Kawas Rolant Tarigan

-now or never-


Sepertinya saya harus menjelaskan perbedaan antara: “mendukung” dengan “prediksi menang”. Ini hal yang berbeda. Misalnya, kalau suatu saat ada pertandingan sepakbola antara Indonesia vs Inggris, dengan sepenuh hati, jiwa, raga, saya akan mendukung tim Indonesia. Tapi apakah saya memprediksikan Indonesia menang? Tidak. Karena memang saya juga sadar dan yakin, pertandingan itu sangat mungkin dimenangkan oleh Inggris. Tapi, sekali lagi, sekalipun saya prediksikan Inggris menang, tetapi dukungan saya tetaplah buat Indonesia. Bedakan “mendukung” dengan “prediksi”.
Begitu juga di Piala Dunia kali ini. Hati saya, dari dulu, tak akan tergugah dari dukungan terhadap Italia. Alasannya? Nanti saya jelaskan. Tapi, terus terang saja, dari awal saya sudah prediksi, bahwa Italia tidak akan menjadi juara dunia di World Cup kali ini. Mungkin memang karena saya lihat permainannya tidak sebaik seharusnya, dan satu lagi, sangat jarang terjadi, juara musim lalu akan juara lagi musim ini, karena pasti jauh lebih sulit mempertahankan daripada merebut. Prediksi saya siapa? Argentina atau Brasil. Itu prediksi saya dari awal sekali, bahkan sebelum pertandingan pertama dimulai. Karena menurut saya –yang awam dan terbatas ini, 2 negara ini memang sedang berkembang-kembangnya bibit dan skill para pemain. Tapi apakah dengan prediksi ini hati saya akan tergeser dari dukungan terhadap Italia? Sekali-kali tidak. Baik buruk, menang kalah, Italy tetap di hati.
Walaupun memang banyak sekali rasa kesal dalam hati, misalnya tentang pemilihan pemain, pola permainan yang tidak ‘greget’, lama panasnya, regenerasi pemain yang lambat, dll. Tapi saya tetap mendukungnya. Sama seperti saya mendukung persepakbolaan Indonesia. Hati saya cinta PSSI (atau klub PSMS), siapapun lawan tandingnya. Sekalipun: liga tak beres, gaji pemain tak beres, stadion amburadul, pengurus PSSI yang tak jelas (satu-satunya federasi sepakbola yang dipimpin dari penjara), dll, tapi sambil terus berharap perubahan dan perbaikan sepakbolanya, saya tetap mendukung Indonesia.

Atau satu lagi, di Piala Dunia ini, di pertandingan yang ada negara Asia-nya, hati saya mendukung Asia, meskipun –sekali lagi, prediksi saya tidak selalu pada tim Asia, tapi bagi saya, mereka harus didukung, sekalipun lewat teriakan, tepuk tangan, kepalan tangan dan lipatan bibir sewaktu menonton di depan televisi. Korsel, Jepang (yang sudah lolos ke 16 besar), atau Tim fantastis, Korea Utara. Berikut saya kutip potongan berita menarik dari Korea Utara:
Korea memang kalah dan belum tentu mendulang kemenangan pada dua laga (berikutnya), di mana Portugal dan Pantai Gading sudah menanti. Namun, mencetak gol balasan ke gawang raja Piala Dunia, dalam keadaan tertinggal dua gol dan dengan sisa waktu satu menit adalah prestasi.
Bagi Indonesia, pencapaian Korea Utara adalah tamparan (yang sangat menyakitkan).
Korea yang kesulitan mengakses siaran Piala Dunia dan setengah mati meminta restu negara untuk mencari (dan mendapatkan) sponsor, mampu mencapai Afrika Selatan dan mencetak gol ke gawang Brasil, setelah ketinggalan 0-2, dan menjelang masa injury time pula.
Indonesia,yang punya semuanya (kecuali mungkin semangat dan kejujuran), mulai dari sumber daya manusia, sponsorhip, suporter, dan akses informasi yang jauh lebih luas ketimbang Korut, malah berharap tampil di Piala Dunia dengan memenangi bidding tuan rumah. Ironisnya, untuk melewati jalan pintas seperti itu pun, Indonesia juga gagal.
Korea Utara mungkin tak akan meraih poin lagi di dua pertandingan(lagi) dan gagal melaju ke putaran kedua. Namun, mereka tetap berhak pulang dengan kepala tegak karena dengan segala keterbatasannya, mereka mampu menjebol gawang Julio Cesar, yang Lionel Messi pun gagal melakukannya.
Dan, sementara nanti Ji Yun Nam bercerita kepada junior-juniornya, anak-cucunya, atau tetangga-tetangganya, bagaimana ia menjebol gawang jawara Piala Dunia dengan pertandingan cuma menyisakan satu menit, Indonesia mungkin masih cuma sibuk membuat proposal untuk mendatangkan Manchester United atau melobi FIFA untuk menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia.Tentu, kita berharap Indonesia akan lebih baik dari itu.

Saya tersenyum membacanya. Saya mendukung Indonesia, sekalipun penuh kegagalan. Saya dukung Italia di Piala Dunia, sekalipun gagal melaju ke babak berikutnya (sesuai prediksi saya), dan berharap ini jadi tamparan dan pelajaran besar, tentang apa yang harus diperbaiki dan betapa susahnya mempertahankan gelar. Walaupun jujur saja, panas hati ini meluap melihat pertandingan kemarin, di luar lambannya permainan Italia padahal sudah ketinggalan, saya masih memimpikan “sportivitas sempurna” dari sebuah pertandingan olahraga. Bukankah itu ciri kental dari olahraga? Sportivitas, jujur, di samping tanpa politik, tanpa rasis, dll… Entah itu mungkin terjadi atau tidak. Andai saja… kemarin malam itu… si kiper licik dari Slovakia jujur dan berkata: saya memang mengulur-ulur waktu pertandingan dan saya memang memukul wajah Quaqliarella, saya layak dapat kartu merah… Atau bek Slovakia, Skrtel dengan jujur berkata: “Sit.. (wasit), memang tadi itu gol, bola udah melewati garis gawang, kaki saya sudah di dalam”. Hehehehehe. Entah kapan kejujuran total ini ada di lapangan, sedangkan ‘gol tangan tuhan’ aja bisa membawa Argentina jadi juara dunia…
Ya, semua penuh harapan. Harapan semoga Indonesia suatu saat masuk pentas dunia. Harapan Italia bermain lebih baik kemudian hari. Selamat jalan Italy. Belajar baik-baik, baju biru itu kupakai selalu :) Itulah kenapa aku suka Italia, karena liga Italia-lah yang mengajari Kawas kecil bagaimana cara menendang bola, awalnya suka nonton bola, mulanya melek bola, ngobrol bola, siapa Pagliuca, Roberto Baggio, Vialli, Ravanelli, Peruzzi, dan tim kesayangan Juventus…
Dukungan saya tidak akan berubah, prediksi mungkin berubah. Itu berbeda.

Salam olahraga –dari orang awam. Kawas.

3 komentar:

Anonim mengatakan... 25 Jun 2010, 12.17.00  

asoyyy,,, :P

Anonim mengatakan... 25 Jun 2010, 20.55.00  

gw angkat lo jd Pemred lampu hijau ya, wkwkwkwk...

Kawas mengatakan... 28 Jun 2010, 09.06.00  

siapa ni anonim gak jelas? gak tau cara buat nama?

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo