Kawas Rolant Tarigan

-now or never-

Saya ingin berbagi kepada kita semua tentang hal-hal yang saya nikmati sewaktu membaca dan merangkum buku Worship Matter karya Bob Kauflin, sebuah buku tebal, terjemahannya diterbitkan Lembaga Literatur Baptis, terdiri dari 32 bab.
Awalnya ini sebagai tugas dalam Training for Trainer Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa (TPPM) bidang Musik, Perkantas Jakarta. Tetapi rasanya terlalu sayang kalau hanya berakhir sebagai tugas yang dikumpulkan, saya ingin berbagi dengan anda semua :) Semoga menjadi berkat, bukan hanya bagi anda yang terlibat langsung/ yang bertanggung jawab untuk suatu ibadah (pendeta, penatua, pemimpin ibadah, worship leader, pemusik, seksi ibadah/ acara, panitia-panitia), tapi juga bagi kita semua, yang diciptakan untuk memuji dan menyembah Allah.

BAGIAN 1: SANG PEMIMPIN

Bab 1 - Hal-hal Penting

Inikah yang saya mau?
Memimpin umat Tuhan dalam ibadah adalah salah satu pekerjaan pelayanan yang paling memuaskan, menyenangkan, penuh binar-binar semangat, dan mengubah kehidupan. Dengan melakukan hal itu, kita sedang menolong orang-orang terhubung dengan tujuan mereka diciptakan, yakni menyembah dan memuliakan Allah yang hidup. Kita sedang mengarahkan hati mereka kepada Dia yang berdaulat penuh, Dia yang lebih besar daripada segala pencobaan, Dia yang lebih baik daripada yang dapat mereka bayangkan. Kita harus memperhatikan Sang Juruselamat yang tiada bandingnya, yang sudah mati menggantikan kita, yang sudah menaklukkan dosa, maut, dan kematian kekal.
Sukacita memimpin ibadah jauh melebihi tantangan yang ada. Ibadah bukan hanya kesempatan untuk menggunakan talenta musik, ibadah lebih dari sekadar pengalaman emosional yang memuncak, lebih dari sekadar aktivitas di hari Minggu. Ibadah itu berkaitan dengan siapa yang kita kasihi, apa tujuan hidup kita, dan siapa kita di hadapan Allah.
Segala pujian hanya bagi Allah. Jangan menggenggam sesuatu pun bagi diri Anda. Ini satu-satunya cara hidup yang berkenan bagi seorang pemimpin ibadah.

Apa yang bermakna?
Ibadah itu bermakna. Bermakna bagi Allah karena Dialah satu-satunya yang layak disembah. Bermakna bagi kita karena menyembah Allah adalah tujuan mengapa kita diciptakan. Dan bermakna bagi setiap pemimpin ibadah karena tidak ada kehormatan yang lebih tinggi daripada memimpin orang-orang untuk menatap kebesaran Allah.


Bab 2 - Hatiku: Apa yang Kukasihi?
Selama bertahun-tahun, kita sudah membaca ataupun mengalami langsung apa yang disebut “peperangan ibadah” –perdebatan soal gaya musik, pilihan lagu, dsb. Namun jarang sekali kita menyadari “peperangan ibadah” yang terjadi dalam diri kita. Sesungguhnya ini lebih serius: Hati kita.
Kalau ada hal-hal lain yang kita cintai dan utamakan, dan hal itu menggantikan tempat Tuhan dalam hidup ini, kita sedang terlibat dalam penyembahan berhala. Kita pikir itu akan mendatangkan sukacita, dan memuaskan. Entah itu dosa, kenikmatan dan kenyamanan duniawi, atau (berhala yang paling kuat adalah yang paling tidak terlihat) hal-hal seperti reputasi, kuasa dan pengaruh. Satu sisi kita ingin Tuhan dimuliakan dalam hidup kita, namun ada agenda lain di hati kita, kita ingin orang-orang mengakui, mengagumi dan menghujani kita dengan tepuk tangan.

Merobohkan gangguan
Kita sering terjebak mencari kemuliaan bagi diri sendiri. Kita senang mendengar nama kita disebut-sebut, atau bila melihat nama kita tercetak, dan bentuk-bentuk pemujaan lain (bahkan untuk kerendahan hati kita!). Kita harus sadar bahwa satu-satunya pengakuan yang berarti –pengakuan dari Tuhan, tidak mungkin dapat diperoleh melalui usaha kita. Pengakuan itu sudah diberikan cuma-cuma melalui berita Injil. Kalau kita merasa diri kita tidak begitu berdosa, kita tidak akan sadar bahwa kita memerlukan Juruselamat yang begitu besar. Ketika kita mencari kemuliaan bagi diri sendiri, sebenarnya kita sedang tidak bergantung pada Sang Juruselamat.
Ibadah bukan hanya soal musik, teknik, liturgi, lagu-lagu atau metodologi. Ibadah itu menyangkut soal HATI. Ibadah itu menyangkut apa dan siapa yang lebih kita kasihi dari apapun juga. Bisa saja saya memimpin orang-orang menyembah Tuhan, tetapi di dalam hati, saya menyembah hal-hal lainnya.

Kasih dan ibadah
Tuhan ingin kita mengasihi Dia lebih daripada musik dan alat musik, lebih daripada SEMUA yang kita miliki. Jangan terjatuh untuk mencintai hal-hal yang tidak sebanding dengan Tuhan yang paling pantas kita kasihi. Itulah sebabnya, yang paling perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin ibadah bukan soal mempersiapkan lagu, menciptakan aransemen musik yang kreatif, atau alat musik yang canggih. Hal yang paling perlu diperhatikan ialah keadaan hatinya. Isaac Watts menulis: “Allah Mahabesar tidak memperhitungkan pelayanan manusia jika tidak ada kesungguhan hati di dalamnya. Tuhan melihat dan menguji hati; Ia tidak memperhitungkan bentuk luar dari ibadah jika tidak ada penyembahan dari dalam hati, jika tidak ada kasih yang tulus di dalamnya.”.

Bab 3 - Pikiranku: Apa yang Kupercayai?
Semakin akurat kita mengenal Allah melalui firman-Nya, semakin berkenanlah ibadah kita di hadapan-Nya. Tidak akan ada ibadah yang berkenan kepada Allah kalau tidak ada pengenalan yang benar tentang Allah. (2Tes2:10; Yoh4:24; 14:6; 8:32; 17:19; 1Tim2:4).

Teologi dan doktrin
Seorang pemimpin ibadah yang hanya sepintas lalu saja membaca Alkitab tidak akan dapat menjadi pemimpin ibadah yang setia. Bagaimana kita dapat memahami segalanya yang dikatakan Alkitab tentang Allah? Diperlukan proses pembelajaran yang mendalam dan berdisiplin. Hal itu membawa kita pada dua patah kata yang tidak begitu nyaman di telinga kebanyakan orang Kristen –teologi dan doktrin. Ibadah yang alkitabiah tidak dapat dipisahkan dari kedua hal itu. Teologi berarti belajar tentang Tuhan. Doktrin berarti “apa yang diajarkan” (tentang topik tertentu, seperti ibadah, gereja, karunia Roh). Sumber utamanya adalah Alkitab. Itulah caranya kita mencari tahu seperti apakah Tuhan itu, apa yang Ia ingin kita percayai, bagaimana Ia menghendaki kita menyembah Dia. (Kita juga terbantu dengan belajar dari para penulis yang buku-bukunya menantang dan menolong kita menggali kekayaan firman Allah).

Anggapan yang keliru
1. Mempelajari hal-hal ini seharusnya tidak susah-susah
Yang benar, Setelah menyadari bahwa otak kita terbatas, sedangkan Allah begitu mahabesar, lagipula kita sepenuhnya bergantung pada kebenaran yang disingkapkan dalam Alkitab, bagaimana kita bisa berpikir ada jalan mudah untuk mengenal Allah yang kita sembah? Tidak ada jalan pintas, selain ketekunan seumur hidup yang dimotivasi kasih karunia Allah.
2. Kita dapat mengenal Allah dengan lebih dalam lagi melalui musik daripada melalui kata-kata
Yang benar, Tersentuh secara emosi berbeda dari diubahkan secara spiritual. Musik dapat mempengaruhi dan membantu kitadalam banyak hal, namun tidak dapat menggantikan kebenaran tentang Allah. Teologi yang benar membantu kita menempatkan musik pada tempat yang benar. Kita mengerti bahwa musik bukan tujuan ibadah. Musik hanyalah sarana untuk mengekspresikan ibadah yang sudah terjadi di dalam hati sejak kita menerima hidup baru dalam Yesus Kristus.
3. Teologi dan doktrin memunculkan masalah
Yang benar, Ibadah dan pengenalan kita tentang Allah tidak bisa didasarkan oleh pendapat manusia, pengalaman, gagasan atau perkiraan semata. Teologi dan doktrin mencegah kita menafsirkan ayat-ayat Alkitab di luar konteks. Teologi dan doktrin memperjelas konsep kita tentang hidup dan ibadah yang benar.

Hati dan pikiran
Hati dan pikiran itu serangkai. Kerinduan yang kuat dan mendalam kepada Tuhan muncul sebagai hasil dari proses belajar tentang Tuhan. Pemimpin ibadah haruslah akrab dengan Firman Kebenaran sebagaimana ia akrab dengan (bahkan lebih dari) alat musiknya. Jika ini terjadi, orang-orang akan pulang dari ibadah yang kita pimpin dengan perasaan yang lebih mengagumi Tuhan daripada musik kita.

Bab 4 - Tanganku: Apa yang Kulatih?
Kecakapan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berhubungan dengan kualitas seperti keahlian dan kompetensi. Tentu Tuhan dapat saja bekerja melalui kita meski kita melakukan kesalahan, kurang kompeten, kurang latihan. Tapi Ia menghargai kecakapan. (Kel36:1; 1Taw15:22; Mzm33:3; Mzm78:72).

Lima hal penting yang perlu diingat mengenai kecakapan
1. Kecakapan adalah pemberian Allah, bagi kemuliaan-Nya
Setiap bakat dari Tuhan ditujukan untuk mengarahkan perhatian dan kasih kita kepada-Nya.
2. Kecakapan harus dikembangkan
Allah tidak hanya menganugerahkan bakat, tetapi juga kemampuan untuk mengembangkannya. Kemahiran bukan semata karena bakat, tetapi latihan yang lebih keras, lebih lama, lebih komprehensif.
3. Kecakapan tidak membuat ibadah lebih berkenan di hadapan Tuhan
Allah tidak mendengarkan suara musik dan performa kita lebih dari Ia mendengarkan suara hati kita (Mzm51:19).
4. Kecakapan perlu dievaluasi orang lain
Masukan yang jujur dan membangun dari tim sepelayanan ataupun orang lain selama latihan atau seusai ibadah sangat berharga untuk peningkatan pelayanan, dan mengajar kita rendah hati. Walaupun tulus, pujian dari orang lain malah tidak selalu membantu kita bertumbuh.
5. Kecakapan bukan suatu tujuan akhir
Jika kita terlalu tinggi menjunjung kecakapan, akan menghasilkan buah yang buruk. Kita mempersingkat persiapan rohani dan menghabiskan tenaga pada urusan musik saja. Kita lupa kalau peran kita harusnya menolong jemaat melihat karakter dan karya Tuhan dengan lebih jelas selagi menaikkan pujian, dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Dalam hal apakah kecakapan menolong kita?
1. Kecakapan menolong kita berfokus kepada Allah
Semakin kita menguasai aspek praktis dalam memimpin, semakin kita dapat berkonsentrasi kepada Dia yang sedang kita puji.
2. Kecakapan menolong kita melayani jemaat
Kalau kita tidak lagi dipusingkan mekanisme memimpin ibadah, kita akan terbebas memandang kepada Dia yang sedang kita sembah, dan ini akan membantu jemaat yang kita pimpin menyembah dan memuji Tuhan.
3. Kecakapan akan melipatgandakan kesempatan melayani.

Kecakapan yang harus dikembangkan
1. Kepemimpinan.
Seorang pemimpin yang baik akan mengarahkan perhatian jemaat pada apa yang paling penting. Untuk ibadah yang baik, kepemimpinan yang cakap akan melibatkan kesiapan untuk mengatakan “ya” pada beberapa hal dan “tidak” pada hal lainnya, sekalipun keputusan ini bisa saja tidak menyenangkan bagi semua orang.
2. Musikalitas
Menyangkut aspek teknis: kemampuan untuk memainkan atau menyanyikan apapun yang diperlukan dalam situasi saat itu; dan aspek teori: bagaimana musik bekerja (struktur dasar akor, notasi, interval, modulasi, selera, dinamika, penjiwaan, ritme, pembagian suara dan instrumen, improvisasi, transisi)
3. Komunikasi
Berbicara kepada orang lain dengan jelas dan meyakinkan memerlukan persiapan yang matang. Semakin cermat kita memikirkan kalimat yang hendak kita sampaikan, semakin kuatlah pesan yang terkandung di dalamnya. Allah ingin mengubah orang-orang melalui kebenaran yang kekal dan Injil yang tidak berubah, untuk itulah dibutuhkan komunikasi yang didasari teologi yang jelas.
4. Teknologi
Teknologi dapat menolong kita mengkomunikasikan kebenaran Allah dengan lebih jelas, tetapi juga bisa menjadi penghalang utama. Jadi, persiapkanlah.

Kecakapan itu penting
Untuk memimpin jemaat beribadah kepada Tuhan diperlukan lebih dari sekadar hati yang tulus dan niat yang baik. Diperlukan kecakapan. Untuk itu diperlukan waktu, kerja keras dan persiapan.

Bab 5 – Hidupku: Apa yang Kucontohkan?
Memimpin ibadah dimulai bagaimana kita hidup sehari-hari, bukan dari apa yang saya lakukan di depan umum.

Menjadi teladan bagi orang percaya (1Tim4:12)
Apakah anda rindu memimpin orang-orang menyembah Tuhan? Kalau begitu, hal tersebut akan tercermin dari teladan hidup anda. Tidak menjadi soal, apakah kita memimpin sebuah jemaat, berkendara, atau seorang diri dalam kamar. Segala sesuatu yang kita lakukan harus didasari satu gol –melihat Kristus Yesus dipuji, ditinggikan, diagungkan dan ditaati.

Dengan perkataan.
Sebagai seorang pemimpin, setiap perkataan yang kita ucapkan berpotensi meneguhkan keteladanan kita atau malah merusaknya.
Dengan perilaku.
Jika cara hidup kita tidak mendukung apa yang kita katakan pada hari Minggu, kita bukan hanya menipu gereja, tetapi juga salah memberi gambaran tentang Allah yang kita sembah. Standar untuk memimpin ibadah bukanlah kesempurnaan, tetapi seorang pemimpin ibadah haruslah menempuh gaya hidup yang konstan kudus.
Dengan kasih.
Kalau kita gagal memberi keteladanan dalam hal kasih, orang-orang akan meragukan kesungguhan kita memimpin jemaat beribadah.
Dengan iman.
Untuk secara efektif memimpin orang-orang menyembah Tuhan dalam ibadah, kita perlu memancarkan iman dan kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan beserta janji-janji-Nya.
Dalam kekudusan.
Mengingat kekudusan Tuhan, “cemburu”-Nya, dan nilai yang tak terkira dari Tubuh Kristus, dosa sungguhlah berbahaya dan tak dapat ditolerir.

Pekerjaan kita yang abadi
Menyembah Allah adalah pekerjaan yang kekal. Jika kita belum menunjukkan adanya kerinduan yang tulus untuk memuliakan Allah dalam setiap aspek kehidupan, maka bukan bagian kita untuk memimpin ibadah.

4 komentar:

daniel panjaitan mengatakan... 24 Mei 2011, 14.24.00  

artikel ini sangat memmbantu untuk lebih sungguh2 dalam menjadi pelayan...terima kasih....

Kawas mengatakan... 27 Mei 2011, 09.53.00  

@Daniel Panjaitan: Terima kasih bang ... Semoga menjadi berkat.

Anonim mengatakan... 5 Jun 2011, 17.39.00  

Saya jadi tertarik untuk membelinya. Trims atas ringkasan yang and muat.

Rudi, Gereja Baptis Indonesia Cibubur

Kawas mengatakan... 7 Jun 2011, 13.59.00  

@Bang Rudi: terima kasih juga, bang... Selamat membagikannya ke Gereja Baptis Indonesia Cibubur, supaya jemaat semakin bertumbuh dewasa melalui ibadah yg kuat.

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo