Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

BAGIAN 2: PEKERJAAN PELAYANAN SEORANG PEMIMPIN IBADAH

Bab 6 – Jadi, Apa yang Dilakukan Seorang Pemimpin Ibadah?
Seorang pemimpin ibadah sebetulnya hanyalah bagian dari jajaran kepemimpinan musik dalam gereja. Para singer, paduan suara, pemain musik, semua memainkan perannya.

Beberapa pertanyaan
Sepenting apakah seorang pemimpin ibadah? Apa yang seharusnya dilakukannya?
Siapapun yang mendorong orang lain menyembah dan memuji Tuhan dapat saja disebut pemimpin ibadah. Ibadah dapat mengikutsertakan musik, tetapi dapat juga dilakukan tanpa musik. Aspek-aspek peranan seorang pemimpin ibadah dapat disimpulkan dari Alkitab, tidak ada persyaratan supaya kita mempunyai seorang pemimpin ibadah. Seorang pendeta atau sebuah tim dapat melayani bersama untuk tujuan itu. (1Taw16:1-7; Ibr9:23-28; Yoh4:23-24; Ibr10:19-22).

Menggunakan situasi secara maksimal
Mereka yang memimpin ibadah jemaat mempunyai kesempatan besar setiap minggu untuk mengajar, melatih, dan mendorong umat Allah memuji Dia dengan benar dan hidup bagi kemuliaan-Nya. Satu definisi lengkap untuk pemimpin ibadah: setia –meninggikan kebesaran Allah –dalam Yesus Kristus –melalui kuasa Roh Kudus –dengan memadukan firman Allah –dan musik secara terampil –sehingga memotivasi jemaat –untuk mewartakan Injil –menikmati kehadiran Tuhan –dan hidup bagi kemuliaan-Nya.


Bab 7 – Pemimpin Ibadah yang Setia
Kita dipanggil Tuhan bukan untuk menjadi populer. Kita dipanggil untuk setia.

Panggilan untuk setia
Kesetiaan berarti tekun melakukan pekerjaan pelayanan, memegang perkataan, memenuhi tanggung jawab. Ini juga berarti loyal, konstan, dapat diandalkan. (1Kor4:1-2)

Godaan yang potensial
Salah satu godaan yang dapat membuat kita tidak setia dan tidak dapat dipercaya adalah popularitas. Kita tergoda untuk menilai keberhasilan pelayanan dengan angka, misalnya berapa orang yang hadir di ibadah kita. Jumlah orang yang lebih banyak tidak selalu berarti bahwa kita menyenangkan hati Tuhan.
Kita juga terbias dengan “mentalitas konser” dalam ibadah. Ingat bahwa kita tidak bermaksud merangsang jemaat secara emosi tanpa mempedulikan sumbernya. Tujuan kita sebagai pemimpin ibadah berbeda, dan jauh lebih signifikan dari tujuan konser manapun. Kita melayani supaya jemaat terpesona oleh kemuliaan Sang Juruselamat yang melampaui keadaan sekeliling dan melebihi teknologi tercanggih.

Setia memimpin
Memimpin jemaat menyembah Tuhan memerlukan energi, kesungguhan, dan kepekaan. Walaupun kita tidak tahu pasti respon jemaat dalam beribadah, tapi kita akan menuai apa yang kita tabur.

Buah kepemimpinan yang setia
Kepemimpinan yang setia tidak selalu mendatangkan pujian, tepuk tangan atau penghargaan. Terkadang kita malah menerima kritik karena melakukan halyang alkitabiah. Buah sejati dari kepemimpinan yang setia adalah mengetahui bahwa kita menyenangkan Dia. Kita bersukacita bukan karena sudah memimpin ibadah dengan sempurna atau mendapat kepuasan pribadi, popularitas. Suatu saat kita akan mendengar, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat25:21,23). Itulah upah terbesar, lebih besar daripada yang dapat diberikan dunia.

Bab 8 – Mengagungkan Kebesaran Allah

Mengagungkan dan menghayati kebesaran Allah adalah inti dari ibadah yang alkitabiah (Mzm145:3; 34:4). Pemimpin ibadah bertugas mengingatkan orang-orang bahwa Allah lebih besar daripada masalah dan sukacita mereka, daripada kesedihan dan kesuksesan mereka, daripada pencobaan dan kemenangan mereka.


Pimpinlah secara jelas dan spesifik
Manusia cenderung lupa mengapa Tuhan amat sangat layak disembah. Kita dipanggil untuk mengingatkan mereka dengan jelas dan spesifik, apa yang sudah dinyatakan Tuhan tentang diri-Nya. Seharusnya lagu-lagu dapat dengan akurat berbicara tentang Tuhan dan memuji satu-satunya Tuhan yang sudah menyatakan diri-Nya dalam Pribadi Sang Juruselamat, Yesus Kristus.

Menyelami kebesaran Allah
Bagaimanapun kita mengurus lampu, video, sound system, multimedia, tujuan kita yang utama bukan menampilkan gambar terbaik, aransemen yang paling menggairahkan, atau perlengkapan tercanggih. Kita ingin jemaat pulang dengan perasaan kagum bahwa Allah mau berbicara kepada mereka; kita menghendaki mereka dikuatkan oleh janji-janji Tuhan, ditantang oleh perintah-perintah-Nya, dan bersyukur atas berkat-berkat-Nya. Kita ingin mereka menatap keagungan Allah di dalam firman-Nya. (Mzm 56:11-12; 19:8-10; 119; 145:8-9; 117; 21;14; 99:3).
Sesungguhnya ibadah merupakan undangan dari Allah Tritunggal agar kita mengambil bagian dalam persekutuan dan sukacita yang telah disediakan-Nya dari kekekalan sebelum dunia diciptakan. Kita dipilih untuk bergabung dengan-Nya, menyatakan keagungan, kesempurnaan, dan keindahan-Nya yang tiada terbatas. Jadi, bagaimana mungkin seseorang berpikir bahwa menyembah Tuhan adalah hal yang membosankan? Kekudusan, kemuliaan, dan kedaulatan-Nya tidak terbatas. Kebenaran, hikmat, dan kekayaan-Nya tak habis-habisnya. Ia sumber segala sesuatu yang baik dan indah. (Rom11:33-36; Mzm105:2).
Salah satu masalah yang kita hadapi: seringkali kita lebih tertarik dengan apa yang kita lakukan daripada apa yang sudah Tuhan kerjakan. Maka ibadah jemaat harusnya menolong kita disegarkan oleh apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita. Kitab Mazmur secara rinci memuji pekerjaan Allah yang luar biasa. Lagu-lagu kita pun seharusnya demikian.
Pekerjaan Allah terbesar ialah mengaruniakan Anak-Nya di Kalvari. Hanya melalui pengorbanan Yesus yang sempurna di kayu salib, kita dapat menghampiri Allah (Ibr10:19-22).

Mencintai kebesaran Allah
Keterlibatan hati dalam beribadah membangkitkan perasaan, emosi, dan kasih di hati. Ketika perasaan kita terhadap Allah mati, ibadah itu sendiri mati (John Piper). Mungkin kita sering merasa sebagai orang munafik ketika sedang menyanyikan kalimat seperti: “Aku mengasihi-Mu”, “Aku akan setia mengikut-Mu”, “Hanya Kau yang kusembah”, “Kuserahkan segalanya”, dst. Tapi ekspresi-ekspresi seperti ini dapat menolong kita menyelaraskan hati ini dengan pekerjaan Tuhan di dalam kita melalui kebenaran Injil, terutama ketika kita sadar betapa kita memerlukan Roh Tuhan untuk melaksanakan komitmen-komitmen itu.
Mengagungkan kebesaran Allah melibatkan pengungkapan iman kepercayaan kita dan kasih yang mendalam kepada Tuhan. Tanggung jawab kita sebagai pemimpin ibadah ialah memastikan bahwa melalui kebenaran Alkitabiah dan kasih yang kuat kepada-Nya, jemaat diberi kesempatan untuk mengagungkan Allah dan berjumpa dengan Dia yang mahabesar dan mahatinggi. (Mzm31:24; 100:2; 18:2; 34:2,9; 63:2,5; 84:3; 77:8-10; 62:9; Flp4:4).

Bab 9 – Di Dalam Yesus Kristus

Ibadah kristiani adalah ibadah dalam perjanjian yang baru –ibadah yang teinspirasi Injil, ibadah yang berpusat pada Kristus; ibadah yang berfokus pada salib (D.A.Carson).

Yesus Pengantara kita
Kebanyakan orang belum begitu menyadari bahwa mereka memerlukan seorang Pengantara dalam berhubungan dengan Allah. Sebabnya ialah karena kita memandang remeh dosa-dosa kita. Kita tidak memandangnya di bawah terang kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah. Yesus menjadi Pengantara ketika Ia dengan rela menanggung murka Allah di kayu salib terhadap semua dosa kita, padahal Ia sama sekali tidak berdosa. (1Pet3:18).

Mengapa makna salib begitu penting dalam ibadah
Injil adalah tema inti yang merupakan fondasi ibadah itu sendiri. Keseluruhan ibadah berawal dan berfokus pada salib Yesus (1Kor2:2; 1Kor15:3-4; 1Pet2:24; 1Yoh4:10). Makna Kristus bagi kita sama dengan makna salib... Segala hal yang dapat kita pahami tentang Kristus, siapa Ia di surga ataupun di dunia, dinyatakan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib... Anda tidak akan bisa mengerti Kristus sampai anda mengerti salib-Nya (P.T.Forsyth).
Bagi jalan masuk kepada Allah.
Tidak ada pemimpin ibadah, pendeta, band, atau lagu apapun yang dapat mendekatkan kita kepada Allah. Sorak sorai, tarian, nubuat, bahkan ibadah itu sendiri tidak dapat membawa kita ke hadirat Allah. Hanya Yesus yang dapat melakukannya, dan Ia telah melakukannya melalui pengorbanan-Nya, yang perlu kita beritakan dan percayai setiap saat. (Ef3:12; Im16:2; Ibr10:19-22).
Ibadah yang berkenan.
Sebenarnya Allah dapat menolak ibadah kita karena berbagai sebab. Dengan gamblang Ia mengecam praktik ibadah yang berkaitan dengan penyembahan berhala, ketidakpercayaan, ketidaktaatan, dan motif yang jahat (Yer13:10; 7:21-26; Kel30:9; 32:22-27). Makin sadarlah kita bahwa bila dilakukan dari diri kita sendiri, persembahan ibadah yang kita lakukan tidak akan pernah menyenangkan Tuhan. Sekuat apapun kita berusaha, hati dan ibadah kita akan selalu bercela pada pandangan Tuhan. Satu-satunya faktor utama yang membuat ibadah berkenan adalah iman dan persekutuan dengan Yesus Kristus. Mungkin seringkali kita “merasa” diterima Allah ketika beribadah. Namun jika perasaann tersebut bukan sesuatu yang timbul dari Injil, maka perasaan itu hanya sensasi belaka.
Bagi kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah dinyatakan paling jelas melalui karya Kristus di kayu salib. (Flp2:6-11)
Untuk berpartisipasi dalam ibadah surgawi.
Karya Kristus di kayu salib adalah fokus ibadah di surga (Why5).

Bagaimana bermegah dalam salib Kristus
Salib menunjuk pada besarnya dosa kita. Salib membebaskan kita dari terhadap diri sendiri yang cenderung menyesatkan, sehingga kita dapat sepenuhnya mengasihi Dia yang sudah menebus kita. Maka, apakah waktu yang kita khususkan bersama untuk beribadah memperkuat pandangan jemaat, memperdalam iman, dan meningkatkan kerinduan akan kemuliaan Allah dalam Kristus, dan pada Dia yang disalibkan?

Bab 10 – Melalui Kuasa Roh Kudus

Gereja dapat saja setia mengagungkan kebesaran Allah dalam Kristus, namun gagal mempercontohkan kehidupan yang ditopang oleh kuasa dan semangat yang lahir dari kekuatan Injil. Mengapa? Penyebabnya sudah umum: kita berusaha menyembah Allah di luar Roh Kudus. Kita percaya pada hikmat, rencana, kreativitas dan kecakapan kita sendiri. Kita lupa bahwa menyembah Allah Tritunggal melibatkan Roh Kudus. (Ef2:18; Gal5:25; 1Kor2:12).

Sikap kita terhadap peranan Roh Kudus

Bergantung penuh.
Kita lemah, dan perlu pimpinan Roh Kudus setiap kali kita melangkah untuk memimpin. Keinginan daging berperang melawan di dalam hati (1Pet2:11; 1Yoh2:15-17; 1Pet5:8; Ef6:18; Yud20; Rom8:26). Roh Kudus menolong di tengah kelemahan kita. Doa adalah salah satu cara untuk menyatakan betapa kita bergantung penuh kepada Tuhan. Berapa banyak kita berdoa? Mengakui kebergantungan penuh kepada Roh Kudus seharusnya membuahkan rasa syukur, kerendahan hati, dan kedamaian. Kebergantungan ini seharusnya membebaskan kita dari kecemasan tentang apakah ibadah akan berlangsung dengan lancar, perlengkapan akan berfungsi dengan baik, respon jemaat terhadap kita, dsb.

Berharap penuh.
Allah masih dapat melakukan apa yang dilakukan-Nya dari zaman dulu. Ia masih bekerja; Ia masih bertindak; Ia tidak berubah. Tetapi apakah kita sungguh percaya? Secara teori mungkin. Seringkali fokus kita lebih tertuju pada rencana yang kita buat, bukannya menantikan Allah bekerja melalui Roh-Nya.
Kita lebih takut kalau listrik mati ketika ibadah, daripada ibadah yang mati tanpa Roh Kudus. Kita menyanyikan lagu-lagu tanpa memikirkan apa yang hendak Roh Kudus lakukan selagi kita menyanyi. Allah tidak selalu menyatakan kuasa-Nya secara spektakuler dalam ibadah. Namun kita dapat berharap agar Ia menyatakan kuasa-Nya dengan cara tertentu. Kapan terakhir kali ada orang yang datang ke ibadah yang anda pimpin dan ia disadarkan sedemikian rupa akan dosanya dan mengalami pertobatan?

Sikap tanggap yang disertai kerendahan hati.
Jika kita menyadari kuasa Roh Kudus, kita harus bersikap rendah hati dan tanggap terhadap apa yang sedang dilakukan-Nya. Kita harus peka, terhadap apa yang Roh Kudus “katakan” pada kita.

Fokus yang benar
Hendaknya kita tidak membatasi pekerjaan Roh Kudus seakan-akan Ia hanya bekerja dalam karunia-karunia tertentu. Dengan anugerah Tuhan, kiranya jemaat menyadari bahwa Roh Allah benar-benar ada di antara kita –bekerja dengan aktif, mencurahkan kuasa-Nya, memberi dorongan semangat, menegur dan menyadarkan –demi kebaikan gereja Tuhan, dan demi kemuliaan Sang Juruselamat.

Bab 11 – Terampil Memadukan Firman Tuhan
Keseluruhan persekutuan adalah ibadah ; seluruhnya perlu dipenuhi dengan firman Tuhan.

Mengapa ibadah harus berfokus pada firman
Sebelum kita dapat berbicara kepda Allah, terlebih dahulu Ia harus berbicara kepada kita. Sebelum kita dapat mempersembahkan diri kepada-Nya dalam ibadah yang berkenan di hati-Nya, terlebih dahulu Ia harus menyatakan kepada kita siapa diri-Nya. Ibadah kepada Tuhan selalu merupakan respon terhadap firman Tuhan. Alkitab mengarahkan dan memperkaya ibadah kita (John Stott). Lih.Ul4:2-12; Neh8:9; Mat15:3-9; Luk24:27; Kis2:42; 1Tim4:13; Kol3:16.

Bagaimana supaya ibadah kita terfokus pada firman
Menghargai firman Allah.
Kalau kita menghargai dan menjunjung firman Allah, orang lain akan menyadarinya. Orang yang berkunjung ke ibadah kita tidak akan mendapat kesan bahwa Alkitab hanyalah bagian tambahan atau sekadar buku referensi. Mereka akan mendengarnya melalui suara anda dan melihat di mata anda bahwa firman Allah adalah sukacita anda.
Menyanyikan firman Allah.
Kita memerlukan lagu-lagu yang liriknya memuat teologi yang penting, berbobot dan alkitabiah. Penggunaan lagu-lagu pujian yang dangkal dan subjektif cenderung menghasilkan orang Kristen yang dangkal dan subjektif pula. Kata-kata yang kita nyanyikan harusnya lugas, jelas, tidak kabur, dan bukan tafsiran pribadi. Roh Tuhan hendak menerangi pikiran kita ketika kita sedang menyanyi. Jangan sampai kita menghalangi proses tersebut melalui lagu-lagu yang kita nyanyikan. Kalau anda sendiri tidak memahami arti tiap baris lagu yang anda nyanyikan, jangan-jangan jemaat pun tidak memahaminya.
Sebagai pemimpin ibadah, kita dapat menambahkan komentar pendek di sela-sela liriknya, memberikan kata pengantar lagu, atau menambahkan lagu lain untuk menyempurnakan pesan lagu itu. Nyanyikanlah firman Allah. Syair lebih penting daripada musik. Kebenaran firman Tuhan lebih penting daripada lagu.
Membaca firman Allah.
Fenomenanya justru pembacaan Alkitab jarang dilakukan di hadapan jemaat. Allah memerintahkan kita secara spesifik agar kita tekun mengadakan pembacaan Alkitab di hadapan jemaat (1Tim4:13). Ketika kita sedang mendengarkan pembacaan firman Allah, sebetulnya kita sedang mengakui bahwa kita bergantung dan tunduk pada firman-Nya. Jangan memakai Alkitab untuk sekadar mengisi kekosongan. Jemaat harus mengerti mengapa kita membaca ayat tertentu pada saat tertentu. Kita juga dapat membacakan firman Tuhan untuk mengantar lagu, di antara lagu atau bait lagu, atau secara bergantian dengan jemaat. Jemaat harus menyadari bahwa kata-kata yang dibacakan itu bukan kata-kata kita, melainkan kata-kata Allah.
Menayangkan firman Allah.
Kita bisa menayangkan ayat-ayat Alkitab yang relevan di layar proyektor, atau kertas acara. Semuanya itu dimaksudkan untuk menarik perhatian jemaat pada firman-Nya, bukan pada kreativitas kita.
Mendoakan firman Allah.
Kita juga bisa berdoa dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab. Doa anda akan mencerminkan adanya iman yang semakin kuat, dan jemaat akan memperoleh manfaat dari teladan anda.

Bab 12 – Dengan Musik (Bagian I: Macam Apa?)
Musik dapat menipu. Tersentuh secara emosi oleh musik dan benar-benar menyembah Tuhan adalah dua hal yang berbeda.

Sejarah yang menyedihkan
Dari abad ke abad, orang-orang Kristen ramai berdebat soal musik. Kalau kita tidak memahami tujuan Allah berkenaan dengan musik dalam ibadah, kita akan cenderung menyalahgunakan musik. Lebih buruk lagi, musik dapat mencuri kemuliaan yang hendak kita tujukan bagi Tuhan.

Bagaimana musik membantu kita
Musik menggugah dan mengekspresikan emosi yang memuliakan Tuhan.
Nyanyian yang dinaikkan dengan bersemangat memungkinkan kita secara halus memadukan kebenaran tentang Allah dengan ungkapan kasih kita kepada-Nya. Doktrin terpadu dengan pengabdian, pikiran terpadu dengan hati.
Musik membantu kita memusatkan perhatian pada kemuliaan dan aktivitas Allah Tritunggal.
Allah adalah Allah yang menyanyi (Zef3:17,18; Mat26:30; Ef5:18-19). Sesuatu yang membesarkan hati kalau kita menyadari bahwa Allah memberi kita musik dengan tujuan supaya kita dapat memperdalam dan membangun hubungan dengan-Nya.
Musik membantu kita ingat kebenaran tentang Allah. (Ul31:21).
Tidak ada hal lain yang lebih penting untuk diingat selain firman Tuhan. Musik yang memancing emosi akan berlalu, tetapi firman Tuhan yang hidup dan aktif akan terus bekerja di hati kita, memperbarui pikiran dan memperkuat iman.
Musik membantu kita mengungkapkan kesatuan dalam Injil.
Kita bernyanyi bersama-sama dan memuliakan Allah (Ef5:19; Kol3:16).

Musik macam apa?

Musik harus mendukung lirik nyanyian
Jemaat memerlukan lagu-lagu yang memberi “makanan” rohani kepada mereka, bukan hanya lagu-lagu yang membuat mereka merasa nyaman.
Nyanyikan lagu-lagu yang mengatakan sesuatu
Kata-kata sebuah lagu harus sekuat melodi yang mengiringinya atau sekuat aransemen musik yang melatarbelakanginya. Bila anda ragu-ragu terhadap sebuah lagu, jangan anda memainkannya. Lagu dapat mengatakan sesuatu dengan cara yang berbeda-beda: lirik obyektif (membicarakan kebenaran tentang Allah), lirik subyektif (respon menghadap Allah, misalnya kasih, kerinduan, keyakinan, dll), lirik reflektif (apa yang kita lakukan ketika menyembah Tuhan).
Sesuaikan aransemen dan volume
Mengadakan variasi ketika bermain musik, berapa keras, dan apa yang kita mainkan, semuanya ini akan sangat mempengaruhi jemaat mendengar kata-kata lagu yang sedang dinyanyikan. Adakanlah berbagai kombinasi permainan instrumen musik, variasi volume.
Usahakan agar permainan instrumen berfungsi secara tepat
Ibadah bukan sebuah konser di mana para penonton hanya duduk nyaman sambil mendengarkan para musisi menampilkan bakatnya. Semakin lama tim musik memainkan musik, semakin besar pula kemungkinannya jemaat terlena dan terpesona pada kecakapan para pemusik daripada kepada Yesus.
Perhatikan tampilan/proyeksi lirik lagu
Gunakan musik yang mendukung
Kalau dilakukan dengan cara yang tepat di waktu yang tepat, maka iringan musik instrumental dapat menjadi sarana yang efektif dan dapat mendukung penyampaian kata-kata lisan.

Musik harus bervariasi
Tipe musik yang berbeda-beda akan menyukakan hati Tuhan. Kita baiknya menyanyikan semua macam lagu –yang pendek, yang panjang, yang cepat, yang lambat, yang lama, yang baru –dengan hati penuh rasa syukur kepada Tuhan.
Mencerminkan berbagai atribut Allah
Keberagaman musik mencerminkan beragam aspek hakikat Allah. Allah mahabesar dan pengalaman manusia begitu banyak sehingga tidak mungkin satu macam musik saja dapat selalu mengekspresikan dinamika hubungan kita dengan Allah yang hidup.
Mendengar kata-kata yang sudah biasa dengan cara yang baru
Memainkan/ mengaransemen musik yang belum pernah kita mainkan hendaknya tidak dipersoalkan (kebanyakan lagu himne sebetulnya ditulis tanpa musik).
Mengenali hati Allah bagi semua orang
Kita perlu menyambut semua gaya musik ibadah yang membantu gereja menghasilkan murid Kristus, selalu mencari cara baru untuk menyanyikan Injil.

Musik harus membangun gereja
Musik yang terbaik adalah musik yang memungkinkan jemaat secara tulus dan konsisten mengagungkan kebesaran Sang Juruselamat dalam hati, pikiran, dan kehendaknya. Jemaat harus dapat mendengar pesan yang disampaikan dalam sebuah lagu tanpa merasa terganggu oleh musik yang mengusung pesan itu. Pada waktu kita menyembah Tuhan, kita tidak bermaksud memuliakan kreativitas; kita hendak memuliakan Sang Pencipta! Jemaat dapat diajari menyanyikan lagu-lagu yang belum biasa mereka dengan, atau yang kompleks.

Bab 13 – Dengan Musik (Bagian II: Menyusun Lagu)

Rencanakan dengan selektif
Sewaktu memikirkan lagu yang akan kita nyanyikan, kita bisa mengkategorikannya ke dalam kategori: “jangan pakai”, “pribadi”, “bisa pakai”, “harus pakai”.
Rencanakan dengan hati damai
Keyakinan kita tidak bertumpu pada lagu tertentu, tetapipada Tuhan yang penuh rahmat.
Rencanakan sambil berdoa
Tuhan mau kita meminta pertolongan-Nya selama persiapan. Setiap orang yang melangkah masuk ke ruang ibadah mempunyai kebutuhannya masing-masing. Mereka sedang bergumul dengan dosa tertentu; mereka mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri dan cenderung lupa akan Injil. Kita mempunyai kesempatan yang sangat baik untuk mengarahkan mereka pada kebesaran, kebaikan, dan kasih karuniaYesus Kristus.
Rencanakan bersama rekan-rekan sepelayanan
Hasilnya akan lebih baik dibanding kalau kita menyusun sendiri, karena semunya akan saling melengkapi.
Rencanakan menurut tema
Suatu saat dalam ibadah, kita memberi jemaat suatu arahan supaya mereka mengerti pada perkara apa mereka perlu memusatkan perhatian.
Rencanakan menurut konteks
Perhatikan tahap kedewasaaan rohani, keragaman suku, peristiwa khusus yang sedang terjadi, waktu yang tersedia, besar kecilnya jemaat, dan hal-hal yang sudah direncanakan.
Rencanakan dengan progresif
Progresif artinya sesuatu yang mengalir. Ini menunjukkan adanya keselarasan, pengembangan sebuah tema, bagian-bagian yang berbeda dari sebuah ibadah saling berhubungan.
Rencanakan dengan kreatif
Kita dapat mengubah aransemen, tempo, struktur lagu, dsb dengan kreatif dan jelas.
Rencanakan dengan realistis
Pastikan terlebih dahulu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyanyikan lagu-lagu. Lebih baik menyanyikan lebih sedikit lagu tetapi dengan nyaman, daripada menyanyikan lebih banyak lagu dengan rusuh.
Rencanakan jangka panjang
Perlu untuk membuat catatan tentang lagu-lagu yang sudah pernah kita nyanyikan, yang paling sering kita pilih, yang baru kita ajarkan kepada jemaat. Ini memungkinkan kita menjadwalkan lagu yang akan kita nyanyikan lagi, menjadwalkan elemen spesial yang kreatif, lagu yang akan kita perkenalkan, dan menyajikan menu yang lebih sehat kepada jemaat.

Bab 14 – Jadi Memotivasi Jemaat

Cara yang salah untuk memotivasi
Pertama, hendaknya kita tidak menuntut orang-orang menyembah Tuhan (apalagi tanpa mengutarakan sebabnya). Kedua, kita tidak mau memotivasi orang memuji Tuhan dengan manipulasi. Ketiga, kita tidak mau membuat jemaat mengalami perasaan bersalah yang tidak pada tempatnya.

Membantu jemaat mengadakan koneksi
Hanya Tuhan yang dapat menerangi hati jemaat menyembah-Nya. Namun pemimpin ibadah dapat mempermudah atau mempersulit mereka menyembah Tuhan. Untuk itu, seringkali Tuhan menggunakan sarana yang menolong pemimpin ibadah memimpin jemaat menyembah Tuhan, di antaranya: keteladanan, imbauan, dan dorongan semangat.
Keteladanan
Kalau saya sendiri sedang mengagungkan kebesaran Allah dalam Yesus Kristus, saya berada di posisi terbaik untuk memotivasi orang lain bergabung dengan saya. Apa yang sedang saya lakukan akan tercermin di wajah, suara dan ekspresi tubuh saya. Jemaat melihat, mendengar dan mengamatinya. Hal ini juga berlaku buat tim musik, maka ikutlah bernyanyi.
Imbauan
Kita bisa memberikan komentar yang tepat tentang sebuah lagu agar menolong jemaat fokus pada kata-kata yang sedang dinyanyikan. Sementara memimpin, kita dapat berbagi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: Mengapa ini benar? Apa bedanya? Apa yang tidak dikatakan di sini? Apa arti kata ini? Kenapa kalimat ini ditekankan? –kepada jemaat lewat kata-kata yang kita ucapkan atau nyanyikan. Halini membutuhkan pemikiran cermat dan latihan, untuk kata-kata yang singkat, tepat, dan waktu yang tepat pula.
Dorongan semangat
Apapun yang sedang dialami jemaat yang datang ke ibadah, tujuan kita adalah membuat mereka terkesan oleh apa yang sudah dilakukan Allah dalam Yesus Kristus, apa yang telah dijanjikan-Nya, dan apa yang dihasilkan semuanya itu dalam hidup mereka. Semakin kita mengarahkan orang-orang untuk mengetahui bahwa Tuhan sudah dan sedang bekerja di dalam hati kita (Flp2:13), akan semakin mudah mereka mengingatnya.

Orang-orang percaya yang berkumpul (Gereja)
Dalam ibadah, Tuhan menghendaki kita melakukan lebih dari sekadar menyanyi bersama dan mengalami saat-saat indah dalam ibadah. Ia hendak merajut benang kehidupan kita menjadi satu. Patut disayangkan, kondisi ibadah yang individualistis, orang yang hanya menjadi konsumen ibadah, dan hanya memikirkan diri sendiri. Komunitas yang beribadah sejatinya terdiri atas individu-individu yang hidupnya berpusat pada Sang Juruselamat, yakni Yesus yang mereka puji dan sembah bersama-sama setiap minggu. Komunitas yang beribadah berharap untuk berada di hadirat Allah tidak hanya pada hari Minggu, tetapi juga setiap hari. (1Kor3:9; Ef2:19-22; 1Kor12:12; 1Pet2:5).

Bab 15 – Untuk Memberitakan Injil

Dalam ibadah, kita berbuat lebih dari sekadar berekspresi, khusuk atau semarak. Kita memberitakan mengapa Allah itu mahabesar, apa yang sudah berhasil dilakukan-Nya, apa saja janji-janji-Nya. Kita diselamatkan untuk memberitakan (1Pet2:9).

Mengaitkan Injil dengan kehidupan
Adalah suatu kesempatan yang baik bagi kita untuk membantu jemaat melihat bagaimana Injil berperan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Berikut beberapa contoh:
Injil dan dosa kita.
Kita perlu memberitakan bahwa Kristus sudah mati karena dosa-dosa saya, jadi saya tidak lagi berada di bawah murka Allah. Saya tidak perlu hidup di bawah tekanan perasaan bersalah. Saya sudah diampuni. Saya dinyatakan benar di mata Allah –bukan berdasarkan perbuatan saya, tetapi berdasarkan kebenaran Kristus yang sudah diberikan-Nya pada saya. (1Kor15:3-4; Rom8:1).
Injil dan penderitaan kita
Mungkin di antara jemaat ada yang di tengah deritanya, mungkin saja tergoda untuk meragukan kebaikan Tuhan, mempertanyakan kedaulatan-Nya dan mencurigai hikmat-Nya. Kita berkesempatan memberitakan bahwa Tuhan sedang mengerjakan rencana-Nya yang sempurna buat kita. Kasih karunia-Nya berlimpah, dan mendatangkan kebaikan. (Rom8:18-29; 2Kor4:17,18)
Injil dan pengudusan kita
Kita sudah dimerdekakan untuk menaati Allah dengan kuasa Roh-Nya. Mengetahui bahwa kita sudah diampuni dari dosa-dosa kita melalui Injil, hal itu juga meyakinkan kita akan rahmat Tuhan dan memotivasi kita untuk hidup taat pada perintah-perintah-Nya. (1Pet2:24; 1Kor6:20; 2Kor5:21; Tit2:13-14).
Injil dan hubungan yang terputus
Kalau Tuhan sudah mengampuni kesalahan kita yang begitu serius itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni mereka yang bersalah terhadap kita.

Bersama-sama memberitakan Injil
Ada banyak hal yang dapat kita suarakan sewaktu dan sesudah beribadah bersama. Sementara kita membantu orang-orang memahami hubungan antara kasih Allah dalam Kristus dan pergumulan mereka sehari-hari, akan bertumbuhlah kasih mereka terhadap Injil. Mereka akan semakin menghargai Injil. Alhasil, muncullah komunitas yang mengalami sukacita dan berfokus pada Injil –komunitas yang memberitakan kabar baik tentang kasih karunia Allah kepada dunia. Mulailah terus mengingatkan diri sendiri akan Injil, setiap hari.

Bab 16 – Untuk Menikmati Kehadiran Tuhan

Menikmati kehadiran Tuhan yang dijanjikan-Nya
Tuhan ada di mana-mana, tetapi terkadang Ia memilih untuk “melokalisasi” kehadiran-Nya. Dan Ia ada bersama kita, karena kita adalah “bait Allah”yang baru, di mana Allah berdiam (Ef2:19-22; Mat18:20). Yang membawa kita ke hadirat Allah hanya Yesus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kalau kita mengira ibadah kitalah (musik, suara, performa) yang membuat kehadiran Tuhan dekat dengan kita, maka kita akan berpikir bahwa kita patut dipuji atau berbangga.


Kehadiran Allah yang aktif
Kita perlu mendengarkan selagi memimpin, memasang telinga untuk mendengar, Roh Kudus mengarahkan kita untuk melakukan apa selagi kita mempedulikan umat-Nya? Entah dengan spontan, melibatkan orang lain, atau dengan persiapan sebelumnya. Nikmatilah kehadiran Allah, sampai kelak kita memuji Allah dalam kemuliaan, kemegahan dan kekekalan di surga, penggenapan segala puji-pujian.

Bab 17 – Untuk Hidup bagi Kemuliaan Tuhan

Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita rendah hati.
Ketika kita berjumpa dengan Tuhan, tidak ada sesuatu pun pada diri kita yang patut dibanggakan. Tidak ada yang dapat membuat kita lebih rendah hati daripada menyembah Dia di kaki salib.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita merasa aman.
Rasa aman kita berdiri di atas dasar kasih Tuhan yang tidak berubah, yang puncaknya dinyatakan di Kalvari.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita merasa berterima kasih.
Ketika kita memandang salib Kristus dan sungguh-sungguh menyadari bahwa sebenarnya kitalah yang seharusnya digantung di situ, sudah pasti kita akan merespon dengan rasa terima kasih yang berlimpah-limpah.
Menyembah Tuhan harus membuat kita hidup kudus
Semakin senang kita menyembah Dia, semakin benci kita terhadap dosa dan segala macam manifestasinya. Kita mempunyai tugas khusus untuk mengingatkan jemaat bahwa Allah sudah menebus kita supaya kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, bagi kemuliaan-Nya.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita pengasih.
Mengalami dan menikmati kasih karunia Allah akan membuat kita menyalurkannya juga kepada orang lain.
Menyembah Tuhan seharusnya membuat kita berjiwa bagai seorang penginjil.
Bukankah kita rindu agar sebanyak mungkin orang mengalami sukacita karena mengenal Dia? Kita memuji Allah yang rindu agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim2:4; 2Pet3:9). Sudah pasti kita ingin orang-orang yang kita kasihi, yang dekat dengan kita, bahkan yang belum kita kenal –semuanya mengenal Juruselamat yang kita sembah itu.

Ibadah yang sejati mengubah kehidupan
“Kalau jemaat pulang seusai ibadah tanpa berbekal hasrat untuk hidup semakin berkenan di hadapan Tuhan, maka tujuan ibadah belum tercapai... Kitab suci menyatakan dengan jelas bahwa ibadah yang sejati mengubah kehidupan” (Allen Ross).

0 komentar:

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo