Jakarta, Pebruari 2011.
Berkat sebuah pertemanan...Teman, apa kabar? Kami berdoa semoga semua baik-baik saja, sama seperti kami di sini... Semua baik, karena kebaikan dan penyertaan Tuhan selalu melimpah atas kita.
Ehm... teman, kami teringat kebersamaan kita dulu, waktu masih di kampus, sewaktu masih mahasiswa, sewaktu semangat kita masih menyala untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, bagi keluarga, gereja dan bangsa... Bagaimana semangat kita sekarang? 2 tahun lebih setelah kita di-wisuda, bulan demi bulan setelah memasuki dunia kantor, masihkah semangat itu menyala? Terlalu naif rasanya jika berharap semangat itu akan terus menyala dengan konstan atau bertambah besar. Kamipun mengalaminya. Penuh pergumulan. Kadang semangat itu menyala begitu hebat, dalam bekerja, dalam berdoa, dalam menjaga kekudusan, menyaksikan identitas diri sebagai seorang pekerja Kristen, tapi kadang... semangat itu redup dan semakin redup, butuh suatu energi yang besar untuk membakarnya lagi, dan itu kami dapatkan di KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) yang kami lanjutkan di sini. Di KTB, kami belajar menjaga semangat itu tetap menyala, menjaga relasi dengan Tuhan, Sang Sumber Kekuatan, saling mengingatkan, dan saling mendoakan. Kalian di sana bagaimana?
Teman, kami teringat tawa kita dulu, sewaktu semuanya begitu akrab, begitu dekat. Tapi sekarang, Tuhan mengizinkan kita untuk berkarya di tempat yang berbeda. Mari yakini, bahwa setiap yang terjadi dalam hidup kita, semua dalam kendali Allah, dan Tuhan tidak pernah membuat kesalahan! Termasuk dalam menempatkan kita di kantor masing-masing untuk berkarya di Indonesia yang luas ini. Indonesia butuh anak-anak Tuhan untuk menjadi lilin-lilin kecil di setiap daerahnya. Lilin ini harus tersebar untuk menunjukkan terangnya, dan kita sedang berada dalam misi ini: menjadi terang yang menerangi lingkungan kita masing-masing, mulai dari lingkup terkecil, kantor di mana kita berkarya. Ini hanya masalah jarak, tetapi berkat sebuah pertemanan, jauh melebihi tantangan jarak. Kita boleh dipisahkan oleh jarak, tapi kita disatukan oleh doa, kita diikat oleh kasih Kristus.
Teman, mari terus saling mendukung untuk tetap setia pada Allah yang setia. Setia dalam relasi dengan Dia, setia dalam beribadah, setia dalam bekerja jujur dan berbuat yang terbaik. Mungkin kita hanya bertanggungjawab untuk sebuah tugas dan pelayanan kecil, mungkin menurut orang lain tanggung jawab ini tidak terlalu penting bila dibandingkan dengan tanggung jawab besar lainnya. Namun janganlah kita sampai kehilangan inti dari apa yang kita kerjakan. Dalam tugas-tugas yang terkecil sekalipun, kita bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ada prinsip dasar yang harus dipegang, yaitu kita sedang menyampaikan sesuatu kebenaran sebagai pengikut Kristus. Dalam keseharian, sebetulnya kita sedang diamati, bagaimana cara kita menangani tugas-tugas kecil dan menjengkelkan, bagaimana cara kita merespon orang-orang yang sulit ditangani, bagaimana cara kita berkomunikasi, bagaimana cara kita merespon di saat sedang lelah; dalam semua ini kita menunjukkan nilai-nilaiKristus yang kita percayai. Terlalu sedih rasanya jika memikirkan kegagalan-kegagalan kita menjadi saksi Kristus. Kita semua tahu betapa rentannya kita ketika melayani sebagai orang Kristen; sementara pada waktu yang sama terus bergumul dengan ketidak-konsistenan dan kegagalan yang dirahasiakan. Walaupun mungkin dipandang sebagai orang Kristen yang setia, kita tahu bahwa dalam menjawab panggilan untuk hidup tak bercacat, kita seringkali menjalaninya dengan perlahan dan terseok-seok. Namun Allah terus menopang kita dengan firman dan Roh-Nya, juga dengan persekutuan teman-teman seiman, yang terus mendorong kita untuk maju. Mari kita saling mendukung. Kalau ada yang ingin kalian sampaikan, bagikan, ceritakan, kami ada. Telinga kami terbuka lebar untuk kisah kalian, tangan kami siap terlipat untuk mendoakan kalian. Itulah kekuatan kita, itulah kesatuan kita. Hanya sejauh doa.
Teman, kata orang ini bulan kasih sayang, tapi kami mau bilang, bahwa setiap bulan, setiap hari, kami sayang kalian. Kata orang juga, coklat lambang manisnya hidup, jadi kami kirimkan coklat ini, dengan cinta kami, sebagai tanda manisnya pertemanan kita... Surat ini juga kami sertakan sebagai wujud relasi seorang teman kepada teman yang dikasihinya. Hehe...
Teman, sampai bertemu di keadaan yang lebih baik. Kadang, tak sabar rasanya, menunggu waktunya Tuhan, entah berapa tahun lagi, ketika ada di antara kita yang semakin Tuhan percayakan tanggung jawab yang lebih besar untuk menjadi berkat bagi bangsa ini, ketika ada di antara kita yang dipercayakan Tuhan sebagai pemimpin, yang penuh kasih Kristus, berdiri tegap bagi instansinya, bagi bangsanya, bagi nama Tuhan. Ini mimpi kita, kan? Mari berdoa dan bekerja, menjadikannya nyata. Mulai dari sekarang,mulai dari apa yang bisa kita lakukan, sekecil apapun, sesederhana apapun, menjadi berkat bagi daerah di manapun Tuhan tempatkan kita sekarang untuk berkarya bagi kemuliaan nama-Nya, berkat bagi Indonesia, berkat memberikan suatu pengaruh kecil dalam perbaikan kondisi bangsa, berkat dari doa seorang teman kepada temannya yang lain, berkat sebuah pertemanan...
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Ams 17:17.
Dari teman-temanmu: Andri Mok2, Dapot, Kasogi, Kawas, Kristyanu, Risanto, Angga, Misni, Valen. Read More..