami jemaat yang datang ke ibadah, tujuan kita adalah membuat mereka terkesan oleh apa yang sudah dilakukan Allah dalam Yesus Kristus, apa yang telah dijanjikan-Nya, dan apa yang dihasilkan semuanya itu dalam hidup mereka. Semakin kita mengarahkan orang-orang untuk mengetahui bahwa Tuhan sudah dan sedang bekerja di dalam hati kita (Flp2:13), akan semakin mudah mereka mengingatnya.

Orang-orang percaya yang berkumpul (Gereja)
Dalam ibadah, Tuhan menghendaki kita melakukan lebih dari sekadar menyanyi bersama dan mengalami saat-saat indah dalam ibadah. Ia hendak merajut benang kehidupan kita menjadi satu. Patut disayangkan, kondisi ibadah yang individualistis, orang yang hanya menjadi konsumen ibadah, dan hanya memikirkan diri sendiri. Komunitas yang beribadah sejatinya terdiri atas individu-individu yang hidupnya berpusat pada Sang Juruselamat, yakni Yesus yang mereka puji dan sembah bersama-sama setiap minggu. Komunitas yang beribadah berharap untuk berada di hadirat Allah tidak hanya pada hari Minggu, tetapi juga setiap hari. (1Kor3:9; Ef2:19-22; 1Kor12:12; 1Pet2:5).

Bab 15 – Untuk Memberitakan Injil

Dalam ibadah, kita berbuat lebih dari sekadar berekspresi, khusuk atau semarak. Kita memberitakan mengapa Allah itu mahabesar, apa yang sudah berhasil dilakukan-Nya, apa saja janji-janji-Nya. Kita diselamatkan untuk memberitakan (1Pet2:9).

Mengaitkan Injil dengan kehidupan
Adalah suatu kesempatan yang baik bagi kita untuk membantu jemaat melihat bagaimana Injil berperan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Berikut beberapa contoh:
Injil dan dosa kita.
Kita perlu memberitakan bahwa Kristus sudah mati karena dosa-dosa saya, jadi saya tidak lagi berada di bawah murka Allah. Saya tidak perlu hidup di bawah tekanan perasaan bersalah. Saya sudah diampuni. Saya dinyatakan benar di mata Allah –bukan berdasarkan perbuatan saya, tetapi berdasarkan kebenaran Kristus yang sudah diberikan-Nya pada saya. (1Kor15:3-4; Rom8:1).
Injil dan penderitaan kita
Mungkin di antara jemaat ada yang di tengah deritanya, mungkin saja tergoda untuk meragukan kebaikan Tuhan, mempertanyakan kedaulatan-Nya dan mencurigai hikmat-Nya. Kita berkesempatan memberitakan bahwa Tuhan sedang mengerjakan rencana-Nya yang sempurna buat kita. Kasih karunia-Nya berlimpah, dan mendatangkan kebaikan. (Rom8:18-29; 2Kor4:17,18)
Injil dan pengudusan kita
Kita sudah dimerdekakan untuk menaati Allah dengan kuasa Roh-Nya. Mengetahui bahwa kita sudah diampuni dari dosa-dosa kita melalui Injil, hal itu juga meyakinkan kita akan rahmat Tuhan dan memotivasi kita untuk hidup taat pada perintah-perintah-Nya. (1Pet2:24; 1Kor6:20; 2Kor5:21; Tit2:13-14).
Injil dan hubungan yang terputus
Kalau Tuhan sudah mengampuni kesalahan kita yang begitu serius itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni mereka yang bersalah terhadap kita.

Bersama-sama memberitakan Injil
Ada banyak hal yang dapat kita suarakan sewaktu dan sesudah beribadah bersama. Sementara kita membantu orang-orang memahami hubungan antara kasih Allah dalam Kristus dan pergumulan mereka sehari-hari, akan bertumbuhlah kasih mereka terhadap Injil. Mereka akan semakin menghargai Injil. Alhasil, muncullah komunitas yang mengalami sukacita dan berfokus pada Injil –komunitas yang memberitakan kabar baik tentang kasih karunia Allah kepada dunia. Mulailah terus mengingatkan diri sendiri akan Injil, setiap hari.

Bab 16 – Untuk Menikmati Kehadiran Tuhan

Menikmati kehadiran Tuhan yang dijanjikan-Nya
Tuhan ada di mana-mana, tetapi terkadang Ia memilih untuk “melokalisasi” kehadiran-Nya. Dan Ia ada bersama kita, karena kita adalah “bait Allah”yang baru, di mana Allah berdiam (Ef2:19-22; Mat18:20). Yang membawa kita ke hadirat Allah hanya Yesus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kalau kita mengira ibadah kitalah (musik, suara, performa) yang membuat kehadiran Tuhan dekat dengan kita, maka kita akan berpikir bahwa kita patut dipuji atau berbangga.


Kehadiran Allah yang aktif
Kita perlu mendengarkan selagi memimpin, memasang telinga untuk mendengar, Roh Kudus mengarahkan kita untuk melakukan apa selagi kita mempedulikan umat-Nya? Entah dengan spontan, melibatkan orang lain, atau dengan persiapan sebelumnya. Nikmatilah kehadiran Allah, sampai kelak kita memuji Allah dalam kemuliaan, kemegahan dan kekekalan di surga, penggenapan segala puji-pujian.

Bab 17 – Untuk Hidup bagi Kemuliaan Tuhan

Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita rendah hati.
Ketika kita berjumpa dengan Tuhan, tidak ada sesuatu pun pada diri kita yang patut dibanggakan. Tidak ada yang dapat membuat kita lebih rendah hati daripada menyembah Dia di kaki salib.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita merasa aman.
Rasa aman kita berdiri di atas dasar kasih Tuhan yang tidak berubah, yang puncaknya dinyatakan di Kalvari.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita merasa berterima kasih.
Ketika kita memandang salib Kristus dan sungguh-sungguh menyadari bahwa sebenarnya kitalah yang seharusnya digantung di situ, sudah pasti kita akan merespon dengan rasa terima kasih yang berlimpah-limpah.
Menyembah Tuhan harus membuat kita hidup kudus
Semakin senang kita menyembah Dia, semakin benci kita terhadap dosa dan segala macam manifestasinya. Kita mempunyai tugas khusus untuk mengingatkan jemaat bahwa Allah sudah menebus kita supaya kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, bagi kemuliaan-Nya.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita pengasih.
Mengalami dan menikmati kasih karunia Allah akan membuat kita menyalurkannya juga kepada orang lain.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita berjiwa bagai seorang penginjil.
Bukankah kita rindu agar sebanyak mungkin orang mengalami sukacita karena mengenal Dia? Kita memuji Allah yang rindu agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim2:4; 2Pet3:9). Sudah pasti kita ingin orang-orang yang kita kasihi, yang dekat dengan kita, bahkan yang belum kita kenal –semuanya mengenal Juruselamat yang kita sembah itu.

Ibadah yang sejati mengubah kehidupan
“Kalau jemaat pulang seusai ibadah tanpa berbekal hasrat untuk hidup semakin berkenan di hadapan Tuhan, maka tujuan ibadah belum tercapai... Kitab suci menyatakan dengan jelas bahwa ibadah yang sejati mengubah kehidupan” (Allen Ross).

Read More..

Saya ingin berbagi kepada kita semua tentang hal-hal yang saya nikmati sewaktu membaca dan merangkum buku Worship Matter karya Bob Kauflin, sebuah buku tebal, terjemahannya diterbitkan Lembaga Literatur Baptis, terdiri dari 32 bab.
Awalnya ini sebagai tugas dalam Training for Trainer Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa (TPPM) bidang Musik, Perkantas Jakarta. Tetapi rasanya terlalu sayang kalau hanya berakhir sebagai tugas yang dikumpulkan, saya ingin berbagi dengan anda semua :) Semoga menjadi berkat, bukan hanya bagi anda yang terlibat langsung/ yang bertanggung jawab untuk suatu ibadah (pendeta, penatua, pemimpin ibadah, worship leader, pemusik, seksi ibadah/ acara, panitia-panitia), tapi juga bagi kita semua, yang diciptakan untuk memuji dan menyembah Allah.

BAGIAN 1: SANG PEMIMPIN

Bab 1 - Hal-hal Penting

Inikah yang saya mau?
Memimpin umat Tuhan dalam ibadah adalah salah satu pekerjaan pelayanan yang paling memuaskan, menyenangkan, penuh binar-binar semangat, dan mengubah kehidupan. Dengan melakukan hal itu, kita sedang menolong orang-orang terhubung dengan tujuan mereka diciptakan, yakni menyembah dan memuliakan Allah yang hidup. Kita sedang mengarahkan hati mereka kepada Dia yang berdaulat penuh, Dia yang lebih besar daripada segala pencobaan, Dia yang lebih baik daripada yang dapat mereka bayangkan. Kita harus memperhatikan Sang Juruselamat yang tiada bandingnya, yang sudah mati menggantikan kita, yang sudah menaklukkan dosa, maut, dan kematian kekal.
Sukacita memimpin ibadah jauh melebihi tantangan yang ada. Ibadah bukan hanya kesempatan untuk menggunakan talenta musik, ibadah lebih dari sekadar pengalaman emosional yang memuncak, lebih dari sekadar aktivitas di hari Minggu. Ibadah itu berkaitan dengan siapa yang kita kasihi, apa tujuan hidup kita, dan siapa kita di hadapan Allah.
Segala pujian hanya bagi Allah. Jangan menggenggam sesuatu pun bagi diri Anda. Ini satu-satunya cara hidup yang berkenan bagi seorang pemimpin ibadah.

Apa yang bermakna?
Ibadah itu bermakna. Bermakna bagi Allah karena Dialah satu-satunya yang layak disembah. Bermakna bagi kita karena menyembah Allah adalah tujuan mengapa kita diciptakan. Dan bermakna bagi setiap pemimpin ibadah karena tidak ada kehormatan yang lebih tinggi daripada memimpin orang-orang untuk menatap kebesaran Allah.


Bab 2 - Hatiku: Apa yang Kukasihi?
Selama bertahun-tahun, kita sudah membaca ataupun mengalami langsung apa yang disebut “peperangan ibadah” –perdebatan soal gaya musik, pilihan lagu, dsb. Namun jarang sekali kita menyadari “peperangan ibadah” yang terjadi dalam diri kita. Sesungguhnya ini lebih serius: Hati kita.
Kalau ada hal-hal lain yang kita cintai dan utamakan, dan hal itu menggantikan tempat Tuhan dalam hidup ini, kita sedang terlibat dalam penyembahan berhala. Kita pikir itu akan mendatangkan sukacita, dan memuaskan. Entah itu dosa, kenikmatan dan kenyamanan duniawi, atau (berhala yang paling kuat adalah yang paling tidak terlihat) hal-hal seperti reputasi, kuasa dan pengaruh. Satu sisi kita ingin Tuhan dimuliakan dalam hidup kita, namun ada agenda lain di hati kita, kita ingin orang-orang mengakui, mengagumi dan menghujani kita dengan tepuk tangan.

Merobohkan gangguan
Kita sering terjebak mencari kemuliaan bagi diri sendiri. Kita senang mendengar nama kita disebut-sebut, atau bila melihat nama kita tercetak, dan bentuk-bentuk pemujaan lain (bahkan untuk kerendahan hati kita!). Kita harus sadar bahwa satu-satunya pengakuan yang berarti –pengakuan dari Tuhan, tidak mungkin dapat diperoleh melalui usaha kita. Pengakuan itu sudah diberikan cuma-cuma melalui berita Injil. Kalau kita merasa diri kita tidak begitu berdosa, kita tidak akan sadar bahwa kita memerlukan Juruselamat yang begitu besar. Ketika kita mencari kemuliaan bagi diri sendiri, sebenarnya kita sedang tidak bergantung pada Sang Juruselamat.
Ibadah bukan hanya soal musik, teknik, liturgi, lagu-lagu atau metodologi. Ibadah itu menyangkut soal HATI. Ibadah itu menyangkut apa dan siapa yang lebih kita kasihi dari apapun juga. Bisa saja saya memimpin orang-orang menyembah Tuhan, tetapi di dalam hati, saya menyembah hal-hal lainnya.

Kasih dan ibadah
Tuhan ingin kita mengasihi Dia lebih daripada musik dan alat musik, lebih daripada SEMUA yang kita miliki. Jangan terjatuh untuk mencintai hal-hal yang tidak sebanding dengan Tuhan yang paling pantas kita kasihi. Itulah sebabnya, yang paling perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin ibadah bukan soal mempersiapkan lagu, menciptakan aransemen musik yang kreatif, atau alat musik yang canggih. Hal yang paling perlu diperhatikan ialah keadaan hatinya. Isaac Watts menulis: “Allah Mahabesar tidak memperhitungkan pelayanan manusia jika tidak ada kesungguhan hati di dalamnya. Tuhan melihat dan menguji hati; Ia tidak memperhitungkan bentuk luar dari ibadah jika tidak ada penyembahan dari dalam hati, jika tidak ada kasih yang tulus di dalamnya.”.

Bab 3 - Pikiranku: Apa yang Kupercayai?
Semakin akurat kita mengenal Allah melalui firman-Nya, semakin berkenanlah ibadah kita di hadapan-Nya. Tidak akan ada ibadah yang berkenan kepada Allah kalau tidak ada pengenalan yang benar tentang Allah. (2Tes2:10; Yoh4:24; 14:6; 8:32; 17:19; 1Tim2:4).

Teologi dan doktrin
Seorang pemimpin ibadah yang hanya sepintas lalu saja membaca Alkitab tidak akan dapat menjadi pemimpin ibadah yang setia. Bagaimana kita dapat memahami segalanya yang dikatakan Alkitab tentang Allah? Diperlukan proses pembelajaran yang mendalam dan berdisiplin. Hal itu membawa kita pada dua patah kata yang tidak begitu nyaman di telinga kebanyakan orang Kristen –teologi dan doktrin. Ibadah yang alkitabiah tidak dapat dipisahkan dari kedua hal itu. Teologi berarti belajar tentang Tuhan. Doktrin berarti “apa yang diajarkan” (tentang topik tertentu, seperti ibadah, gereja, karunia Roh). Sumber utamanya adalah Alkitab. Itulah caranya kita mencari tahu seperti apakah Tuhan itu, apa yang Ia ingin kita percayai, bagaimana Ia menghendaki kita menyembah Dia. (Kita juga terbantu dengan belajar dari para penulis yang buku-bukunya menantang dan menolong kita menggali kekayaan firman Allah).

Anggapan yang keliru
1. Mempelajari hal-hal ini seharusnya tidak susah-susah
Yang benar, Setelah menyadari bahwa otak kita terbatas, sedangkan Allah begitu mahabesar, lagipula kita sepenuhnya bergantung pada kebenaran yang disingkapkan dalam Alkitab, bagaimana kita bisa berpikir ada jalan mudah untuk mengenal Allah yang kita sembah? Tidak ada jalan pintas, selain ketekunan seumur hidup yang dimotivasi kasih karunia Allah.
2. Kita dapat mengenal Allah dengan lebih dalam lagi melalui musik daripada melalui kata-kata
Yang benar, Tersentuh secara emosi berbeda dari diubahkan secara spiritual. Musik dapat mempengaruhi dan membantu kitadalam banyak hal, namun tidak dapat menggantikan kebenaran tentang Allah. Teologi yang benar membantu kita menempatkan musik pada tempat yang benar. Kita mengerti bahwa musik bukan tujuan ibadah. Musik hanyalah sarana untuk mengekspresikan ibadah yang sudah terjadi di dalam hati sejak kita menerima hidup baru dalam Yesus Kristus.
3. Teologi dan doktrin memunculkan masalah
Yang benar, Ibadah dan pengenalan kita tentang Allah tidak bisa didasarkan oleh pendapat manusia, pengalaman, gagasan atau perkiraan semata. Teologi dan doktrin mencegah kita menafsirkan ayat-ayat Alkitab di luar konteks. Teologi dan doktrin memperjelas konsep kita tentang hidup dan ibadah yang benar.

Hati dan pikiran
Hati dan pikiran itu serangkai. Kerinduan yang kuat dan mendalam kepada Tuhan muncul sebagai hasil dari proses belajar tentang Tuhan. Pemimpin ibadah haruslah akrab dengan Firman Kebenaran sebagaimana ia akrab dengan (bahkan lebih dari) alat musiknya. Jika ini terjadi, orang-orang akan pulang dari ibadah yang kita pimpin dengan perasaan yang lebih mengagumi Tuhan daripada musik kita.

Bab 4 - Tanganku: Apa yang Kulatih?
Kecakapan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berhubungan dengan kualitas seperti keahlian dan kompetensi. Tentu Tuhan dapat saja bekerja melalui kita meski kita melakukan kesalahan, kurang kompeten, kurang latihan. Tapi Ia menghargai kecakapan. (Kel36:1; 1Taw15:22; Mzm33:3; Mzm78:72).

Lima hal penting yang perlu diingat mengenai kecakapan
1. Kecakapan adalah pemberian Allah, bagi kemuliaan-Nya
Setiap bakat dari Tuhan ditujukan untuk mengarahkan perhatian dan kasih kita kepada-Nya.
2. Kecakapan harus dikembangkan
Allah tidak hanya menganugerahkan bakat, tetapi juga kemampuan untuk mengembangkannya. Kemahiran bukan semata karena bakat, tetapi latihan yang lebih keras, lebih lama, lebih komprehensif.
3. Kecakapan tidak membuat ibadah lebih berkenan di hadapan Tuhan
Allah tidak mendengarkan suara musik dan performa kita lebih dari Ia mendengarkan suara hati kita (Mzm51:19).
4. Kecakapan perlu dievaluasi orang lain
Masukan yang jujur dan membangun dari tim sepelayanan ataupun orang lain selama latihan atau seusai ibadah sangat berharga untuk peningkatan pelayanan, dan mengajar kita rendah hati. Walaupun tulus, pujian dari orang lain malah tidak selalu membantu kita bertumbuh.
5. Kecakapan bukan suatu tujuan akhir
Jika kita terlalu tinggi menjunjung kecakapan, akan menghasilkan buah yang buruk. Kita mempersingkat persiapan rohani dan menghabiskan tenaga pada urusan musik saja. Kita lupa kalau peran kita harusnya menolong jemaat melihat karakter dan karya Tuhan dengan lebih jelas selagi menaikkan pujian, dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Dalam hal apakah kecakapan menolong kita?
1. Kecakapan menolong kita berfokus kepada Allah
Semakin kita menguasai aspek praktis dalam memimpin, semakin kita dapat berkonsentrasi kepada Dia yang sedang kita puji.
2. Kecakapan menolong kita melayani jemaat
Kalau kita tidak lagi dipusingkan mekanisme memimpin ibadah, kita akan terbebas memandang kepada Dia yang sedang kita sembah, dan ini akan membantu jemaat yang kita pimpin menyembah dan memuji Tuhan.
3. Kecakapan akan melipatgandakan kesempatan melayani.

Kecakapan yang harus dikembangkan
1. Kepemimpinan.
Seorang pemimpin yang baik akan mengarahkan perhatian jemaat pada apa yang paling penting. Untuk ibadah yang baik, kepemimpinan yang cakap akan melibatkan kesiapan untuk mengatakan “ya” pada beberapa hal dan “tidak” pada hal lainnya, sekalipun keputusan ini bisa saja tidak menyenangkan bagi semua orang.
2. Musikalitas
Menyangkut aspek teknis: kemampuan untuk memainkan atau menyanyikan apapun yang diperlukan dalam situasi saat itu; dan aspek teori: bagaimana musik bekerja (struktur dasar akor, notasi, interval, modulasi, selera, dinamika, penjiwaan, ritme, pembagian suara dan instrumen, improvisasi, transisi)
3. Komunikasi
Berbicara kepada orang lain dengan jelas dan meyakinkan memerlukan persiapan yang matang. Semakin cermat kita memikirkan kalimat yang hendak kita sampaikan, semakin kuatlah pesan yang terkandung di dalamnya. Allah ingin mengubah orang-orang melalui kebenaran yang kekal dan Injil yang tidak berubah, untuk itulah dibutuhkan komunikasi yang didasari teologi yang jelas.
4. Teknologi
Teknologi dapat menolong kita mengkomunikasikan kebenaran Allah dengan lebih jelas, tetapi juga bisa menjadi penghalang utama. Jadi, persiapkanlah.

Kecakapan itu penting
Untuk memimpin jemaat beribadah kepada Tuhan diperlukan lebih dari sekadar hati yang tulus dan niat yang baik. Diperlukan kecakapan. Untuk itu diperlukan waktu, kerja keras dan persiapan.

Bab 5 – Hidupku: Apa yang Kucontohkan?
Memimpin ibadah dimulai bagaimana kita hidup sehari-hari, bukan dari apa yang saya lakukan di depan umum.

Menjadi teladan bagi orang percaya (1Tim4:12)
Apakah anda rindu memimpin orang-orang menyembah Tuhan? Kalau begitu, hal tersebut akan tercermin dari teladan hidup anda. Tidak menjadi soal, apakah kita memimpin sebuah jemaat, berkendara, atau seorang diri dalam kamar. Segala sesuatu yang kita lakukan harus didasari satu gol –melihat Kristus Yesus dipuji, ditinggikan, diagungkan dan ditaati.

Dengan perkataan.
Sebagai seorang pemimpin, setiap perkataan yang kita ucapkan berpotensi meneguhkan keteladanan kita atau malah merusaknya.
Dengan perilaku.
Jika cara hidup kita tidak mendukung apa yang kita katakan pada hari Minggu, kita bukan hanya menipu gereja, tetapi juga salah memberi gambaran tentang Allah yang kita sembah. Standar untuk memimpin ibadah bukanlah kesempurnaan, tetapi seorang pemimpin ibadah haruslah menempuh gaya hidup yang konstan kudus.
Dengan kasih.
Kalau kita gagal memberi keteladanan dalam hal kasih, orang-orang akan meragukan kesungguhan kita memimpin jemaat beribadah.
Dengan iman.
Untuk secara efektif memimpin orang-orang menyembah Tuhan dalam ibadah, kita perlu memancarkan iman dan kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan beserta janji-janji-Nya.
Dalam kekudusan.
Mengingat kekudusan Tuhan, “cemburu”-Nya, dan nilai yang tak terkira dari Tubuh Kristus, dosa sungguhlah berbahaya dan tak dapat ditolerir.

Pekerjaan kita yang abadi
Menyembah Allah adalah pekerjaan yang kekal. Jika kita belum menunjukkan adanya kerinduan yang tulus untuk memuliakan Allah dalam setiap aspek kehidupan, maka bukan bagian kita untuk memimpin ibadah.

Read More..

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo