Kawas Rolant Tarigan

-now or never-


Lukas 14:33 “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Mengikut Yesus pasti butuh “pengorbanan”. Tapi tunggu dulu, pernyataan ini tidak sesempit itu juga. Kenapa? Nanti jawabannya ada di bagian berikut.
Sungguh ajaib, paradoks dalam Kekristenan: kita harus rela “melepaskan” sesuatu untuk “mendapatkannya”. Dalam pelayanan juga demikian, ada hal-hal yang harus kita lepaskan (baca: korbankan; ada “harga yang harus dibayar”) demi pelayanan yang terbaik kepada Allah.
Bersyukur PMK STAN kembali diberi kesempatan untuk sharing pelayanan, yang saat ini temanya “bayar harga”.
Karakteristik seorang pelayan adalah berkorban, seperti yang diteladankan Kristus (Filipi 2). Seorang pelayan harus bersedia membayar harga pelayanan. Mungkin yang kami hadapi juga tidak jauh berbeda dengan yang teman-teman hadapi di kampus atau tempat pelayanan kita masing-masing. Berikut beberapa hal yang sering “dianggap sebagai harga yang harus dibayar” dalam pelayanan (khususnya konteks PMK STAN):

Pikiran. Sering ada saat-saat di mana pengurus harus mencurahkan segenap pikirannya demi memikirkan jemaat (dalam lingkup lebih kecil: pengurus, pelayan, PKK, AKK), dan program-program yang ada. Padahal mungkin saat itu juga pengurus sedang punya masalah lain/ pribadi yang harus dipikirkan. Belum lagi kalau dilihat pengurus dan jemaat PMK STAN yang berjumlah besar, lebih dari 500 orang, yang pasti dengan berbagai pemikiran. Tetapi saat-saat seperti itulah seringkali justru kita semakin menikmati Allah bekerja.
Perasaan. Terkadang kurang dihargai, ada juga sakit hati, kurasan emosi, ya... tapi itulah warna dalam pelayanan yang akhirnya membuat kita kembali memandang kepada Kristus untuk mampu tersenyum dan berkata “Aku ingin tetap melayani-Mu, Tuhan”...
Uang. Pengeluaran-pengeluaran seperti: ongkos, pulsa, terkadang makan di luar, dan biaya-biaya lain yang terkadang tidak terasa jumlahnya namun kalau diakumulasi sudah menguras kantong seorang mahasiswa yang uang kirimannya bulanannya pun terbatas :). Tetapi hal ini akhirnya lebih mengajarkan arti memberi, berhemat, prioritas dan aplikasi ilmu ekonomi :)...
Waktu. Terkadang lebih banyak keluar daripada di kos; lebih banyak rapat; lebih sering nyiapin pelayanan; sering pulang malam; berjam-jam di jalan, dll. Memang terkadang salah sendiri sih kalau gak bisa mengatur waktu, sering keteteran jadinya. Tapi semakin belajar berhikmat untuk tetap menyisihkan waktu terhadap studi. Apalagi waktu kuliah di STAN sering tidak pasti; terkadang sangat kosong, tiba-tiba sangat padat :) dan ancaman DO tiap semester yang sering membayangi :)
Tenaga. Pastilah dalam pelayanan ada waktu di mana kita lelah dan butuh istirahat. Terkadang kalau lagi banyak yang sedang dikerjakan jadi sering telat makan, telat tidur... dan...saat-saat yang menggembirakan, di saat-saat itu, berdatanganlah sms dari beberapa pengurus/PKK: [“Tetep smangaad!! \^-^/ Ada yg mw ddoain? :) Ingat, Allah sumber kuatku...Gbu”] :)
Zona kenyamanan yang lain: hobi, kesenangan, ambisi-ambisi pribadi untuk lebih dikenal, dihargai, aktif dalam berbagai kegiatan, dll yang mungkin harus kita “nomor sekian-kan” demi pelayanan, demi kepentingan Allah dan jemaat-Nya.
Daftar tersebut bisa terus kita perpanjang bahkan kita tambah-tambahi dan akhirnya semakin bias dengan hitung-hitungan. TETAPI, kalau kita renungkan apa yang sudah Yesus berikan buat kita, bahkan nyawa-Nya... maka semua daftar di atas sangatlah tidak sebanding dengan betapa besar kasih-Nya, dan akhirnya kita pun tertunduk dan bersyukur...
Kembali ke pernyataan di awal sharing ini: Mengikut Yesus pasti butuh “pengorbanan”. Ya. Tapi tunggu dulu, bukankah sebagai suatu keuntungan, kita bisa berkorban, ambil bagian dalam pelayanan Allah? Saya ingin berbisik dan mengajak kita sadar: “Ternyata kita adalah orang yang beruntung, bisa berkorban...”
Tidak ada yang terlalu berharga demi jiwa-jiwa dibawa kepada Kristus. Pelayanan kepada orang lain bukan sebagai gangguan atau beban, tetapi sebagai kesempatan: “merupakan hak istimewa bisa melayanimu”.
Kalau Allah sudah memberikan segala-galanya buat kita, bukankah hal yang wajar, jika respon kita memberikan segala-galanya buat DIA? Lagipula, bukankah segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36).
Paling akhir di sharing ini, saya ingin menyajikan satu bait lagu yang sangat saya suka, kerinduan di dalam hati:
Terindah dalamku rela aku tinggalkan
Terkasih dalamku rela ku lepaskan
Asal hati Yesus merasa s’nang selamanya
Kar’na aku tahu apa arti hidupku...



Kawas Rolant Tarigan
Ketua Umum PMK STAN 2007/2008

1 komentar:

diterbitkan di Buletin Doa PMKJ "Nehemia"

Posting Komentar

Regards,

Kawas Rolant Tarigan




Yang rajin baca:

Posting Terbaru

Komentar Terbaru

Join Now

-KFC- Kawas Friends Club on
Click on Photo